Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Calvin Versus Darwin: Perayaan, Asal-Usul, dan Wawasan Duniai

Rev. Angus Stewart

 

Calvin dan Darwin

Tahun 2009 ini menandai perayaan ulang tahun dua orang yang paling berpengaruh di dalam beberapa abad terakhir ini, dua orang yang tanpanya sejarah dan masa depan dunia modern tidak akan bisa dipahami: John Calvin dan Charles Darwin. Tahun 2009 adalah perayaan ulang tahun ke-500 dari Calvin dan ulang tahun ke-200 dari Charles Darwin. Perayaan mana yang Anda hormati?ii

John Calvin adalah Reformator asal Prancis di abad ke-16, penafsir Alkitab, theolog, dan organisator gerejawi yang terbesar pada masa Reformasi. Charles Darwin adalah seorang naturalis abad ke-19 asal Inggris yang namanya bersinonim dengan evolusi, seleksi alam, dan bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok (survival of the fittest).

John Calvin belajar di tiga universitas di Prancis: Paris, Orleans, dan Bourges. Charles Darwin belajar di dua universitas di Britania: pertama Universitas of Edinburgh, di mana ia masuk ke jurusan kedokteran tetapi ia tidak senang melihat darah dan tidak pernah menyelesaikan kuliah itu, dan kemudian di Cambridge, di mana ia belajar theologi, dan, yang mengejutkan, ia lulus ujian pada posisi kesepuluh dari 178 mahasiswa.

Kedua orang ini mengganti pandangan religius mereka. Calvin dibesarkan sebagai seorang Katolik Roma, tetapi ia menjadi seorang Kristen melalui apa yang disebutnya “konversi yang tiba-tiba,” ketika Allah mengubah pikirannya yang keras menjadi mau diajar oleh pekerjaan Roh Kristus di dalam dirinya.iii Darwin meninggalkan Kekristenan nominal dan memilih agnostisisme. Ayahnya adalah seorang freemason dan pemikir bebas tetapi menutupinya dengan menghadiri Gereja Inggris. Ibunya adalah seorang Unitarian. Darwin mengikuti pendidikan untuk menjadi hamba Tuhan Anglikan melalui studi-studinya di Cambridge. Tetapi ia kemudian murtad melalui evolusionisme. Ia memandang bahwa Alkitab bercacat dan penuh kesalahan, dan oleh karena itu ia sama sekali berhenti pergi ke gereja.

Baik Calvin maupun Darwin menikah hanya sekali. Calvin menduda selama 16 tahun setelah kematian istrinya Idelette, sedangkan istri Darwin, Emma, cucu dari Josiah Wedgwood yang adalah ahli tembikar terkenal, menjanda selama 14 tahun setelah kematian Darwin. John dan Idelette Calvin mendapatkan seorang anak, tetapi anak itu meninggal dua minggu kemudian. Charles dan Emma Darwin meneruskan gen mereka kepada sepuluh anak, dua di antaranya meninggal ketika masih balita. Di antara kedelapan anak lainnya terdapat pendukung kuat bagi evolusionisme, termasuk salah satu putra mereka, Leonard, seorang eugenisis, yang meyakini bahwa hanya yang terbaik dan tercocok yang seharusnya berkembang biak dan menurunkan gen mereka kepada generasi-generasi berikutnya.iv

Calvin untuk selamanya diidentifikasikan dengan Jenewa, Swiss. Darwin mengerjakan ide-ide evolusionernya dan kajian-kajian lainnya selama empat puluh tahun terakhir dari hidupnya di Down Cottage di Kent, Inggris. Sebuah plakat menandai lokasi di mana rumah Calvin pernah berdiri (rumah itu sudah lama diruntuhkan); rumah Darwin sekarang sudah menjadi museum.

Sebagai seorang pengkhotbah dan pengajar theologi, Calvin kerap kali tampil di hadapan publik Jenewa, padahal itu berlawanan dengan kecenderungan pribadinya. Darwin adalah seorang sarjana yang hidup menarik diri dan untuk sebagian besar waktu berada di pondoknya, menyibukkan diri dengan studi-studi, dan membiarkan orang lain seperti Thomas Huxley, yang disebut “bulldog-nya Darwin,” untuk berdebat dan berceramah mengenai evolusi.

Sementara “Darwin selalu kaya, karena warisan dari Wedgwood,”v Calvin adalah seorang yang tidak berada, sebagaimana diindikasikan oleh surat wasiat terakhirnya (25 April 1564).

Untuk menghindari pemujaan seperti apa pun yang bersifat memberhalakan, Calvin meminta agar jenazahnya dikuburkan di kuburan tanpa batu nisan di Plainpalais Cemetery, Jenewa (28 Mei 1564), di mana ia menantikan kebangkitan orang-orang benar pada hari terakhir. Darwin diberi upacara pemakaman kenegaraan dan dikuburkan di Westminster Abbey (26 April 1882), di dekat kuburan Sir Isaac Newton, dengan penghormatan penuh dari Gereja Inggris.

 

Institutes karya Calvin dan Origin karya Darwin

Tahun 2009 juga menjadi peringatan terbitnya edisi-edisi utama dari buku terpenting karya Calvin dan Darwin. Edisi final dari Institutes karya John Calvin dicetak 450 tahun yang lalu pada tahun 1559.vi Edisi pertama dari Origin of Species karya Charles Darwin diterbitkan 150 tahun yang lalu pada tahun 1859.vii

Institutes karya Calvin dan Origin karya Darwin laris terjual dan mengukuhkan reputasi kedua orang ini. Edisi pertama dari karya Darwin terjual habis pada hari pertama penerbitannya, meskipun jumlahnya saat itu hanya 1.250 jilid.viii Buku karya Calvin maupun Darwin diperluas dan dikembangkan di dalam berbagai edisi oleh mereka sendiri.ix Kedua buku ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, baik semasa hidup keduanya maupun setelahnya.

Pencetus bagi diterbitkannya kedua buku terpenting mereka ini juga sangat berbeda. Darwin buru-buru menerbitkan ide-idenya ketika ia menerima sepucuk surat dari Malaysia yang dikirimkan oleh Alfred Russell Wallace, yang mengindikasikan bahwa Wallace telah menemukan bahwa seleksi alam memberikan mekanisme bagi evolusi spesies-spesies.x Karena ingin menjadi orang pertama yang menerbitkan ide tersebut dari versinya sendiri, Darwin segera mempersiapkan Origin of Species untuk dicetak pada tahun 1859. Institutes karya Calvin, dalam bahasa Latin dan Prancis, sejak edisi paling awal diprakatai dengan surat kepada Raja Francis I dari Prancis yang menjelaskan bahwa Injil Reformed tidak lain adalah ajaran Alkitab, dan meminta kepada sang raja untuk menghentikan pembunuhan terhadap kaum Protestan Prancis.

Baik Origin maupun Institutes dibangun di atas karya orang-orang lain. Calvin sangat eksplisit dalam hal ini. Ia menyadari bahwa membangun di atas karya orang lain memiliki nilai apologetik, karena Reformasi tidak mengajarkan suatu doktrin yang baru dan aneh. Sebaliknya, Reformasi adalah kembali kepada, dan perkembangan dari, semua hal yang baik dari gereja yang lebih awal. Calvin sering mengutip dari Augustine, Bernard dari Clairfaux dan bapa-bapa gereja lainnya. Sebaliknya, Darwin hanya sedikit mengakui penggunaan sumber dari orang lain karena ia memiliki tujuan yang berbeda: ia menekankan orisinalitas dan risetnya sendiri.

Ini membawa kita kepada pokok-pokok pembahasan dan metodologi-metodologi yang berbeda dari kedua orang ini. Darwin bekerja di bidang biologi di dalam tatanan (ordo) alam atau tatanan (ordo) yang diciptakan. Ia menggunakan metode ilmiah berupa pengamatan, pencatatan, dan analisis data. Dengan bernalar dan berpikir secara berlawanan terhadap ajaran Firman Allah yang jelas, Charles Darwin adalah seorang rasionalis empirisis. John Calvin di dalam Institutes-nya menulis theologi. Sumbernya adalah Alkitab, Firman Allah yang infalibel. Calvin berulang kali memberi peringatan terhadap spekulasi dan efek noetik etik dari dosa, karena manusia yang sudah terjatuh tidak berpikir dan bernalar secara benar, khususnya dalam kaitannya dengan perkara-perkara ilahi.xi

“Seni liberal” dan “semua sains” adalah karunia dari Allah,” kata Calvin. Tetapi semuanya itu harus bekerja “di dalam batasan-batasannya sendiri” dan harus “sepenuhnya tunduk kepada Firman dan Roh Allah.” “Maka, seni liberal dan sains harus menempati posisi sebagai dayang, bukan nyonya rumah.” Tetapi, “jika seni liberal dan sains meninggikan diri dan melawan Kristus,” semuanya itu adalah “kosong dan tidak bernilai” dan “semuanya itu harus dipandang sebagai wabah yang berbahaya.” Selain itu, “jika seni liberal dan sains mencoba untuk mencapai apa pun dari dirinya sendiri,” mereka “adalah hambatan yang paling buruk.” Penjelasan Calvin yang sangat baik tentang frasa “hikmat dunia” yang digunakan oleh Paulus juga berlaku untuk evolusionisme Darwin: “hal yang mengenakan otoritas pada dirinya sendiri, dan tidak mengizinkan dirinya diatur oleh Firman Allah.”xii

Maka jelaslah bahwa Institutes karya Calvin dan Origin karya Darwin memiliki dua pokok pembahasan yang berbeda, dua sumber yang berbeda, dan dua pendekatan yang berbeda.

 

“Kesarjanaan Calvin” dan “Industri Darwin”

Hidup dan karya Calvin maupun Darwin, dan khususnya Institutes of the Christian Religion dan Origin of Species, dipelajari dengan cermat dan dirayakan oleh para pengikut masing-masing, khususnya di dalam empat perayaan pada tahun ini: hari kelahiran kedua orang ini dan penerbitan edisi-edisi utama dari karya besar mereka. Di satu sisi kita mendapati “kesarjanaan Calvin”; dan di sisi lainnya kita mendapati “Industri Darwin” – itulah istilah yang diterima, dengan kedua kata diawali oleh huruf kapital. Setiap tahun ada berbagai buku, ceramah, konferensi mengenai hidup mereka, karya mereka, korespondensi mereka, persahabatan mereka, pengaruh mereka, dll. Tentu saja semua ini semakin marak bagi Calvin dan Darwin di dalam tahun perayaan ini.

Pada tahun 2009 kita menyaksikan berlimpahnya propaganda Darwin oleh kaum evolusionis, misalnya, melalui artikel-artikel surat kabar dan acara-acara TV, seperti satu seri yang terdiri dari tiga bagian karya Andrew Marr yang berjudul “Darwin’s Dangerous Idea” yang disiarkan di BBC 2 (pada tanggal 5, 12, dan 19 Maret 2000). “Ide yang berbahaya” dari Darwin adalah evolusi, dan Marr, seorang Presbiterian yang sudah undur dari imannya dan menjadi evolusionis, menelusuri sejumlah implikasi dan efeknya yang berbahaya.xiii Biro percetakan uang Britania Raya mengeluarkan koin khusus bernilai 2 pound yang bercetakkan gambar Darwin berhadapan muka dengan chimpanzee. Dan ada begitu banyak perayaan bagi Darwin yang seperti demikian di seluruh belahan dunia.

Dunia hanya memberi sedikit perhatian kepada Calvin. Tetapi 99% perhatian diserahkan kepada kaum Calvinis yang jumlahnya tidak banyak dan hanya memiliki sumberdaya duniawi yang terbatas, melalui berbagai ceramah, artikel, buku, dll. Tidak peduli hambatan apa pun yang kita hadapi, kita tetap tidak gentar. Boleh dikatakan bahwa kita bisa pergi bersama Paulus ke Roma, ibukota Kerajaan Romawi, dan mengumumkan di hadapan segenap bijaksana manusia yang tidak percaya, “Kami tidak malu akan Injil Kristus” (Rm. 1:16, KJV). Meskipun ada Darwin dan semua pasukan evolusionernya, kita adalah kaum yang menang di dalam Yesus Kristus, karena “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm. 8:31).

 

Calvin versus Darwin

Di dalam artikel ini kita akan membandingkan Calvin dan Darwin, dan ide-ide mereka serta ramifikasi (konsekuensi dan efek) dari ide-ide mereka. Kita akan secara sengaja menyajikannya dalam bentuk hubungan perlawanan. Bukan “Calvin dan Darwin”; tetapi “Calvin versus Darwin.” Kedua orang ini, dengan cara mereka masing-masing, adalah pemikir-pemikir seminal, yaitu ide-ide mereka adalah seperti benih-benih yang telah bertumbuh dan berkembang, yang satu dengan arah yang tertentu, dan yang lainnya dengan arah yang berlawanan.

Di dalam dunia saat ini, khususnya dunia Barat, kedua orang ini bisa dikatakan menjadi simbol untuk dua kutub pemikiran, dan dalam hubungan dengan dua kutub pemikiran inilah setiap orang dan setiap ideologi harus dinilai. Di satu sisi, kita mendapati Calvin, juru bicara utama bagi iman yang alkitabiah dan Reformed – kebenaran yang sejati; dan di sisi lain terdapat Darwin, ikon dari evolusionisme, sumber utama dari semua arus yang jahat, di dalam gereja dan negara dan di dalam keluarga dan masyarakat.xiv

Pertanyaannya adalah – dan selalu ini pertanyaannya – di manakah Anda berdiri di antara kedua kutub ini? Di manakah gereja Anda berdiri? Sepenuhnya bersama Calvin? Atau sepenuhnya bersama evolusi? Atau di suatu tempat di tengah-tengah? Ke kutub manakah Anda lebih dekat? Ke kutub manakah Anda menuju? Semua orang harus mengambil posisi. Panggilan bagi kita adalah untuk menjadi sepenuh hati bagi kebenaran Tuhan Yesus Kristus dan, dengan demikian, sepenuh hati di dalam melawan Darwin dan evolusi, karena tidak boleh ada kompromi di antara keduanya dan tidak boleh ada keraguan di antara kedua opini tersebut (1Raj. 18:21). Ingatlah bahwa siapa yang tidak bersama Kristus, ia melawan Kristus (Mat. 12:30).

 

Biologi Evolusioner

Mari kita melihat “ide yang berbahaya” dari Darwin. Evolusi adalah sebuah teori biologi: sebuah teori tentang kehidupan, sebuah teori tentang asal-usul kehidupan (dari mana kehidupan berasal) dan perkembangan kehidupan (bagaimana manusia, binatang, dan tumbuhan bisa menjadi ada seperti sekarang).

Darwin berpendapat bahwa makhluk-makhluk sel tunggal muncul dari sebuah kolam purba. Seiring waktu mereka berkembang menjadi makhluk-makhluk yang lebih kompleks, yang akhirnya menjadi kera dan manusia.xv Dengan kata lain, kehidupan berasal dari non-kehidupan, tatanan berasal dari kekacauan, dan kecerdasan berasal dari non-kecerdasan. Charles Darwin terkenal pada saat ini sebagai manusia yang hidup, teratur, dan cerdas yang menjadikan gagasan konyol ini dihormati. Bahkan sekarang gagasan ini adalah gagasan yang dominan!

Darwin melakukan ini dengan mengajukan pendapat tentang adanya suatu mekanisme yang dengannya non-kehidupan yang kacau dan non-cerdas ini menjadi kehidupan yang teratur dan cerdas. Ia menyebut mekanisme ini “seleksi alam” atau “perjuangan untuk kehidupan” – dua frasa yang ditemukan di dalam judul lengkap dari Origin of Species.xvi Sekarang mekanisme ini biasanya dikenal sebagai “bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok.” Darwin sendiri tidak menggunakan istilah tersebut; istilah itu baru diciptakan oleh Herbert Spencer satu tahun setelah penerbitan bukunya. Idenya adalah bahwa jika diberikan waktu dan ruang yang cukup, lebih dari jutaan atau miliaran tahun, makhluk yang kurang cocok akan mati dan punah, makhluk yang cocok akan bertahan hidup, dan makhluk yang cocok ini akan berevolusi menjadi bentuk kehidupan yang lebih tinggi, sehingga, sebagai contoh, chimpanzee akan berubah menjadi manusia.

Tentu saja teori “bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok” in bersifat sirkuler. Bagaimana Anda menentukan yang tercocok? Yang tercocok adalah yang bertahan hidup; apa yang bertahan hidup itulah yang tercocok. Ini sama dengan “bertahan-hidupnya mereka yang bertahan hidup.” Bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok tidak menjelaskan, apalagi membuktikan, evolusi. Bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok hanya menjelaskan hilangnya informasi. Pertama, mereka yang bertahan hidup untuk meneruskan gen mereka tidak menambahkan informasi baru. Paling-paling informasi yang mereka miliki dipertahankan. Kedua, mereka yang mati tanpa berkembang biak gagal untuk meneruskan gen mereka. Ini tidak menambah informasi atau kompleksitas; ini adalah hilangnya informasi. Evolusi, lebih khususnya lagi makroevolusi, yaitu perkembangan satu spesies menjadi spesies lain, mengharuskan adanya penambahan informasi, suatu perkembangan yang positif di dalam kompleksitas, dan, bagi evolusi manusia, penambahan kecerdasan.

Darwin adalah sosok yang signifikan bukan karena ia adalah orang pertama yang mengemukakan evolusionisme; ide itu sudah ada seribu tahun sebelumnya. Ada filsuf-filsuf Yunani kuno, seperti Anaximander, yang percaya bahwa kehidupan berevolusi dari lautan dan akhirnya dari kehidupan ini muncullah manusia. Pada awal masa modern, ada filsuf-filsuf dan ilmuwan-ilmuwan di Eropa Barat yang memercayai evolusi sebelum Darwin, termasuk kakek Darwin sendiri, Erasmus Darwin.

Darwin menjadi signifikan karena ia adalah orang pertama yang mengajukan di dalam sebuah buku tentang adanya suatu mekanisme yang diklaim bisa menjelaskan bagaimana evolusi bisa terjadi. Inilah hal yang khusus pada Darwin; inilah sumbangsihnya yang terutama. Darwin menyajikan idenya sebagai “sains,” dan bersama bangkitnya sains modern dan Revolusi Industri tibalah perkembangan “saintisme,” penyembahan kepada sains. Banyak orang dengan segera memeluk ide-ide evolusioner Darwin yang “saintifik”; itu adalah ide yang waktunya telah tiba. Pada masa kita, jika ada orang yang mengklaim, “Sains berkata,” kebanyakan orang akan menerimanya sebagai kebenaran, tidak peduli apa yang dikatakan oleh Firman Allah.

Sejarawan humanis, J. M. Roberts, mengidentifikasi signifikansi dari ide-ide Darwin:

Darwin memberi pukulan terhadap kisah Alkitab tentang penciptaan (dan juga terhadap status unik manusia) yang mendapatkan publisitas yang lebih luas daripada semua pukulan sebelumnya. Bersama kritik Alkitab dan geologi [uniformitarian], bukunya menjadikan mustahil bagi setiap orang yang cermat dan berpikiran mendalam untuk menerima – seperti yang masih bisa dilakukan di tahun 1800 – bahwa Alkitab adalah benar secara harfiah.xvii

 

Geologi Uniformitarian

Evolusionisme biologis harus dipahami bersama dua teori saintifik lain tentang asal-usul yang berkaitan secara intrinsik. Pertama, evolusionisme biologis perlu dilihat bersama dengan geologi uniformitarian. Geologi adalah studi tentang bebatuan dan lapisan-lapisan bebatuan. Uniformitarianisme berasal dari kata uniform atau konstan. Menurut geologi uniformitarian, erosi atau deposisi lapisan-lapisan bebatuan adalah uniform atau konstan.xviii Sebagaimana biasanya dinyatakan, “Masa kini adalah kunci untuk masa lalu.”

Sebuah contoh bisa menjelaskan hal ini. Bayangkan sebuah sungai di lembah. Setiap hari sungai itu mengerosi sedikit dan membawa sedimen dalam jumlah tertentu menuruni bukit. Kaum uniformitarian menyatakan jika Anda bisa menghitung berapa banyak sedimen yang terbawa dalam sehari atau setahun, atau seberapa banyak sedimen yang harus dihilangkan untuk bisa menggali sebuah lembah sampai menjadi seperti keadaannya sekarang, maka Anda bisa menghitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk terbentuknya sebuah lembah – biasanya dalam puluhan atau ratusan ribu tahun, jika bukan jutaan tahun.

Jadi, jika seseorang berpegang pada penjelasan naturalistis tentang lapisan-lapisan bebatuan dan memercayai bahwa tingkat erosi pada masa kini adalah kunci untuk masa lalu, dan dengan demikian mempresuposisikan bahwa Allah tidak menciptakan dunia sekitar 6.000 tahun yang lalu, bahwa manusia tidak terjatuh ke dalam dosa, bahwa tidak ada air bah yang melanda seluruh dunia, dan bahwa Yang Mahatinggi tidak membentuk lembah-lembah untuk sungai-sungai (bdk. Mzm. 104:8-10), bersama erosi yang saat itu terjadi di dalam lembah-lembah tersebut, maka ia akan berkesimpulan bahwa geologi uniformitarian adalah benar.xix

Kaum evolusionis melihat dua manfaat besar di dalam geologi uniformitarian. Pertama, geologi uniformitarian membutuhkan zaman-zaman yang panjang: beribu-ribu bahkan jutaan tahun. Hal ini memberi waktu bagi evolusi, yang membutuhkan sangat banyak waktu dan sangat banyak keberuntungan. Kedua, geologi uniformitarian mendiskreditkan Kitab Suci. Jika erosi dan deposisi lapisan-lapisan bebatuan telah terjadi selama jutaan tahun, maka planet kita pastilah berumur jutaan tahun, dan karena Alkitab berkata bahwa dunia berusia ribuan tahun, maka Alkitab salah.xx

Orang pertama yang mempresentasikan teori geologi uniformitarian adalah seorang ahli hukum, Charles Lyell. Edisi pertama dari jilid pertama Principles of Geology karyanya diterbitkan pada tahun 1830, hampir 30 tahun sebelum Origin of Species karya Darwin. Lyell membantu mendorong penyebaran ide-ide Darwin, bukan hanya dengan memberikan periode-periode waktu yang lama yang dibutuhkan untuk evolusi dan merendahkan Alkitab; ia juga mendorong Darwin untuk menerbitkan Origin of Species-nya.xxi

 

Astronomi Dentuman Besar (Big Bang)

Evolusionisme biologis perlu dilihat bersama dengan astronomi dentuman besar, seperti juga bersama dengan geologi uniformitarian. Astronomi dentuman besar mengajarkan bahwa seluruh alam semesta berekspansi dari sebuah massa yang padatnya dan panasnya tidak terhingga, yang seukuran kepala jarum pentul atau lebih kecil daripada itu. Dikatakan bahwa segala sesuatu di dalam alam semesta – planet kita, sistem tata surya kita, semua bintang, dll. – pernah berkontraksi menjadi hanya seukuran sebutir debu. Kemudian terjadilah dentuman besar itu, sebuah ledakan dahsyat sekitar 13,3-13,9 miliar tahun yang lalu, menurut perkiraan terkini. Ini adalah satu-satunya ledakan yang pernah menimbulkan tatanan (keteraturan) dan bukan kekacauan.

Teori ini memunculkan berbagai macam pertanyaan: Materi yang kekal?xxii Dari mana materi yang kekal ini berasal? Bagaimana materi itu bisa menjadi massa dengan kepadatan tidak terhingga berukuran kepala jarum pentul? Bagaimana galaksi-galaksi, sistem tata surya kita, planet kita dan bulan kita terbentuk dari ledakan dahsyat itu?xxiii

Teori dentuman besar diterima pada pertengahan abad kedua puluh setelah dua teori lainnya. Pertama para ahli geologi menerima uniformitarianisme, kemudian para ahli biologi mengadopsi evolusionisme, dan akhirnya para ahli astronomi menerima dentuman besar.

 

Jigsaw Tiga Keping

Apa yang Anda dapatkan ketika Anda menyatukan ketiga teori ini – dentuman besar yang membentuk seluruh galaksi, geologi uniformitarian membentuk Planet Bumi, dan evolusi menghasilkan bentuk-bentuk kehidupan yang tidak terhitung banyaknya. Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain. Dari mana kehidupan – manusia, binatang, dan tumbuhan – berasal? Evolusionisme. Dari mana semua samudera, laut, massa daratan, gunung, dan lembah di bumi berasal? Uniformitarianisme. Dari mana bumi, sistem tata surya kita, dan seluruh alam semesta berasal? Dentuman besar.

Ketiga teori ini – evolusi, uniformitarianisme, dan dentuman besar – adalah tiga bagian dari sebuah jigsaw. Ketiganya ingin menjelaskan asal-usul manusia, asal-usul kehidupan, asal-usul planet kita, dan asal-usul alam semesta. Artinya, ketiga teori ini bersama-sama, sebagai tiga bagian dari sebuah jigsaw, mengklaim menjelaskan segalanya! Tanpa salah satu saja dari ketiga kepingan ini, jigsaw tentang asal-usul tersebut tidak akan lengkap; ketiganya cocok satu sama lain untuk membentuk jigsaw favorit para antisupernaturalis.

“Segala sesuatu dijadikan oleh dentuman besar, uniformitarianisme, dan evolusi; dan tanpa dentuman besar, uniformitarianisme, dan evolusi tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” Inilah Yohanes 1:3 versi saintisme humanistis.

Inilah keajaiban evolusionisme (bersama teori geologi dan astronomi yang mengiringinya): asal-usul segala sesuatu dijelaskan tanpa Allah! Allah adalah “hipotesis yang tidak diperlukan.” Asal-usul manusia terletak di dalam apa yang Darwin sebut “sebuah kolam kecil yang hangat,” dan bukan di dalam Taman Eden. Asal-usul dari segala sesuatu harus dijelaskan tanpa merujuk kepada Alkitab, khususnya Kejadian 1-3 dan air bah. Dan lebih baik lagi bagi kaum evolusionis, asal-usul dari segala sesuatu harus dijelaskan berlawanan dengan Firman Allah dan berlawanan dengan Allah yang empunya Firman itu.xxiv

Inilah indahnya evolusionisme bagi manusia yang telah terjatuh dan tidak percaya! Biologi evolusioner (yang menjelaskan asal-usul kehidupan) ditambah geologi uniformitarian (yang menjelaskan bentuk bumi) ditambah astronomi dentuman besar (yang menjelaskan eksistensi alam semesta) sama dengan naturalisme atheistis. Tidak ada Allah, tidak ada dosa, tidak ada penghakiman, dan tidak ada neraka yang kekal. Oleh karena itu, tidak diperlukan pertobatan dan iman, tidak diperlukan penebusan di dalam salib Yesus Kristus, dan tidak diperlukan gereja. Itulah tepatnya yang menjadi poinnya. Itulah sebabnya evolusi disukai, diajarkan, dibela, dan dipuja oleh begitu banyak orang: “Kita harus berpegang pada evolusionisme dan mengedepankannya di atas segalanya, karena tanpa evolusionisme seluruh wawasan dunia kita dan jalan hidup kita akan runtuh di sekeliling kita. Tetapi jika kita bisa mempertahankan evolusionisme, maka kita akan baik-baik saja. Kita bisa hidup dan mati sesuai keinginan kita, dan menyangkal adanya kebutuhan akan pencipta yang harus kita kasihi dan layani.” Tidak heran bahwa “di sepanjang ‘Evolusion Week’ yang disiarkan BBC pada tahun 1998,” Darwin disebut “orang yang telah membunuh Allah.”xxv

Dari trinitas yang najis ini – dentuman besar di awal alam semesta, geologi uniformitarian yang membentuk bumi sehingga bumi adalah seperti apa adanya sekarang, dan biologi evolusioner yang menghasilkan kehidupan di planet kita – evolusionisme (dan dengan demikian juga Darwin) adalah yang paling penting. Ini memang demikian dikarenakan evolusionisme adalah akhir dari mata rantai itu. Evolusionisme secara langsung memengaruhi manusia dan dunia di mana kita hidup lebih daripada kedua teori lainnya. Selain itu, dari ketiga teori yang berbeda tersebut, evolusionisme adalah yang paling jelas dan paling sering berkontradiksi dengan Alkitab. Evolusionisme adalah yang paling jelas menyingkirkan Allah dari dunia, dan teori ini memengaruhi banyak bidang pengetahuan dan isu-isu lain, yang nanti akan kita bahas. Maka, evolusionisme adalah hal nomor satu yang harus dirangkul dan dikedepankan oleh para musuh Kristus pada saat ini yang secara eksplisit dan terbuka berpegang pada pandangan naturalistis.

 

Asal-Usul Menentukan Natur

Perlu ditekankan bahwa asal-usul menentukan natur, yaitu bahwa apa adanya sesuatu ditentukan oleh dari mana ia berasal. Asal-usul manusia menentukan apa adanya manusia itu; asal-usul bumi menentukan apa adanya bumi itu; asal-usul alam semesta menentukan apa adanya alam semesta itu.

Menurut wawasan dunia kaum evolusionis, apakah adanya alam semesta ini? Alam semesta ini terbuat dari materi yang kekal dan pra-eksisten. Alam semesta adalah hasil dari sebuah ledakan yang sangat dahsyat yang melibatkan materi dan energi. Alam semesta adalah produk dari waktu dan peluang. Kita hidup di sebuah planet yang berumur 4,54 milar tahun, menurut perkiraan terakhir.

Apakah adanya planet ini? Planet ini adalah serpihan-serpihan dari ledakan purba tersebut yang telah mendingin selama jutaan tahun. Bentuk bumi pada saat ini sepenuhnya adalah hasil dari proses-proses alamiah, seperti erosi, deposisi, melibatkan samudera, gunung, gunung berapi, sungai, iklim, dll.

Apakah adanya makhluk-makhluk hidup di planet ini? Semua makhluk hidup adalah produk dari waktu dan peluang. Lebih khususnya lagi, Anda adalah seekor kera yang sudah berkembang; Anda adalah lendir yang sudah berevolusi. Asal-usul menentukan natur. Siapa atau apa adanya Anda ditentukan (setidaknya sampai taraf yang signifikan) oleh dari mana Anda berasal. Jika setiap manusia adalah lendir yang sudah berevolusi atau kera yang sudah berkembang, ini mengubah segalanya. Lenyaplah alur kisah Alkitab tentang penciptaan, kejatuhan, dan penebusan. Lenyaplah theologi dan etika Firman Allah. Inilah indahnya evolusi bagi mereka yang tidak ingin mengenal Allah di dalam Yesus Kristus.

 

Efek Evolusionisme pada Berbagai Bidang Studi

Apakah ramifikasi dari “ide yang berbahaya” dari Darwin ini? Bidang-bidang studi apa dan bidang-bidang pemikiran apa yang dipengaruhinya?

Sesuai definisinya, evolusi terutama memengaruhi biologi, karena evolusi adalah sebuah teori biologi mengenai asal-usul dan perkembangan kehidupan. Maka, evolusi sangat terkait dengan botani (studi tentang kehidupan tumbuhan) dan zoologi (studi tentang kehidupan binatang). Saat ini evolusionisme menguasai bidang-bidang ini; evolusionisme dipandang sebagai teori yang menyatukan dari sains-sains tentang kehidupan.

Masih ingat dengan dua kepingan lain di dalam jigsaw tiga keping antisupernaturalis? Geologi uniformitarian berjalan beriringan dengan evolusionisme. Teori geologis ini sangat erat terkait dengan geografi dan palaeontologi (studi tentang fosil) karena catatan fosil diinterpretasikan melalui kacamata evolusioner dan uniformitarian. Teori dentuman besar memengaruhi astronomi (studi tentang bintang-bintang dan angkasa luar).xxvi Orang Kristen yang bekerja atau mempelajari di bidang-bidang ini mengalami kesulitan yang besar, karena wawasan dunia evolusioner adalah paradigma atau skema yang dominan pada saat ini.

Ide-ide biologi evolusioner, bersama geologi uniformitarian dan astronomi dentuman besar, memiliki pengaruh yang luas pada banyak bidang studi. Teori evolusi Darwin, tulis Dave Breese, “menyebabkan pergeseran yang menentukan di dalam cara memikirkan tentang sains alam, sebuah perubahan yang pada gilirannya akan memengaruhi dunia pemikiran di luar sains alam, dan terutama membawa kepada perubahan-perubahan di dalam seluruh kultur dari begitu banyak bangsa.”xxvii Menurut evolusionis Brian Silver, “Terobosan utama [dari abad kesembilan belas], dalam hal pengaruh intelektual-nya, tidak diragukan adalah evolusi Darwinian, yang meninggalkan tandanya pada pemikiran sosial dan politis dan menembus filsafat dan sastra.”xxviii

 

Efek Evolusionisme pada Sejarah dan Linguistik

Bagaimana dengan sejarah? Jika Anda membaca sejarah dunia atau sejarah sebuah negara atau sejarah sebuah tema tertentu, dan jika buku sejarah itu tidak dibatasi pada sebuah periode tertentu tetapi bertujuan untuk kembali kepada periode yang paling awal, maka bab pertama atau bab yang cukup awal dari buku itu adalah mengenai evolusi. Bagian itu dipenuhi dengan tebakan dan dugaan semata: “Bermiliar-miliar tahun yang lalu, makhluk X mungkin merayap keluar dari air dan melakukan ini dan itu.” “Menurut kami, Y mungkin telah terjadi.” “Konsensus para sarjana terkini adalah bahwa Z....” Ini bukan hanya spekulasi (berdasarkan teori-teori yang cacat dan anti-Kristen), tetapi ini juga sangat membosankan dan mengulang-ngulang. Bab pertama dari buku-buku sejarah seperti ini bisa ditulis dalam satu kalimat: “Kaum evolusionis berpendapat bahwa diperlukan jutaan dan miliaran tahun dan banyak peluang, dan terdapat banyak terkaan berdasarkan teori-teori ini ... maka yang paling baik adalah pindah ke bab 2 dan memulai dengan sejarah yang sebenarnya daripada dengan dongeng-dongeng.” Mungkin bab satu seharusnya dimulai dengan “Pada suatu kala.” Namun bukan hanya bab pertama, tetapi seluruh buku sejarah sampai taraf tertentu juga terpengaruh, karena bagi seorang evolusionis, sejarah umat manusia adalah sejarah evolusi.xxix

Linguistik mencakup asal-usul dan sejarah bahasa-bahasa atau keluarga-keluarga berbagai bahasa. Mengapa kita berbicara? Bagaimana kita bisa mendengar dan memahami apa yang orang lain katakan? Dari mana asalnya keluarga-keluarga berbagai bahasa itu? Kaum evolusionis bersikeras bahwa penghakiman Allah di Menara Babel di dalam Kejadian 11 tidak memainkan peran apa pun dalam hal ini, kecuali mungkin sebagai catatan tentang apa yang dipikirkan oleh suatu bangsa primitif tertentu. Asal-usul bahasa terletak pada suara-suara binatang karena kita semua berasal dari binatang. Kita adalah binatang yang telah berkembang; ucapan kita adalah perkembangan dari geraman binatang.xxx

 

Efek Evolusionisme pada Psikologi

Apakah psikologi manusia bagi seorang evolusionis? Psikologi manusia adalah studi tentang cara pikir dan perilaku manusia. Tetapi apakah manusia bagi seorang evolusionis? Binatang yang telah berevolusi. Para ahli psikologi evolusioner bereksperimen dengan kera dan makhluk-makhluk lainnya, termasuk serangga, karena mereka percaya bahwa kita adalah binatang-binatang yang telah berkembang, dan mempelajari binatang-binatang bisa menolong kita memahami fungsi mental dan perilaku manusia. Ingat, asal-usul menentukan natur.

Sigmund Freud, mungkin ahli psikologi yang paling terkenal di dunia, adalah pengikut Darwin yang gigih dan sangat memusuhi Kekristenan. Freud membuka klinik psikoanalisisnya yang pertama pada Minggu Paskah sebagai bentuk tindakan yang menyatakan perlawanannya, seakan-akan ingin mengatakan, “Kebangkitan Yesus Kristus tidak berarti apa-apa bagi saya. Saya menolak Allah Bapa, Yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi. Manusia adalah kera-kera yang telah berevolusi dan saya akan bekerja dengan mereka yang datang ke klinik saya menurut kerangka kerja itu.”xxxi Melalui Freud, manusia yang tidak percaya terhibur dengan ide bahwa tidak dibutuhkan Allah untuk menjelasan pikiran manusia atau bahkan ketidaksadaran manusia. xxxii

Kata “psikologi” berasal dari dua kata Yunani yang berarti studi tentang jiwa, tetapi menurut evolusionisme tidak ada jiwa. Kita semua adalah kera-kera yang telah berkembang. Kera tidak memiliki jiwa; maka kita pun tidak memiliki jiwa. Kita hanya terbentuk dari materi dan energi; pemikiran kita adalah reaksi-reaksi kimia – hanya itu. Maka tentu saja menurut pandangan ini tidak ada kehidupan setelah kematian.xxxiii

Tetapi mungkin ada orang yang mengajukan keberatan demikian, “Saya memiliki hati nurani. Saya dapat menentukan antara benar dan salah.”xxxiv Tetapi menurut teori evolusioner, ada masalah dengan apa itu benar dan salah. Menurut pandangan ini, apa yang disebut “hati nurani” adalah produk evolusi. Jika kita memiliki hati nurani, maka pastilah hati nurani itu yang memberi kita (atau kelompok kita) peluang yang lebih besar untuk bertahan hidup, sesuai dengan prinsip bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok. Jika kita merasa bersalah – merasa tidak enak hati – itu karena kita telah melakukan sesuatu yang bisa membahayakan peluang-peluang untuk bertahan hidup yang dimiliki diri kita sendiri dan/atau kelompok kita.xxxv

Psikologi evolusioner tidak memberi ruang bagi pengampunan dosa-dosa, karena menurutnya tidak ada dosa dan tidak ada pengampunan ilahi, sebab tidak ada Allah yang terhadap-Nya kita telah berdosa atau yang memiliki prerogatif untuk mengampuni dosa. Tidak ada jalan apa pun untuk kembali kepada Bapa; kita hidup di dalam alam semesta yang sangat tersendiri. Salib Kristus hanyalah mitologi. Sedangkan mengenai perawatan dan penyembuhan bagi jiwa – yang secara tradisional adalah bidang yang dikhususkan untuk gereja Kristen dan para gembalanya yang menyampaikan Firman, membawa penghiburan dari Alkitab, dan menasihati orang-orang untuk mengakui dosa-dosa mereka, serta mengenal damai sejahtera melalui darah Kristus – semuanya ini paling-paling hanya dipandang sebagai omong kosong, atau paling buruk sebagai kekejaman mental. Ketika kaum evolusionis bertambah banyak, dominan, agresif, dan antitetis, mereka mengklaim bahwa mengkatekisasi anak-anak adalah sejenis tindak kekerasan terhadap anak. Kaum evolusionis yang sangat kukuh menyatakan bahwa orang yang paling membutuhkan pertolongan psikologis adalah para gembala dan orang-orang yang memercayai Alkitab: “Kalian kacau secara psikologis. Kalian perlu dibersihkan dari semua ini dan bertumbuh menjadi individu yang matang dan masuk akal yang menerima kebenaran evolusi.”

 

Efek Evolusionisme pada Etika

Bagaimana dengan etika atau moral? Tidak ada Allah dan tidak ada yang benar atau salah di dalam evolusionisme, artinya tidak ada yang benar atau salah dalam pengertian absolut. Ada hal-hal yang bisa kita katakan benar atau salah, tetapi tidak ada standar yang transenden bagi kebenaran atau moralitas. Benar atau salah hanyalah apa yang mengancam orang lain atau memiliki efek-efek negatif. Tidak ada standar yang transenden bagi binatang-binatang yang telah berevolusi: benar atau salah adalah apa yang disebut benar atau salah oleh binatang yang dominan – hanya itu.

Bagaimana dengan aborsi? Itu adalah hasil sampingan yang tidak terelakkan dari evolusionisme. Jika memperhatikan kerusakan (depravitas) manusia, telah dan akan selalu ada pembunuhan terhadap bayi-bayi yang belum lahir, tetapi evolusionisme menjadikan pembenaran bagi aborsi menjadi jauh lebih mudah. Apa yang dibunuh oleh sang ibu di dalam kandungannya bukanlah benar-benar manusia; itu lebih menyerupai binatang. Dalam kenyataannya, kita semua adalah binatang dan kita membunuh binatang sepanjang waktu (dan kita menyantapnya di meja). Evolusionisme memercayai bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok, tetapi coba tebak siapakah yang tercocok? Anak yang belum lahir tidak memiliki peluang. Sang ibu membuat pilihan – “kebebasan untuk membuat pilihan.” Hanya seperti itu saja.xxxvi

Bagaimana dengan eutanasia? Eutanasia adalah sebuah eufemisme (ungkapan pelembut) yang berarti “kematian yang baik.” Di dalam kerangka kerja evolusioner, orang yang lanjut usia atau mengidap penyakit terminal adalah orang yang tidak cocok; mereka menghabiskan sumber daya. Mengapa tidak dipercepat saja akhir hidup mereka, jika perawatan bagi orang-orang seperti mereka memerlukan biaya yang mahal, atau jika mereka sendiri yang meminta hidup mereka diakhiri?xxxvii

Bagaimana dengan bunuh diri? Bunuh diri hanyalah membunuh binatang – diri Anda sendiri. Evolusionisme memfasilitasi bunuh diri karena (1) tidak ada hukum moral apa pun yang absolut yang melawan itu, dan (2) tidak ada pengharapan di dalam evolusionisme, karena tidak ada makna dan tidak ada tujuan bagi hidup Anda selain apa yang Anda putuskan untuk berikan kepadanya. Di mana evolusionisme masuk, bukan hanya aborsi dan eutanasia, tetapi juga tingkat bunuh diri bisa dipastikan meningkat, dengan faktor-faktor lain dipandang tidak berubah.

Bagaimana dengan pembunuhan? Jeffrey Dahmer yang homoseksual adalah pembunuh berantai yang keji di Amerika. Ia adalah seorang nekrofiliak dan kanibal yang telah membunuh dan kemudian melakukan pelecehan seksual atau memakan tujuh belas pria dan anak laki-laki antara tahun 1978 dan 1991. Pengakuannya sangat mencengangkan:

Jika seseorang tidak berpendapat bahwa ada Allah yang kepada-Nya ia harus bertanggung jawab, lalu ... lalu apa gunanya mencoba memodifikasi perilaku Anda agar tetap sesuai di dalam rentang-rentang yang dapat diterima? Seperti itulah pemikiran saya. Saya selalu memercayai teori evolusi sebagai kebenaran, bahwa kita semua hanya berasal dari lendir. Anda tahu, ketika kita ... ketika kita mati, ya itu saja, tidak ada apa-apa lagi....”xxxviii

Kesimpulan Dahmer adalah runtut logis dari premis-premisnya. Memercayai prinsip evolusionisme tentang bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok; menyangkali eksistensi Allah dan penghakiman-Nya setelah kematian; dan menikmati pembunuhan, nekrofilia, dan kanibalisme; tidak ada alasan mengapa Dahmer tidak boleh melalukan apa yang memberinya kesenangan. Belakangan Dahmer mengklaim bahwa ia telah bertobat ke dalam Kekristenan dan dengan demikian ia meninggalkan iman evolusionernya dan gaya hidupnya yang menyimpang.

Berikut adalah perkataan dari Pekka-Eric Auvinen (alias “NaturalSelector89,” “Natural Selector,” “Sturmgeist89,” dan “Sturmgeist”) seorang yang mengaku sebagai Darwinis sosial dari Finlandia, yang melakukan penembakan membabi-buta di Jokela High School, sekitar 40 mil (sekitar 64 km) dari Helsinki, pada tanggal 7 November 2007:

Ras manusia bukan hanya telah mengkhianati nenek moyangnya, tetapi juga generasi-generasi masa depan. Homo sapiens, HAH! Bagi saya ini lebih mirip Homo Idioticus! Ketika saya memperhatikan orang-orang yang saya lihat setiap hari di dalam masyarakat, sekolah, dan di mana-mana ... saya telah berevolusi satu langkah lebih tinggi!... Manusia hanyalah satu spesies di antara binatang-binatang lain, dan dunia eksis bukan hanya bagi manusia. Kematian dan pembunuhan bukanlah tragedi, itu terjadi sepanjang waktu di dalam alam di antara spesies-spesies. Tidak semua manusia yang hidup itu penting atau berharga untuk diselamatkan.... Tentu saja ada solusi finalnya: kematian seluruh ras manusia. Itu akan menjawab setiap permasalahan manusia. Semakin cepat ras manusia dihapuskan dari planet ini, semakin baik.... Tidak seorang pun yang boleh dibiarkan hidup.... Kehidupan hanyalah suatu peristiwa kebetulan yang tidak bermakna ... hasil dari proses evolusi yang panjang dan berbagai faktor, sebab, dan akibat.... Saya adalah diktator dan allah bagi hidup saya sendiri. Dan saya ... saya telah memilih jalan saya sendiri. Saya bersiap untuk berjuang dan mati bagi tujuan saya. Saya, sebagai selektor alam, akan mengeliminasi semua yang saya pandang tidak cocok, aib-aib dari ras manusia dan kegagalan-kegagalan seleksi alam. Tidak, kebenarannya adalah saya hanyalah seekor binatang, seorang manusia, seorang individu, seorang yang tidak sepandangan.... Inilah waktunya membawa SELEKSI ALAM DAN BERTAHAN-HIDUPNYA MAKHLUK YANG TERCOCOK kembali pada jalurnya.xxxix

Tentu saja tidak semua pembunuh massal adalah evolusionis, tetapi evolusionisme memberi alasan atau pembenaran bagi perilaku yang jahat ini, seperti yang ditunjukkan oleh dua kesaksian di atas.

Bagaimana dengan penyalahgunaan obat bius? Mengapa tidak, jika tidak ada Allah dan itu memberi Anda kesenangan!

Bagaimana dengan nuditas? Evolusi mengajarkan bahwa kita adalah binatang yang telah berevolusi. Binatang-binatang hidup telanjang, jadi mengapa kita tidak seperti itu? Dengan direndahkannya ide-ide alkitabiah dan bangkitnya naturalisme evolusioner yang atheistis maka cukup alamiah jika di dalam masyarakat bangkit pula kamp-kamp nudis, pantai-pantai nudis, dll.xl

 

Efek Evolusionisme pada Agama

Evolusionisme bukan hanya memengaruhi biologi, sejarah, psikologi, etika, dll.; evolusionisme juga memengaruhi pandangan orang tentang agama, khususnya agama Kristen. Di sini kita hanya akan memperhatikan interpretasi evolusioner atas Perjanjian Lama. Di dalam bidang ini pun evolusionisme melihat adanya “progresi.”

Alkitab mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang adalah Sang Pencipta, Penguasa, Penebus, dan Hakim. Manusia yang telah terjatuh secara alamiah merupakan penyembah berhala.xli Orang-orang murtad dari Allah yang sejati di dalam setiap angkatan mereka, semakin terperosok di dalam penyembahan berhala. Akan tetapi, evolusi melihat progres dan perkembangan, bukan hanya di dalam bentuk-bentuk kehidupan tetapi juga di dalam agama. Menurut evolusi, gerak naik religius dimulai dengan animisme (seluruh alam diisi oleh keberadaan-keberadaan ilahi) dan berkembang melalui politheisme (banyak allah) menjadi henotheisme (satu allah lebih tinggi daripada allah-allah yang lain) menjadi monotheisme (satu allah) menjadi atheisme (tidak ada allah), ketika manusia memahami dan merangkul evolusionisme.xlii Ini membawa kepada reinterpretasi yang radikal atas Perjanjian Lama untuk menyesuaikan dengan hipotesis evolusioner. Bukan hanya pasal-pasal pertama dari Kitab Suci, tetapi juga sejarah agama Israel di dalam Perjanjian Lama, harus ditulis ulang agar sesuai dengan pandangan tentang perkembangan naturalistis ini.xliii Kritik tinggi modern atas Alkitab mempersiapkan jalan bagi, dan muncul dari, evolusionisme.xliv

Secara ultimat, evolusionisme menghancurkan kebenaran, kebenaran mutlak, karena tidak ada kebenaran (transenden) di dalam dunia yang evolusioner. Apa yang Anda katakan benar dan orang lain katakan salah hanyalah reaksi kimia di dalam otak Anda dan reaksi kimia di dalam otaknya. Kebenaran bukanlah sesuatu yang dapat dipredikasikan pada reaksi-reaksi kimia atau sinyal-sinyal elektrik. Dengan demikian, evolusi sendiri bahkan tidak mungkin “benar,” karena tidak ada kebenaran absolut jika kita semua telah berevolusi dari lendir di dalam sebuah alam semesta yang naturalistis; yang ada hanyalah reaksi-reaksi elektro-kimia di dalam otak.

Seperti dikatakan oleh Dave Breese,

Pada poin ini konsep tentang evolusi runtuh seluruhnya. Jika segala sesuatu, termasuk pemikiran manusia dan kerohanian, di tentukan oleh elektro-kimia di dalam tengkorak manusia, kita memiliki alam semesta yang mekanistik. Di dalam alam semesta seperti itu, eksistensi adalah sama dengan non-eksistensi, atas tidak berbeda dari bawah, logika adalah omong kosong, dan rasionalitas menguap di depan mata kita. Tidak ada yang tersisa selain nihilisme....xlv

 

Efek Evolusionisme pada Pendidikan

Evolusionisme bukan hanya memengaruhi beragam bidang studi: biologi, geologi, linguistik, agama, dll.; dan evolusionisme bukan hanya menyerang ide tentang kebenaran itu sendiri; evolusionisme juga memengaruhi pendidikan, yaitu penerusan pengetahuan.

Evolusionisme memengaruhi pendidikan, pertama, karena evolusi menentukan subjek maupun objek dari pengajaran. Guru adalah kera yang telah berevolusi dan mereka yang diajar adalah lendir yang telah berkembang. Jika seorang guru memercayai bahwa ia mengajar manusia yang pada mulanya diciptakan menurut gambar Allah dan bahwa ia bertanggung jawab kepada-Nya, itu adalah satu hal. Tetapi jika guru itu memercayai bahwa ruang kelas adalah tempat di mana satu kera yang telah berevolusi mengajar kera-kera lain yang telah berevolusi, yang biasanya lebih muda, pandangannya tentang pendidikan akan berbeda secara radikal.

Kedua, wawasan dunia dari kaum evolusionis disajikan, secara sadar atau tidak sadar, melalui pengajaran mereka. Saya ingat ketika saya dulu melalui sistem sekolah negeri, saya secara tidak sadar dicecoki dengan asumsi yang tidak disebutkan secara langsung bahwa Allah itu tidak relevan. “Saya bisa mempelajari berbagai disiplin dan memahami semua hal, tetapi saya tidak perlu mengenal Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus melalui pengampunan bagi dosa-dosa di dalam salib. Saya bisa menjadi manusia yang berfungsi sepenuhnya dengan pengetahuan yang substansial dan riil tanpa mengenal Allah.” Allah itu tidak relevan; Allah itu absurd di dalam sistem sekolah negeri – Allah yang sebenarnya, yang dinyatakan di dalam seluruh Kitab Suci dan diringkaskan di dalam pengakuan-pengakuan imam Reformed. Pada masa saya, pendidikan agama dianggap sebagai lelucon – berada di ujung paling akhir dari kurikulum, dengan buku pelajaran yang buruk dan pengajaran yang buruk. Aksi yang nyata ada di dalam berbagai mata pelajaran lain – sains, matematika, bahasa, dll. Pengetahuan akan Allah yang sejati dan hidup yang berkuasa atas sorga dan bumi, yang di hadapan-Nya kita hidup setiap hari dan yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungjawaban, dianggap tidak ada apa-apanya.

Humanist Manifesto I (1933) secara sengaja bersifat anti-Kristen. Bagaimana pembukaan manifesto itu? Artikel 1 mengklaim bahwa alam semesta tidak diciptakan; alam semesta muncul dari ledakan yang sangat besar. Artikel 2 mengakui bahwa ras manusia berevolusi dari lendir. Dentuman besar dan evolusionisme – itulah cara Humanist Manifesto I dimulai. Manifesto itu secara blak-blakan menyingkirkan ciptaan Allah, Alkitab, gereja dan Yesus Kristus. Dibangun di atas dua artikel pertama yang bersifat evolusioner, tiga belas artikel berikutnya menyerang agama dan menyokong humanisme. Humanist Manifesto I disusul empat puluh tahun kemudian oleh Humanist Manifesto II (1973) dan kemudian oleh A Secular Humanist Declaration (1980). Ketiga dokumen ini menjadikan begitu jelas bahwa kaum humanis menginginkan, dan sedang bekerja menuju, suatu pendidikan yang secara total berkomitmen kepada, dan yang dengan sepenuh hati menyokong, evolusionisme. Yang mereka maksudkan dengan pendidikan adalah pendidikan negeri – di taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, dan universitas. Inilah tujuan mereka, dan inilah yang sedang terjadi di Irlandia Utara, Britania Raya, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia Barat, tahun demi tahun, dekade demi dekade. Bersama setiap angkatan, pendidikan negeri – dan dengan demikian juga para siswa yang menerima indoktrinasi ini – telah menjadi semakin konsisten dengan filsafat dentuman besar yang evolusioner.

 

Evolusionisme, sebuah Wawasan Dunia

Singkatnya, evolusionisme adalah sebuah wawasan dunia. Bukti nomor 1 bagi pernyataan ini berasal dari pertimbangan kita tentang beberapa bidang di mana pengaruhnya paling jelas. Untuk ini, kita bisa menambahkan ekonomi, filsafat, hukum dan hukuman, politik, anatomi komparatif, meteorologi, klimatologi, dan lain-lain. Bukti nomor 2 bahwa evolusionisme adalah sebuah wawasan dunia adalah bahwa, seperti yang telah kita lihat, evolusionisme menciptakan etikanya sendiri. Bukti nomor 3: evolusionisme menyatakan dirinya sebagai sebuah wawasan dunia dengan memajukan dirinya melalui pendidikan, khususnya bagi kaum muda. Pertama, universitas kemudian sekolah menengah dan kemudian sekolah dasar semakin dikendalikan oleh kepercayaan evolusioner. Ketika oang-orang yang lebih tua sudah berlalu, setiap angkatan berikutnya menerima dosis evolusionisme yang semakin besar, sehingga menjadi percaya bahwa Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus adalah tidak relevan. Sebagai orang Kristen, kita membayar pajak kepada pemerintah sipil, seperti yang Allah perintahkan (Rm. 13:6-7), tetapi tragisnya adalah bahwa uang ini sebagian digunakan untuk memajukan evolusionisme!

Sebagai sebuah wawasan dunia, evolusionisme mencoba menjelaskan segala hal. Richard Dawkins, yang mungkin adalah atheis paling terkenal dan agresif di dunia Barat pada saat ini, mengatakan tentang evolusionisme, “Belum pernah terjadi begitu banyak fakta dijelaskan oleh begitu sedikit asumsi.”xlvi Belum pernah di dalam sejarah dunia, demikian klaim Dawkins, yang begitu banyak dijelaskan oleh yang begitu sedikit. Termasuk titik debu yang meledak menjadi alam semesta kita dan bentuk kehidupan sel tunggal yang pertama. Evolusionisme tidak ternilai, aku Dawkins, karena ia berpendapat bahwa evolusionisme memampukan dirinya menjadi seorang “atheis yang terpuaskan secara intelektual.”xlvii Dengan kata lain, ia tidak dapat menjadi seorang atheis tanpa adanya sesuatu yang menyerupai integritas dan kejujuran, jika bukan karena evolusionisme. Dengan memercayai evolusionisme, Dawkins dapat mempertahankan hal tidak dibutuhkannya Allah.

Kutipan-kutipan berikut mengenai evolusionisme sebagai sebuah wawasan dunia dari Sir Julian Huxley, “yang patut disebut evolusionis utama pada abad kedua puluh,” mungkin lebih menyibakkan lagi daripada kutipan-kutipan dari Richard Dawkins. Sir Julian Huxley adalah cucu dari Thomas Huxley, “bulldog-nya Darwin,” dan saudara dari Aldous Huxley, seorang “filsuf atheis yang utama dan moyangnya kultur obat bius modern.”xlviii Sir Julian Huxley menulis,

Konsep tentang evolusi segera meluas ke bidang-bidang di luar biologi. Subjek-subjek inorganik seperti sejarah kehidupan bintang-bintang dan formasi unsur-unsur kimia di satu sisi, dan di sisi lain subjek-subjek seperti linguistik, antropologi sosial, dan hukum dan agama komparatif, mulai dipelajari dari sudut evolusioner, sampai hari ini kita dimampukan untuk melihat evolusi sebagai sebuah proses yang universal dan memengaruhi segalanya.xlix

Ketika Sir Julian Huxley menuliskan kata-kata tersebut, ia telah menjabat sebagai Direktur Jenderal pertama dari UNESCO, United Nation Educational, Scientific and Cultural Organization (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya dari PBB). Mengenai cabang dari PBB yang bercakupan luas itu ia menyatakan,

Adalah esensial bagi UNESCO untuk mengadopsi pendekatan evolusioner ... tampaknya, filsafat umum dari UNESCO seharusnya adalah humanisme dunia yang saintifik, yang bercakupan global, dan berlatar belakang evolusioner.... Dengan demikian perjuangan untuk eksistensi yang mendasari seleksi alam semakin digantikan oleh seleksi yang sadar, perjuangan antara ide-ide dan nilai-nilai di dalam kesadaran.l

Di sini Huxley mendesak UNESCO (dan PBB) untuk menolong evolusionisme dengan mengendalikan perkembangan-perkembangannya di dalam masyarakat-masyarakat manusia di masa depan. Kita semua harus semakin menyadari, dan bertindak sesuai, ide tentang evolusionisme. Maka ras manusia akan menjadi semakin berkomitmen kepada evolusionisme dan naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Momok rekayasa genetik (untuk semakin memajukan evolusi manusia) semakin mendekat pada masa kita.

Dave Breese meringkaskan natur radikal dan pengaruh yang pervasif dari wawasan dunia evolusioner:

Revolusi intelektual [evolusionisme] telah menyebabkan manusia menginterpretasi ulang masa lalunya, memikirkan ulang masa kininya, dan merevisi antisipasinya bagi masa depan. Darwin dipandang memberikan kepada dunia suatu pemahaman akan dunia itu sendiri yang sangat berbeda dari pandangan yang dipegang di masa lalu sehingga, dalam pengertian tertentu, Darwin memulai kembali sejarah. Pengaruh Darwin tetap pervasif saat ini, dan ia mendapat tempat di antara orang-orang yang memerintah dunia dari balik kubur.li

Darwin, seorang dengan “ide-ide yang berbahaya,” menurut Andrew Marr, “ditakdirkan untuk menjadi nabi dan pembimbing untuk beberapa ratus tahun ke depan. Waktunya baru saja dimulai.”lii

 

Eskatologi Evolusionisme

Asal-usul bukan hanya menentukan natur, seperti yang telah kita perhatikan sebelumnya; hal-hal pertama juga menentukan hal-hal terakhir. Dari mana ras manusia dan alam semesta berasal menentukan ke mana ras manusia dan alam semesta menuju. Awal menentukan akhir; alfa membawa kepada omega.

Sebagai sebuah wawasan dunia, evolusionisme memiliki sebuah pandangan (atau pandangan-pandangan) mengenai masa depan, apa yang kita, orang-orang Kristen, sebut sebagai eskatologi atau “masa-masa akhir.” Seperti semua eskatologi, ide-ide kaum evolusionis tentang masa-masa akhir juga diiringi panggilan tentang bagaimana seseorang harus berperilaku.

Kaum evolusionis memiliki ketakutan mengenai masa depan, dan mereka memiliki berbagai rencana dan aktivitas yang dirancang untuk menjawab semua ketakutan itu. Ketakutan evolusionisme sudah pasti bukanlah bahwa Yesus Kristus akan datang kembali untuk menghakimi dunia dan melemparkan mereka yang menolak kebenaran ke dalam neraka. Dalam kenyataannya kebenaran inilah yang ingin disingkirkannya. Evolusionisme sudah pasti tidak memanggil manusia untuk bertobat dan melakukan perbuatan baik di dalam terang kedatangan kembali Kristus yang mulia.

Salah satu ketakutan kaum humanis evolusioner melibatkan temperatur dunia. Dalam jangka pendek, ketakutannya adalah pemanasan global. Pada tahun 1980-an, kita sering mendengar di berita, misalnya, bahwa para ilmuwan memprediksikan akan terjadinya zaman es lain. Tetapi sekarang yang ditakutkan adalah pemanasan global. Orang-orang memiliki daya ingat yang sangat pendek dan gagal menuntut pertanggungjawaban para ilmuwan atas jungkir balik yang hebat ini.liii Respons terhadap hal pemanasan global adalah environmentalisme.

Ketakutan jangka panjang kaum evolusionis mengenai dunia ini adalah matinya panas. Matahari akhirnya akan mendingin dan kehidupan di bumi akan punah. Itulah salah satu alasan mengapa kita perlu membangun pesawat angkasa dan (akhirnya) pindah ke planet-planet lain, karena kita hanya memiliki jangka waktu tertentu di bumi sebelum kita semua mati beku. Banyak orang percaya bahwa hanya dengan menjadi “spesies multiplanet” barulah kita benar-benar bisa terhindar dari kepunahan.

Ketakutan lain dari kaum evolusionis adalah bahwa sesuatu akan bertubrukan dengan bumi di suatu waktu, seperti asteroid yang besar atau komet. Ini tidak akan sedahsyat dentuman besar yang menjadi awal dari alam semesta kaum evolusionis, tetapi tetap akan menjadi dentuman yang cukup besar. Di awal tahun 2009, tahun perayaan Charles Darwin ini, para ahli astronomi menyatakan bahwa salah satu dari planet-planet yang paling dekat dengan kita – Merkurius, Venus, atau Mars – mungkin suatu hari akan menubruk kita dan memunahkan kehidupan di bumi. Tetapi jangan mengkhawatirkan itu, karena menurut mereka hanya ada kemungkinan yang teramat kecil dan, jika itu memang terjadi, itu pun baru akan terjadi setelah 3½ miliar tahun. Jadi belum perlu panik.

Kegentaran lain dari evolusionisme adalah terjadinya pandemi yang mengerikan yang akan memusnahkan banyak, atau seluruh, ras manusia.liv Dengan memperhatikan bahwa banyak spesies sudah punah, dan bahwa kaum evolusionis menolak Alkitab dan ajarannya mengenai pemeliharaan atas umat manusia, mereka tidak memiliki jaminan bahwa manusia akan berlanjut.

Juga ada ancaman dari makhluk asing (alien). Jika kehidupan berevolusi di planet kita, maka kehidupan juga mungkin telah berevolusi di tempat lain, jika diberikan waktu dan peluang yang cukup, karena alam semesta adalah tempat yang luas. Secara umum, makhluk-makhluk asing akan terbagi menjadi dua kategori: makhluk asing yang baik dan makhluk asing yang jahat. Di masa depan, makhluk asing yang jahat mungkin menyerang, memakan, atau menghancurkan kita; makhluk asing yang baik mungkin akan membagikan sebagian pengetahuan mereka dengan kita dan menolong kita di sepanjang jalur evolusi kita. Sejumlah kaum evolusionis meyakini bahwa di masa lalu makhkuk-makhluk asing mungkin memulai atau menolong evolusi kita. Richard Dawkins terbuka bagi hal ini. Ia tidak dapat memercayai Allah yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi, tetapi ia bisa memercayai bahwa makhluk-makhluk hijau kecil ini telah datang dan menolong ras manusia berevolusi.

Pemerintahan sipil Amerika Serikat dan negara-negara lain di seluruh dunia telah menghamburkan dan sedang menghamburkan, uang miliaran untuk SETI (Search for Extra Terrestrial Intelligence [Pencarian Kecerdasan di luar Bumi]). Para ilmuwan papan atas di observatori-observatori yang nilainya jutaan dolar sedang melihat ke angkasa luar dan bertanya-tanya apakah ada seseorang di sana. Allah yang disembah oleh berlaksa-laksa malaikat menyatakan bahwa Ia telah datang ke bumi di dalam Yesus Kristus dan memerintahkan kita untuk berseru kepada-Nya. Tetapi manusia yang bebal tidak mau mengetahui itu. Sebaliknya, para ahli astronomi evolusioner melihat ke angkasa luar dengan teleskop-teleskop yang kuat untuk mencoba menemukan tanda kehidupan apa pun di planet-planet lain.

Terkadang mereka mengklaim telah menemukan sesuatu. Selama tahun perayaan ke-150 dari Origin of Species Darwin ini, para ahli astronomi evolusioner dengan gegap gempita menyodorkan sebuah batu dari angkasa luar yang memiliki bekas cetakan seperti cacing.lv Mereka berteriak ke langit, “Ini dia! Inilah bukti bahwa ada kehidupan di planet-planet lain!” Tetapi beberapa minggu kemudian, apa yang mereka bisikkan? “Ups, ternyata itu hanya tanda-tanda di bebatuan.”

Sebelum itu mereka telah mengeluarkan klaim lain. Orang-orang SETI berpikir mereka telah menemukan emas, menyatakan bahwa mereka telah menangkap sinyal dari angkasa luar yang merupakan pesan terkode dari bentuk kehidupan yang lain. “Sesuatu sedang mencoba untuk berkomunikasi dengan kita!” Tetapi kemudian mereka menyadari bahwa itu hanyalah variasi acak dari letupan-letupan listrik.

Kaum evolusionis berseru keras-keras mengenai temuan-temuan ilmiah mereka yang baru, sangat ingin membuktikan hipotesis mereka kepada diri mereka sendiri dan orang lain, dan membawa lebih banyak orang ke dalam upaya mereka. Setiap kali terbukti bahwa mereka salah, bisa dikatakan kita hanya mendengar tentang itu dalam nada-nada bisikan dan di halaman-halaman bagian dalam dari surat kabar. Tetapi setiap kali, gegap gempita dari suatu “penemuan” baru yang “membuktikan evolusi” menipu sejumlah orang bodoh. Kita bertanya-tanya apakah klaim-klaim ini dilontarkan secara berkala agar proyek-proyek ilmiah ini bisa terus mendapatkan pendanaan yang besar dari negara. “Jika kita tidak berteriak tentang itu, para politisi dan orang banyak tidak akan tahu tentang kita dan pekerjaan kita, dan keuangan kita akan dikurangi atau bahkan dihentikan.”

Ide evolusioner tentang kehidupan di luar bumi menyebabkan sejumlah orang mencari UFO. Dan ketika orang mendengar atau melihat (atau berpikir mereka melihat) UFO, mereka lebih terbuka kepada evolusionisme.

Fiksi ilmiah, seperti UFO, sering menjadi sarana populer untuk membawa orang kepada kepercayaan-kepercayaan evolusioner. H. G. Wells (1866-1946), seorang siswa biologi dari “bulldog-nya Darwin,” T. H. Huxley, adalah salah satu penulis fiksi ilmiah paling awal. Bersama Jules Verne, ia bahkan disebut “Bapa Fiksi Ilmiah.”lvi Sebagai seorang evolusionis, eugenesis, dan pendukung pemerintahan satu dunia yang gigih, tulisan Wells yang banyak termasuk Time Machine (1895) dan War of the Worlds (1898). Wells menggunakan genre fiksi ilmiah untuk memajukan evolusionisme, karena novel-novel yang menghibur tentang kehidupan manusia purba atau kehidupan di planet lain membangkitkan kemungkinan di dalam pikiran orang-orang bahwa keberadaan-keberadaan yang cerdas mungkin saja telah berevolusi, dan menyarankan bagaimana itu terjadi.

Di dalam karya Wells yang lain, The Shape of Things to Come (1933), sebuah pemerintahan satu dunia di masa depan, yang terdiri dari kaum elit yang telah dicerahkan dan mendapat pelatihan sains, secara sistematis menganiaya dan sepenuhnya menghapus Kekristenan (dan semua agama lain) – sebuah tindakan positif yang dipandang mutlak harus dilakukan untuk memberi “Negara Modern” yang sedang muncul itu monopoli seutuhnya atas generasi-generasi masa depan di seluruh dunia.lvii Fiksi ilmiah Wells menyajikan eskatologi evolusioner adalah mirip dengan Antikristus dan kerajaannya!

 

Signifikansi Calvin

Tetapi bagaimana dengan Calvin versus Darwin (dan wawasan dunia evolusioner)? Mengapa kita secara khusus harus menonjolkan Calvin (dan iman Reformed yang ia tolong untuk bentuk)? Mengapa ini menjadi kunci di dalam perdebatan penciptaan versus evolusi?

Jika evolusionisme berupaya untuk menyingkirkan Tuhan kemuliaan dari setiap aspek alam semesta-Nya dan dari setiap bidang pengetahuan atau aktivitas, Calvin adalah “orang yang mabuk Allah.”lviii Theologi Calvin, mungkin melebihi semua ahli dogmatika Kristen, adalah theologi yang theosentris: seluruh theologinya adalah tentang Allah – soli Deo gloria. Calvin dengan tepat dijuluki “Sang Theolog” oleh Melanchthon, dan juga dipandang demikian oleh rekan-rekan semasanya.

Selain itu, theologi Calvin adalah sebuah wawasan dunia (dan demikian juga theologi Reformed yang mengikuti petunjuk Calvin). Ini adalah hal yang sangat penting karena evolusionisme adalah sebuah wawasan dunia dan perlu diperangi dengan sebuah wawasan dunia yang berlawanan. Calvin memproklamasikan secara jelas, konsisten, dan penuh kekuatan, “Allah ada di sini dan di dalam seluruh alam semesta. Ia tidak diam karena Ia tidak membiarkan diri-Nya tanpa saksi. Ia adalah Allah yang mencipta, memerintah, menebus, dan menghakimi. Ia adalah Allah Tritunggal – Allah Bapa, Allah Sang Firman, dan Allah Roh Kudus – kepada siapa kita mengucap syukur , menyembah, dan melayani.”

Di dalam kerangka kerja ini dan bertolak belakang dengan pendekatan naturalistis dari evolusionisme, Calvin mendesak kita untuk “belajar merenungkan karya-karya Allah” dan melihat “tangan”-Nya di dalam ciptaan-Nya:

Marilah kita selalu mengakui tangan Allah, dan janganlah kita seperti orang-orang yang tidak percaya, yang banyak menyenangkan diri dengan mencari rahasia-rahasia alam sementara melupakan [atau bahkan mengubur] Allah, yang adalah Sosok yang utama. Hal tersebut menyebabkan kita melihat tangan Allah di dalam semua sarana-Nya dan menyadari bahwa Ia menggunakan mereka dengan kebebasan yang begitu rupa sehingga Ia bisa tidak menggunakan semuanya itu jika Ia memang memilih seperti itu, dan bahwa Ia berbuat demikian untuk dipermuliakan dan untuk mengangkat kita kepada diri-Nya sendiri. Dan marilah kita menggunakan semuanya itu sebagai cermin-cermin yang dengannya Ia menunjukkan kepada kita wajah-Nya, yaitu menyatakan kepada kita kuasa-kuasa-Nya, yang karenanya Ia layak dipermuliakan oleh kita.”lix

 

Ciptaan, Teater Kemuliaan Allah

Doktrin Calvin tentang penciptaan begitu kuat dan setia kepada Kitab Suci. Allah telah menjadikan segala sesuatu dari yang tidak ada (ex nihilo) oleh Firman kuasa-Nya sekitar enam ribu tahun yang lalu.lx Pekerjaan ini bukan terjadi dengan sekejap (seperti pandangan sejumlah orang di masa Calvin) dan bukan pula miliaran tahun (seperti dugaan banyak orang pada saat ini), melainkan dalam enam hari.lxi Calvin berargumen, “dengan keadaan ini,” yaitu bahwa “karya Allah diselesaikan ... dalam enam hari,” “kita dijauhkan dari semua fiksi dan menuju kepada Allah yang esa yang membagi pekerjaan-Nya menjadi enam hari agar kita jangan sampai menjadi terlalu lelah dan jenuh untuk menggunakan seluruh hidup kita untuk merenungkannya.”lxii

Calvin dengan tepat memandang Kitab Kejadian, termasuk pasal-pasal awalnya, bukan sebagai mitos, legenda, atau saga, atau bahkan sebagai puisi, melainkan sebagai “sejarah,” dengan Kitab Kejadian 1 dan seterusnya memberikan kepada kita “sejarah tentang Ciptaan.”lxiii Di dalam “Argumen” di awal tafsirannya tentang Kitab Kejadian, Calvin sangat menekankan bahwa kitab pertama dari Alkitab itu, kitab tentang semua permulaan, mencatat apa yang secara aktual terjadi, “sejarah” yang riil.lxiv Kalimat pertama dari “Argumen” meliputi kalimat ini: “SEJARAH PENCIPTAAN DUNIA.”lxv Institutes 1.14.20 memberikan sejumlah pernyataan Calvin yang paling jelas mengenai hal ini. Reformator Jenewa itu berbicara tentang Musa yang “dengan setia dan rajin mencatat narasi tentang Penciptaan [Kej., ps. 1 dan 2].”lxvi Ia juga menulis tentang “sejarah penciptaan alam semesta, sebagaimana telah dipaparkan [dan bukan dengan cara lain!] secara singkat oleh Musa [Kej., ps. 1 dan 2].”lxvii

Bapa membentuk alam semesta dengan tangan-Nya. Allah menciptakan dengan Firman-Nya yang ilahi dan berpribadi. “Jadilah terang” (Kej. 1:3), dll., dan Roh melayang-layang di atas permukaan air (Kej. 1:2). Allah Tritunggal adalah Pencipta dan, berlawanan dengan Darwin, Ia adalah asal-usul semua spesies, karena Ia telah menciptakan mereka “sesuai jenis mereka” (Kej. 1:11, 12, 21, 24, 25).lxviii Ajaran Calvin tidak sesuai dengan, dan secara total tidak bisa diselaraskan dengan, evolusionisme.lxix

Tidak seperti alam semesta tertutup menurut naturalisme yang materialis dan atheistis, Calvin, dengan mengikuti Kitab Suci, memercayai eksistensi malaikat dan roh jahat. Bahkan satu bagian besar dari Institutes 1.14, yang membahas penciptaan alam semesta – Institutes 1.15 membahas manusia sebagai yang diciptakan – digunakan untuk pembahasan (yang non-spekulatif) tentang malaikat dan iblis.lxx

Berikut adalah kalimat pertama dari Institutes Calvin: “Hampir semua bijaksana yang kita miliki, yaitu bijaksana yang sejati dan benar, terdiri dari dua bagian: pengenalan akan Allah dan akan diri kita sendiri.”lxxi Itulah mengapa evolusionisme begitu merusak: evolusionisme menghancurkan pengenalan akan Allah maupun diri kita sendiri. Orang yang memercayai evolusionisme tidak mengetahui siapa dirinya atau dari mana ia berasal; ia pikir dirinya adalah kera yang telah berevolusi. Ia tidak tahu dari mana planet di mana ia hidup atau alam semesta ini berasal; ia pikir semuanya berasal dari suatu ledakan yang besar. Bijaksana yang sejati adalah mengenal Allah dan diri sendiri: tanpa ini kaum evolusionis adalah kaum yang bebal. Ayat Kitab Suci pertama yang dirujuk di dalam Institutes adalah Kisah 17:28: “di dalam [Allah] kita hidup, kita bergerak, kita ada.”lxxii Ini harus dinyatakan dan dipertahankan melawan Darwin dan para pengikutnya.

Buku 1 dari keempat buku di dalam Institutes diberi judul “Pengenalan akan Allah Sang Pencipta.” Perhatikan bahwa bukan “Allah Sang Pencipta”; judulnya sangat disengaja “Pengenalan akan Allah Sang Pencipta.” Dengan judul ini Calvin bukan hanya menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta, tetapi juga bahwa kita harus mengenal Dia sebagai Pencipta. Jika Anda tidak mengenal Allah sebagai Pencipta, Anda tidak dapat mengenal Dia sebagai Penguasa dunia; Anda tidak dapat mengenal Dia sebagai Penebus kaum pilihan; Anda tidak dapat megenal Dia sebagai Hakim. Dengan menolak Allah sebagai Pencipta, evolusi membuat pengenalan akan Allah – Allah yang sejati, dan bukan sekadar berhala – menjadi mustahil.

Di dalam Institutes, tafsiran-tafsiran, khotbah-khotbah, dan tulisan-tulisannya yang lain, Calvin sering dan secara khas menyebut ciptaan sebagai “teater kemuliaan Allah” yang menyatakan keagungan-Nya: “Allah telah menempatkan kita di dalam dunia ini seperti di dalam sebuah teater untuk merenungkan kemuliaan-Nya.”lxxiii Maka, Calvin menyatakan, “ke manapun Anda melayangkan pandangan, tidak ada titik di dalam alam semesta di mana Anda tidak bisa melihat percikan-percikan kemuliaan-Nya.”lxxiv

Calvin menjadi puitis ketika menggambarkan keindahan dan keajaiban ciptaan Allah. Namun, aspek dari Calvin ini tidak dikenal secara luas. Mereka yang membenci theologi Calvin yang kuat, yang bersifat Reformed dan alkitabiah, telah menjelek-jelekkan dia sebagai orang kasar yang tidak memiliki perasaan estetis. Ini membuat orang-orang lain, yang belum pernah membaca sendiri tulisan Calvin, mendapatkan kesan yang salah tentang sang Reformator berbangsa Prancis ini. Untuk mengoreksi kesalahpahaman ini, T. H. L. Parker merekomendasikan “membaca buku Commentary on Genesis, atau on Psalms, atau Buku I, pasal 5 dari Institutes.”lxxv Selain ini kami akan menambahkan bahwa orang harus membaca Sermons on Genesis: Chapters 1-11 dari Calvin, khususnya homili-homili tentang Kejadian 1-3. Parker mengatakan bahwa sementara Calvin “memuji keindahan dan keajaiban bumi, ia tetap lebih tergerak oleh keagungan langit.”lxxvi Setelah memberikan beberapa kutipan yang sesuai dari Calvin untuk mendukung poinnya, Parker melanjutkan, “Tetapi betapapun indahnya dan luar biasanya langit dan bumi, masih ada contoh lain yang lebih luar biasa dari buatan tangan Allah – manusia, mahkota dari ciptaan Allah.”lxxvii Calvin berbicara tentang manusia sebagai mikrokosmos atau dunia kecil atau dunia dalam bentuk miniatur:

Oleh karena itu, filsuf-filsuf tertentu di masa lalu tidaklah salah dengan menyebut manusia sebagai sebuah mikrokosmos, karena manusia adalah contoh yang langka dari kuasa, kebaikan, dan hikmat Allah, dan di dalam dirinya berisi mujizat-mujizat yang cukup untuk menyita semua pikiran kita, seandainya kita tidak terlalu tidak acuh untuk memberi perhatian kepada mujizat-mujizat tersebut.lxxviii

Tetapi kaum evolusionis ingin menyangkali Sang Pencipta dan Penopang teater itu dan merampas kemuliaan Allah. Berikut pernyataan Engelsma mengenai isu antara Calvin dan penciptaan versus Darwin dan evolusi:

Maka, inilah yang dipertaruhkan di dalam perjuangan kontemporer bagi kebenaran Alkitab mengenai penciptaan. Akankah ciptaan ini dipandang sebagai teater kemuliaan Allah, atau akankah dunia ini dianggap sebagai hasil yang kebetulan dari kekuatan-kekuatan alam yang buta selama miliaran tahun?lxxix

Roma 1 mengajarkan bahwa hal-hal yang kelihatan dari alam semesta ini tidak mengindikasikan evolusi melalui waktu dan peluang; hal-hal yang kelihatan menyatakan kepada kita Sang Pencipta yang tidak kelihatan dan “kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya” (Rm. 1:20). Inilah kesaksian yang diberikan oleh alam semesta di sekeliling kita; inilah yang diproklamasikan oleh tubuh Anda; inilah yang dikatakan oleh pikiran Anda: “Allah!” Kita harus bersyukur dan memuji Allah yang sejati ini (Rm. 1:21). Tetapi manusia yang bebal dan bobrok tidak ingin melakukan ini (Rm. 1:21-22). Orang seperti ini tidak bisa berdalih (Rm. 1:20), karena ia menindas dan menekan kebenaran (Rm. 1:18) dengan penyembahan berhala (Rm. 1:21-23), yang, khususnya di dalam masyarakat kafir kita yang sudah sangat kompleks, mengambil bentuk “kebohongan” evolusionisme (Rm. 1:25).lxxx

Calvin sangat menekankan bahwa di dalam diri setiap manusia terdapat perasaan akan keilahian (sensus divinitatus).lxxxi Setiap orang mengetahui perasaan ini; perasaan ini adalah bawaan lahir, tertanam di dalam diri setiap manusia, dan tidak bisa dihapus, dan “Allah setiap hari menyibakkan diri-Nya di dalam seluruh alam semesta yang adalah buatan-Nya ... manusia tidak mungkin membuka mata tanpa melihat Dia.”lxxxii Allah ada, dan Ia adalah Sang Pecipta dan Tuhan atas segala sesuatu yang harus disembah. Terkait dengan ini adalah doktrin Calvin yang kuat tentang “hati nurani” sehingga semua – bahkan orang yang tidak percaya yang belum mendengar Taurat atau Injil dari Kitab Suci – mengetahui perbedaan antara benar dan salah. Semua orang tidak bisa berdalih di hadapan Allah atas penyembahan berhala mereka dan pemikiran, perkataan, dan perbuatan mereka yang berdosa. Semua orang tahu bahwa “murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia” (Rm. 1:18). Inilah yang evolusionisme, dengan upaya penyebarannya yang begitu gigih, ingin hilangkan dari pikiran manusia. Inilah yang Calvin dan iman Reformed dan gereja-gereja yang setia, dengan mengikuti Alkitab, ingin tanamkan di dalam pikiran manusia yang telah terjatuh yang membutuhkan penebusan di dalam Yesus Kristus: “pengenalan akan Allah dan akan diri kita sendiri.”

 

Providensi, Pemerintahan dan Tangan Allah yang Teratur

Mengikuti dari Penciptaan, Calvin memiliki doktrin yang sama kuatnya tentang providensi.lxxxiii Allah bukan hanya aktif di awal dunia ini; tangan kebapaan-Nya tidak ditarik setelah penciptaan; tangan itu tetap bersama ciptaan, di manapun di dalam dunia, setiap detik di dalam setiap harinya. Allah, dengan segenap keberadaan-Nya yang tidak terbatas – hikmat, keadilan, kekudusan, kebenaran, kebaikan, dan kemurahan-Nya – hadir dan aktif di seluruh langit dan bumi, sebagai Dia yang memenuhi, memerintah, dan mengarahkan segala sesuatu.lxxxiv Ia tidak pernah boleh dipandang absen atau “bermalas-malasan,” atau “berpangku tangan.”lxxxv

Bagi Calvin, pemerintahan Allah yang providensial memberikan kepada semua manusia segala hal yang baik secara berlimpah, agar kita bisa memuliakan Dia:

Tidak ada manusia dengan pikiran yang begitu tumpul dan bodoh, melainkan ia bisa melihat jika ia mau membuka matanya, bahwa oleh providensi Allah yang ajaiblah kuda-kuda dan lembu-lembu membantu manusia – bahwa domba-domba menghasilkan wol untuk memberi manusia pakaian – dan bahwa semua jenis binatang menyediakan bagi manusia makanan untuk mencukupi gizi mereka dan menopang mereka, bahkan dari daging binatang itu sendiri. Dan semakin jelas kuasa ini terlihat, semakin kita harus dikuasai oleh perasaan akan kebaikan dan anugerah dari Allah kita sesering kita menyantap makanan, atau menikmati kenyamanan apa pun di dalam kehidupan ... tatanan yang sah yang Allah tetapkan pada mulanya tidak lagi terpancar, tetapi orang-orang yang beriman yang Allah kumpulkan bagi diri-Nya sendiri, di bawah Kristus, Kepala mereka, menikmati begitu banyak fragmen dari hal-hal baik yang telah hilang bagi mereka di dalam Adam, sehingga bisa memberi mereka begitu banyak hal yang membuat mereka kagum kepada cara Allah yang begitu penuh anugerah di dalam memperlakukan mereka.lxxxvi

Betapa jauhnya ini dari alam semesta evolusi yang tidak berallah dan materialis yang terbentuk oleh peluang yang buta!

Setiap hal di dalam alam semesta, termasuk para malaikat yang baik maupun jahat dan bahkan dosa, “diarahkan oleh tangan Allah yang selalu hadir.”lxxxvii Calvin sangat menekankan bahwa providensi Allah memerintah atas kejatuhan orang tua pertama kita di dalam Kejadian 3 – itu bukan “sekadar izin” – dan juga penghakiman-Nya di dalam semua pelanggaran yang aktual dan miliaran kematian yang diakibatkannya.lxxxviii Bahkan dosa salib yang begitu mengerikan juga terjadi di dalam providensi Allah (Kis. 2:23; 4:27-28).

Di dalam memaparkan doktrin Alkitab tentang providensi, Calvin selalu memperhatikan satu musuh besar: peluang (hal kebetulan). Di dalam providensi, sebagaimana dengan penciptaan, sang Reformator Jenewa menyatakan dengan tegas, “tidak ada apa pun yan terjadi karena peluang”!lxxxix Alih-alih keberuntungan dan peluang, Calvin menekankan keteraturan dan tujuan di dalam penciptaan dan providensi Allah.xc Tidak ada peluang; tidak ada keberuntungan; segala sesuatu dipimpin oleh “tangan” kebapaan Allah.xci

Dalam hal ini Calvin menyerang sesuatu yang mendasar di dalam evolusionisme, karena evolusi membutuhkan begitu banyak waktu dan peluang! Telah dikatakan bahwa jika diberikan waktu yang cukup dengan peluang yang cukup, sekawanan kera yang diberi papan ketik akan bisa menghasilkan karya lengkap Shakespeare. Tetapi kera-kera itu tidak akan pernah menghasilkan satu pun drama Shakespeare tidak peduli berapa panjang waktu yang diberikan. Dan seandainya kera-kera itu bisa, seorang manusia tetap tidak akan pernah berevolusi dari lendir.xcii

 

Imanensi, Kedekatan Allah dengan Umat-Nya

Allah bukan hanya menciptakan dunia dan Ia bukan hanya memerintah dunia; Ia juga datang ke dalam dunia di dalam Yesus Kristus. Imanensi Allah (atau hadirnya Allah di dalam dunia) bukanlah sekadar imanensi-Nya di dalam alam semesta melalui penciptaan dan providensi; ini adalah imanensi-Nya di bumi melalui inkarnasi. Allah menjadi manusia, hidup di dalam alam semesta kita dan di planet kita, seperti kita manusia! Kita telah ditebus oleh Dia yang adalah sepenuhnya Allah sekaligus sepenuhnya manusia. Ia adalah Pengantara antara Allah dan manusia. Di dalam Dia, Allah datang kepada kita; melalui Dia, kita datang kepada Allah. Oleh anugerah Yehova, kita selalu dekat, selalu ada di dalam hadirat Allah melalui Wakil dan Juruselamat kita. Calvin menulis,

Maka, adalah niscaya bagi Anak Allah untuk menjadi bagi kita “Imanuel, yaitu Allah beserta kita” [Yes. 7:14; Mat. 1:23], dan dengan cara sedemikian rupa sehingga keilahian-Nya dan natur manusiawi kita bisa, dengan koneksi mutual, bertumbuh bersama. Jika tidak demikian, kedekatan itu tidak akan cukup dekat, dan keakrabannya juga tidak akan cukup kuat, bagi kita untuk bisa berharap bahwa Allah akan berdiam bersama kita.xciii

Berdasarkan, dan sebagai upah bagi, karya Kristus yang bersifat menebus yang telah terjadi sebelumnya, Kristus mencurahkan Roh Kudus pada gereja yang katolik (am) atau universal pada hari Pentakosta. Ini berarti bahwa imanensi Allah bukan hanya imanensi-Nya di dalam dunia; ini adalah imanensi-Nya di dalam kita, baik secara korporat sebagai gereja maupun secara individual sebagai orang percaya! Roh Kristus mendiami kita; Ia ada di dalam diri kita, di dalam hati dan pikiran dan jiwa kita – sedekat itu! Di dalam bagian pertama dari pasal pertama dari Buku 3 Institutes, Calvin menyatakan, “Singkatnya, Roh Kudus adalah ikatan yang dengannya Kristus secara efektual menyatukan kita dengan diri-Nya sendiri,” dan, dengan demikian, dengan Allah Tritunggal.xciv

Roh mengerjakan iman. Di dalam Katekismus Jenewa-nya (1545), Calvin memberikan “definisi yang sebenarnya bagi iman:” “Iman bisa didefinisikan sebagai pengetahuan yang pasti dan teguh akan kebaikan Allah yang kebapaan kepada kita, sebagaimana Ia menyatakan di dalam Injil bahwa demi Kristus Ia akan menjadi Bapa dan Juruselamat kita.”xcv Bagi Calvin, iman bersifat pribadi dan mencakup jaminan: Allah adalah Pencipta, Penguasa, Penyelamat, dan Tuhan saya, yang tidak akan pernah meninggalkan atau mencampakkan saya.xcvi Iman juga merupakan ikatan yang menyatukan dan mengikat saya dengan Allah di dalam Kristus, secara tidak terpisahkan dan kekal. “Sebagai ringkasan,” Calvin menyimpulkan, “Kristus, ketika Ia mengiluminasi kita ke dalam iman oleh kuasa Roh-Nya, pada saat yang sama juga mencangkokkan kita ke dalam tubuh-Nya sehingga kita menjadi pengambil bagian dari setiap kebaikan.”xcvii

Calvin memandang kovenan sebagai “pengikatan Allah,” sebagaimana ditegaskan oleh salah satu buku yang terbit baru-baru ini yang membahas topik ini.xcviii Di dalam kovenan, Allah mengikat diri-Nya sendiri dengan kita di dalam Yesus Kristus, sehingga kita adalah umat-Nya dan Ia adalah Allah kita untuk selamanya. Ia akan menjadi bagi kita sebagaimana seharusnya Allah adanya. Di dalam kovenan Allah, kita memiliki persahabatan, persekutuan, persatuan, dan komuni dengan-Nya.xcix Imanensi dan kedekatan ilahi ini sangat kontras dengan wawasan dunia evolusionisme yang dingin dan atheistis.

Apakah gereja itu? Gereja adalah tubuh Yesus Kristus di bumi (dan di sorga), yang Ia sayangi, kasihi, lindungi, dan bimbing sebagai mempelai-Nya. Ini adalah keintiman dan kedekatan! Sepandangan dengan Cyprian dan Augustine bahwa orang tidak dapat memiliki Allah sebagai bapa tanpa memiliki gereja sebagai bunda, Calvin menulis, “orang-orang bagi siapa Ia adalah Bapa, gereja adalah Bunda.”c Allah yang Mahakuasa bekerja melalui “gereja yang kelihatan” sebagai “bunda.” “Karena tidak ada jalan lain untuk masuk ke dalam kehidupan kecuali bunda ini mengandung kita di dalam rahimnya, memberi ita kelahiran, menyusui kita di dadanya, dan yang terakhir, kecuali ia merawat dan membimbing kita sampai, setelah menanggalkan semua daging yang fana, kita menjadi seperti para malaikat.”ci Maka semua orang percaya harus bergabung dan tetap berada di dalam persekutuan dengan gereja-gereja yang didirikan dengan setia.cii

Bagi Calvin, khotbah yang setia adalah tidak kurang daripada ucapan Yesus Kristus dari takhta-Nya di sorga. Khotbah bukan hanya seseorang yang menyampaikan hal-hal religius di depan ruang ibadah. Penyampaian Firman adalah tongkat kerajaan dari kerajaan Allah. Khotbah adalah cara utama Kristus memerintah di dalam pemerintahan anugerah-Nya. Para malaikat bukan hanya hadir atau terutama hadir di dalam ibadah penyembahan gereja yang setia (1Kor. 11:10); Kristus ada di sana sebagai Dia yang berfirman melalui gembala sidang, sebagai Sang Nabi dan Tuhan yang agung yang empunya gereja.ciii Calvin memberi tafsiran tentang Yesaya 11:4,

Ketika sang Nabi berkata, dengan napas dari bibirnya, ini tidak boleh dibatasi kepada pribadi Kristus; karena ini merujuk kepada Firman yang dikhotbahkan oleh para hamba-Nya. Kristus bertindak melalui mereka dengan cara sedemikian rupa sehingga Ia ingin mulut mereka dipandang sebagai mulut-Nya, dan bibir mereka sebagai bibir-Nya; yaitu ketika mereka berbicara dari mulut-Nya dan dengan setia mengumumkan Firman-Nya (Lukas 10:16).civ

Calvin mengembangkan dan membela kebenaran mengenai kehadiran nyata Kristus di dalam Perjamuan Tuhan – suatu kehadiran rohani melalui Firman dan Roh Kudus. Dengan cara ini, Kristus secara pribadi datang ke gereja untuk memberikan kepada kita tubuh-Nya yang tercabik-cabik dan darah-Nya yang tercurah untuk menjadi makanan dan minuman rohani kita, menguatkan kita ke dalam kehidupan yang kekal.cv

Apakah yang menanti di masa depan menurut Calvin (yang mengeksegese Kitab Suci)? Secara terutama dan pada intinya, kembalinya Yesus Kristus secara pribadi di dalam kemuliaan bersama balatentara malaikat untuk membawa kita kepada diri-Nya untuk selamanya.

Jika Tuhan berkehendak untuk berbagi kemuliaan, kuasa, dan kebenaran-Nya dengan kaum pilihan – bahkan memberi diri-Nya untuk dinikmati oleh mereka dan, yang lebih utama lagi, akan menjadikan mereka satu dengan diri-Nya, marilah kita mengingat bahwa setiap bentuk kebahagiaan tercakup di dalam karunia ini.cvi

Pada kedatangan-Nya yang kedua kalinya, Kristus akan berfirman kepada mereka yang telah mati, “Keluarlah dari kuburan kalian; kalian sudah cukup lama berada di sana. Datanglah ke penghakiman terakhir.” Kemudian pemisahan terakhir antara kambing dan domba dan theodise yang agung akan terjadi, di mana Allah akan terbukti benar di dalam semua karya dan jalan-Nya, dan setiap mulut akan menjadi bungkam karena seluruh dunia akan menjadi bersalah dan tidak dapat berdalih di hadapan Allah (Rm. 3:19). Semua akan bertelut dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Tritunggal (Flp. 2:10-11).

Dunia yang lama ini akan dihanguskan oleh api yang memurnikan.cvii Di dalam langit dan bumi yang baru, kita akan berbagi takhta-Nya dan dekat dengan-Nya dan berada bersama-Nya untuk selamanya – imanensi yang sempurna dan kekal!

Di balik semua ini adalah dekrit kekal Allah. Secara absolut segala sesuatu di dalam sejarah dunia, bahkan gerakan ikan-ikan di dalam samudera, “dari semula ditentukan (dipredestinasikan) ... sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya” (Ef. 1:11). Kemuliaan Allah, seperti ditekankan oleh Calvin, adalah tujuan teragung dan tertinggi di dalam dekrit-Nya, yang direalisasikan melalui pemilihan (eleksi) dan reprobasi yang tidak bersyarat atas setiap manusia bagi tujuan Allah yang baik dan kudus.cviii Alfa dari pemilihan Allah atas diri kita di dalam Kristus sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4) menentukan omega dari dikumpulkannya kita bersama di dalam Kristus dan berbagian di dalam warisan-Nya yang kekal (Ef. 1:10-11).

 

Kitab Suci, yang Menjadi Kacamata

Kita mengetahui semua mengenai kehidupan di dalam dunia kita ini bukan dengan meneliti paruh-paruh dari burung finch bersama Darwin atau dengan berspekulasi mengenai tingkat erosi atau deposisi yang uniform selama jutaan tahun bersama Lyell, tetapi melalui Kitab Suci, yang adalah diilhamkan atau dinapaskan oleh Allah (2Tim. 3:16) dan dengan demikian tidak mengandung kesalahan apa pun dan otoritatif.cix

Calvin dengan tepat menyatakan bahwa otoritas ilahi dari keenam puluh enam kitab dari Kitab Suci ditetapkan oleh “kesaksian internal Roh,” sehingga Kitab Suci bersifat “mengautentifikasi dirinya sendiri.”cx Kepastian kita bahwa Alkitab adalah Firman Allah bukan berasal dari gereja, apa lagi sains modern yang tidak percaya.cxi Ajaran Calvin memberi penghiburan, mendalam, dan theosentris, menghormati karya Roh Allah:

Jika kita ingin memberikan kepastian dengan cara terbaik bagi hati nurani kita – agar hati nurani kita tidak terus-menerus dirongrong oleh ketidakstabilan karena keraguan atau terombang-ambing, dan agar hati nurani kita tidak menjadi kewalahan hanya karena berbagai keberatan yang paling remeh – kita harus mencari keyakinan kita [bahwa Allah menulis Kitab Suci] di tempat yang lebih tinggi daripada rasio, penghakiman atau dugaan manusia, yaitu di dalam kesaksian yang rahasia dari Roh.cxii

Karena Firman Allah juga jelas dan cukup, kita dapat sampai kepada pemahaman yang benar dan memuliakan Allah tentang asal-usul alam semesta, bumi, kehidupan dan manusia, dan, dengan begitu juga wawasan dunia Kristen dan Reformed.

Calvin bersikukuh dalam hal ini: Kitab Suci bukankah “hidung dari lilin.” Hal yang mencolok adalah bahwa Calvin memberikan pernyataan ini di dalam pendedikasian tafsirannya tentang Kitab Kejadian kepada Hendry, Duke of Vendome (1553-1610), yang nantinya menjadi Raja Henry IV dari Prancis (1589-1610). Calvin memperingatkan terhadap “para penulis yang lancang” yang “suka berkanjang di dalam spekulasi-spekulasi yang meragukan” dan “membuat Kitab Suci menjadi fleksibel seperti hidung dari lilin.”cxiii Untuk menerapkan ini kepada isu-isu kontemporer, Kitab Suci, khususnya Kitab Kejadian, tidak boleh diperlakukan seperti hidung dari lilin yang bisa dibentuk atau dipelintir (2Ptr. 3:16) demi mencoba membuatnya cocok dengan pandangan “dunia yang tua” dan evolusionisme. Persisnya inilah yang terjadi pada evolusionisme theistis, kreasionisme progresif, teori gap, hipotesis kerangka kerja, dan semua ragam kompromi dan korupsi modern atas kebenaran Alkitab tentang penciptaan.

Sebagai ganti dari “hidung dari lilin,” Calvin memberikan gambaran yang atraktif tentang Kitab Suci sebagai “kacamata.”cxiv Menurut John T. McNeill, editor Institutes, simile “kacamata” “mungkin adalah ucapan Calvin yang menentukan mengenai peran Kitab Suci dalam kaitannya dengan pewahyuan Sang Pencipta di dalam ciptaan.”cxv Tanpa Firman Allah, kita tidak melihat tatanan yang diciptakan atau diri kita sendiri atau Yang Mahatinggi secara tepat dikarenakan dosa kita. Pandangan kita kabur dan tidak jelas. Kita seperti orang buta yang tersandung di sana sini di dalam sebuah ruangan yang tidak kita kenal. Tetapi ketika orang percaya mengenakan katamata Kitab Suci dan dengan iman memandang segala sesuatu melalui kacamata itu, Ia memahami Allah, dirinya sendiri, dan dunia. Ucapan Allah menginterpretasikan karya Allah, seperti dikatakan oleh T. H. L. Parker: “oracula Dei (sebutan kesukaan Calvin untuk Kitab Suci) adalah niscaya untuk memahami opera Dei.”cxvi

Ini adalah poin kunci yang melawan mereka yang percaya bahwa jika Calvin hidup pada hari ini (dan mengetahui kesarjanaan evolusioner pada saat ini), ia tidak akan berpegang pada penciptaan dalam enam hari yang harfiah dan bumi yang muda. Joseph A. Pipa Jr. menjelaskan,

... berlawanan dengan asumsi-asumsi modern, ia [yaitu Calvin] tidak pernah menempatkan wahyu umum setara dengan wahyu khusus. Calvin dengan jelas menyatakan bahwa kita bisa memahami wahyu alam hanya dengan kacamata Kitab Suci dan bahwa ciptaan hanya bisa dipahami dengan benar oleh orang yang percaya. Dalam kenyataannya, Kitab Suci mengoreksi pengamatan akan alam.cxvii

Orang percaya yang mengenakan kacamata itu tahu bahwa “apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (Ibr. 11:3).cxviii Tidak ada materi yang kekal dan pra-eksisten yang meledak lebih dari 13 miliar tahun yang lalu; kehidupan tidak berevolusi dari sebuah kolam purba. Dari minggu penciptaan di dalam Kejadian 1, kita belajar bahwa Allah “berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada” (Mzm. 33:9). Ini menjelaskan asal-usul manusia dan alam semestanya.

Tetapi apa yang dilakukan oleh dunia dan gereja-gereja palsu? Dunia menjadikan evolusi sebagai kacamatanya dan mengenakannya untuk menginterpretasi kosmos dan menciptakan wawasan dunianya sendiri yang naturalistis. Gereja-gereja palsu membuang kacamata dari Allah dan menganggapnya tidak berguna dan mengenakan kacamata evolusioner untuk melihat tatanan yang diciptakan. Kemudian, tetap dengan mengenakan kacamata evolusioner itu, gereja-gereja palsu mencoba untuk menginterpretasi ulang Firman Allah! Semakin banyak “kekacauan kognitif” terjadi, karena Alkitab dan evolusionisme saling tidak cocok dan bersifat antitetis. Maka para theolog evolusioner mengarang-ngarang, dan anggota-anggota dari gereja-gereja liberal merangkul, berbagai teori kompromi yang berkontradiksi. Inilah saatnya bagi orang Kristen yang mengakui iman mereka untuk membuang semua kacamata evolusioner ke tong sampah dan mengenakan kacamata yang Allah sendiri berikan kepada kita.

Dengan memercayai bahwa hanya Kitab Suci yang adalah kacamata yang melaluinya kita dan anak-anak kita harus menginterpretasi segala sesuatu, tidaklah mengejutkan bahwa John Calvin sangat teguh bukan hanya dalam hal pelayanan pengajaran gereja yang setia, tetapi juga dalam hal pendidikan bagi kaum Kristen yang masih muda, laki-laki maupun perempuan, di sekolah dasar, sekolah menengah, dan universitas.cxix Gereja dan rumah (keluarga) dan sekolah bersama-sama harus mengajarkan satu kebenaran tentang Allah di dalam Yesus Kristus. Anak-anak Kristen di sekolah tidak boleh diberi kacamata yang berbeda dari kacamata yang diberikan di gereja dan rumah. Ini akan membuat mereka kebingungan dan merusak mata mereka, menyebabkan mereka memiliki penglihatan ganda. Calvin adalah penyokong wawasan dunia yang alkitabiah dan Reformed, dan wawasan dunia ini harus konsisten dan harus diwariskan. Inilah cara Allah merealisasikan kovenan-Nya dengan kita dan keturunan kita (Kej. 18:19; Ul. 4:9-10; 6:6-7).

Menginterpretasi segala sesuatu melalui Firman Allah, satu-satunya kacamata kita, dan menolak filsafat anti-Kristen yang dominan di dunia Barat bisa dipastikan akan menyebabkan penderitaan. Para pemuka kaum evolusionis mengusulkan pemerintahan satu dunia, pemerintahan yang seluruh filsafatnya bersifat evolusioner dan anti-Kristen. Dengan berbuat seperti ini, mereka sedang mempersiapkan jalan bagi Antikristus dan kerajaannya, yang, pada gilirannya, akan meningkatkan penganiayaan terhadap gereja Kristus dan menambah penderitaannya. Calvin sering dan dengan kuat berbicara tentang penderitaan, melebihi semua Reformator, kecuali mungkin Luther.cxx

Apa yang harus kita lakukan? Bersaksi, sebarkan kebenaran, dan berani menanggung penderitaan. Serahkan hidup Anda; bersedialah untuk mati demi kebenaran Yesus Kristus jika itu memang diperlukan. “Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu” (Luk. 21:19). Calvin bukan mengajarkan “bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok” dari evolusi, melainkan “ketekunan orang-orang kudus” dari iman Reformed, yang terus gigih untuk maju – meskipun terdapat penindasan dan penderitaan – di dalam kekudusan dan ketundukan kepada kebenaran Kristus.

 

Calvin versus Darwin di dalam Masyarakat dan Gereja

Pengaruh relatif dari Darwin dan evolusionisme di satu sisi dan Calvin dan Kekristenan Reformed di sisi lainnya menjelaskan banyak hal yang sedang terjadi di dunia Barat pada saat ini. Evolusionisme ada di balik dan mendukung humanisme. Hal ini memengaruhi pendidikan, pemerintahan sipil, budaya populer, dan masyarakat. Ketepatan politis dipromosikan (dan semakin diberlakukan). Kekristenan sedang dipaksa keluar dari wilayah publik (dan semakin dikriminalisasikan).

Anda bisa melihat ini sedang terjadi di berbagai bangsa. Di dunia Barat, Amerika adalah yang paling Kristen dan konservatif, tetapi keadaan ini sedang dikikis, khususnya di dalam pemerintahan Presiden Barack Obama. Republik Irlandia dan Britania Raya berada lebih jauh ke kiri. Kanada, Jerman, Prancis, dan Swedia bahkan lebih evolusioner dan sekuler. Tidak heran jika “ketidakberartian” telah diidentifikasi sebagai penyakit Eropa modern yang liberal, karena evolusionisme yang menjadi wawasan dunianya yang dominan tidak memiliki tujuan, karena semuanya hanyalah perkara waktu dan peluang.cxxi

Bagaimana dengan gereja-gereja – seminari-seminarinya, khotbah-khotbahnya, dan sekolah-sekolahnya? Gereja Inggris pada tahun 2009, tahun perayaan ini, meminta maaf kepada Darwin. Katolikisme Roma menandai perayaan ke-150 dari penerbitan Origin of Species dengan mengadakan konferensi lima hari di kota Roma (3-7 Maret 2009), di mana evolusionisme theistis dielukan dan “Rancangan Cerdas” (apalagi penciptaan dalam enam hari menurut Alkitab) ditolak.cxxii

Berbagai kompromi yang telah disebutkan di atas – evolusi theistis, penciptaan progresif, teori gap, hipotesis kerangka kerja, dll. – menginfeksi gereja-gereja liberal dan Injili yang nominal. Tentu saja tidak satu pun dari teori-teori itu yang memuaskan, dan tidak satu pun yang stabil.

 

Evolusionisme, Pengencer Theologi yang Universal

Teori dan wawasan dunia evolusionsime, yang disokong oleh negara dan sekolah dan di dalam masyarakat dan gereja, melarutkan doktrin Kristen. Ini adalah akibat yang tidak terelakkan, khususnya jika diberi waktu, karena prinsip-prinsipnya akan bekerja untuk merusak.

Secara khusus, namun bukan secara eksklusif, Kejadian 1-3 harus “diinterpretasi ulang.” Evolusionisme memberi tahu kita bahwa penciptaan alam semesta dan kehidupan dan manusia dalam enam hari adalah salah. Tidak ada kejahatan dan tidak ada malaikat-malaikat yang terjatuh. Tidak ada ular di pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tidak ada kejatuhan, tidak ada dosa asal, tidak ada kerusakan total. Kematian bukanlah hukuman Allah bagi dosa.

Karena tidak ada Adam pertama, tidak ada Adam kedua atau “Adam terakhir,” yaitu Yesus Kristus (1Kor. 15:45). Karena tidak ada pohon di dalam Taman Eden, maka tidak ada pohon di Kalvari, dan tidak ada penebusan di dalam salib. Jika tidak ada kedatangan Kristus yang pertama kalinya 2.000 tahun yang lalu, tidak akan ada kedatangan Kristus yang kedua kalinya di akhir dunia.

Tentu saja, semua ini adalah tanda dari penghukuman ilahi, karena, seperti yang Calvin tunjukkan, “bukti pertama dari penghukuman oleh Allah” adalah penolakan terhadap wahyu-Nya tentang diri-Nya di dalam ciptaan dan penolakan untuk menyembah Dia. Ini menunjukkan “kemurtadan” manusia dan “ketidakbersyukuran yang fasik dan menjijikkan.”cxxiii

Seiring teori evolusioner melarutkan doktrin Kristen, etika Kristen juga menjadi berkarat dan keropos. Kita hanya akan melihat dua contoh. Menurut Firman Allah dan ajarannya tentang ciptaan, pernikahan adalah antara satu laki-laki dan satu perempuan untuk seumur hidup (Kej. 2:24).cxxiv Dalam menyerang penciptaan, evolusionisme sudah barang tentu merendahkan kebenaran Alkitab tentang pernikahan, dan dengan demikian memfasilitasi atau membuka jalan bagi atau menjadi pembenaran untuk percabulan, perzinahan, pernikahan ulang sementara pasangan seseorang masih hidup, dan bahkan homoseksualitas. Roma 1:26-27 menyatakan bahwa kejijikan terakhir di atas merupakan hukuman ilahi atas penolakan terhadap Allah sebagai Pencipta.

Evolusionisme juga melarutkan ajaran Kristen tentang Hari Tuhan; evolusionisme bukan hanya menyerang perintah ketujuh tetapi juga perintah keempat.cxxv Jika tidak ada minggu penciptaan, tidak ada perhentian Sabat, satu hari di dalam tujuh hari untuk penyembahan pribadi dan bersama kepada Allah. Maka tidak ada perlunya pergi ke gereja untuk menyembah Tuhan, mendengarkan Firman-Nya, dan menggunakan sakramen-sakramen. Semua ini dan masih banyak lagi adalah akibat yang tidak terelakkan dari evolusionisme dan, bagi kaum sekularis yang konsisten, inilah yang dinyatakan sebagai tujuan mereka.

Evolusionisme, pengencer theologi yang universal itu, telah melarutkan doktrin dan etika yang alkitabiah selama 15 tahun terakhir. Itulah sejarah, di seluruh dunia, yang sedang terjadi di depan mata kita pada saat ini.

Inilah kedua kutub yang ada: Calvin dan Darwin, penciptaan yang alkitabiah dan evolusionisme yang atheistis. Di manakah Anda berdiri?

Kalimat pertama dari Pengakuan Iman Rasuli menyatakan, “Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi” – seperti yang dinyatakan di dalam Alkitab. Dengan menerima kebenaran ini, dan hanya dengan menerima kebenaran ini, barulah Anda bisa memercayai bagian selanjutnya dari Pengakuan Iman Rasuli ini dan seluruh Kekristenan yang alkitabiah dan Reformed. Kita, anak-anak kita, dan gereja kita, harus benar-benar menghargai, mengembangkan, mengedepankan, dan menderita bagi semua kebenaran Firman Allah yang mulia. Allah menggunakan kesaksian ini untuk mengumpulkan dan membangun gereja pilihan milik Kristus, yang akan datang kembali untuk menjadikan segalanya baru!


i Artikel ini adalah perluasan dari ceramah yang diberikan di Irlandia Utara, Republik Irlandia, Wales, dan Amerika Serikat pada tahun 2009. Format audio (yang direkam di Portdown, Irlandia Utara) dan video (yang direkam di Grand Rapids, Amerika Serikat) dari ceramah itu tersedia secara online. CD atau DVD dapat dipesan dari CPRC.
ii Sebagai contoh, di dalam New York Times (12 Februari 2009), tokoh evolusionis Olivia Judson memberikan satu seruan: “Sesamaku para primata, pada hari ini 200 tahun yang lalu, Charles Darwin dilahirkan. Mari bergabung denganku untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya!”
iii John Calvin, Tafsiran mengenai Mazmur, hlm. xl. Semua kutipan dari tafsiran Calvin adalah dari terbitan Baker yang berjumlah 22 jilid (cetak ulang 1993).
iv Putra Charles Darwin, Leonard, menyampaikan pidato presidensial pada konferensi internasional eugenika yang pertama yang dilaksanakan di London (1912). Sepupu Darwin, Francis Galton, yang adalah genetisis, adalah orang yang “menciptakan istilah eugenika untuk kebijakan dalam mendorong spesimen-spesimen manusia yang ‘baik’ untuk berkembang biak dengan mengorbankan spesimen-spesimen yang kurang ‘baik.’ Ia menyarankan hibah uang untuk mendorong pernikahan dan dilahirkannya anak-anak antara orang-orang yang ‘cocok,’ dan sterilisasi terhadap orang-orang yang ‘tidak cocok’” (Brian L. Silver, The Ascent of Science [Oxford: Oxford University Press, 1998], hlm. 291; penekanan oleh Silver)
v A. N. Wilson, The Victorians (London: Hutchinson, 2002), hlm. 224.
vi Edisi yang dikutip di dalam artikel ini adalah John Calvin, Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, terj. Ford Lewis Battles, 2 jld. (Philadelphia, PA: The Westminster Press, 1960).
vii J. M. Roberts mengidentifikasi Origin of Species karya Darwin sebagai “salah satu karya seminal dari peradaban modern” (The Penguin History of the World [England: Penguin books, 1990], hlm. 802). Brian Silver mengamati bahwa buku ini “tetap merupakan buku yang paling banyak dibicarakan dan kontroversial di dalam sejarah ilmu pengetahuan” (The Ascent of Science, hlm. 282).
viii Origin of Species karya Darwin “diterbitkan oleh John Murray, seorang ahli geologi amatir. Murray dalam kenyataannya tidak meyakini teori itu, tetapi ketika seluruh edisi yang berjumlah 1.250 jilid terjual habis dalam waktu satu hari, ia melihat potensi komersialnya. Buku itu menjadi salah satu buku terlaris pada masa itu. Jumlah pamflet, debat, buku, ceramah, khotbah, pertengkaran yang disebabkannya tidak terhitung jumlahnya” (Wilson, The Victorians, hlm. 226).
ix Calvin menghasilkan lima edisi dalam bahasa Latin (1536, 1539, 1543 [dicetak ulang pada tahun 1545] 1550, 1559) dan empat edisi dalam bahasa Prancis (1541, 1545, 1551, 1560) dari Institutes-nya; Darwin semasa hidupnya menghasilkan enam edisi dalam bahasa Inggris dari Origin-nya dari tahun 1859 sampai 1872.
x Daniel J. Boorstin menggambarkan Wallace sebagai seorang sosialis, sekularis, dan skeptik yang “menjadi pengikut yang bersemangat dari Spiritualisme” (The Discoverers: A History of Man’s Search to Know His World and Himself [New York: Random House, 1983], hlm. 470-471). Tetapi studi Wallace tentang dunia justru “semakin membawanya kepada kepercayaan kepada ‘Kecerdasan yang Lebih Tinggi.’ Ia semakin membutuhkan satu Allah untuk menjelaskan apa yang ia lihat di dalam alam” (hlm. 472).
xi Calvin menolak semua “spekulasi yang sia-sia” (Institutes 1.2.2., hlm. 41) atau “spekulasi yang kosong” (1.4.1., hlm. 47) tentang keberadaan Allah dan karya-karya-Nya,
xii Calvin, Tafsiran mengenai 1 Kor. 3:19. Menurut Herman J. Selderhuis, “Penelitian ilmiah atas alam hanya bernilai” bagi Calvin, “ketika penelaahan atau analisisnya membawa kepada Sang Pembuat alam itu” (Calvin’s Theology of the Psalms [Grand Rapids, MI: Baker, 2007], hlm. 69).
xiii Sebagai contoh, Marr membahas pembenaran evolusioner bagi rasisme, perbudakan terhadap suku-suku asli, pemusnahan etnis, genosida, dan eugenika, dan juga “ras utama” Arya dan “Solusi Final” mengenai bangsa Yahudi, ide-ide favorit Hitler dan Nazi. “Bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok” menjadi berarti “pembunuhan terhadap mahkluk yang paling lemah.” Evolusionis Stephen Jay menyatakan, “Argumen-argumen biologis bagi rasisme mungkin adalah hal yang biasa sebelum 1850, tetapi argumen-argumen itu meningkat secara magnitude setelah diterimanya teori evolusi” (Ontogeny and Phylogeny [Belknap-Harvard Press, 1977], hlm. 127-1218).
xiv Sementara Hitler menggunakan gagasan Darwin tentang bertahan-hidupnya makhluk yang tercocok di dalam perjuangan rasial Nazi, bagi Karl Marx (1818-1883), juga seorang pengikut Darwin yang gigih, evolusi adalah dasar dari pergumulan antara kelas. Bagi Stalin, Ketua Mao dan Pol Pot, yang mengikuti ideologi komunis atheistis Marx, evolusionisme berfungsi untuk membenarkan pembunuhan massal yang mereka lakukan, karena evolusionisme menyangkal pertanggungjawaban kepada Allah dan memberikan kerangka kerja “saintifik” di mana tindakan-tindakan mereka bisa diklaim sebagai “bermanfaat” bagi umat manusia.
xv Kegusaran Calvin terhadap gagasan Vergil yang atheistis tentang pikiran universal yang memenuhi anggota-anggotanya dan menghidupkan manusia, binatang, burung, dll., dengan “benih-benih kehidupan” juga berlaku kepada evolusionisme: “Seakan-akan alam semesta, yang dijadikan untuk menunjukkan kemuliaan Allah, adalah penciptanya sendiri!” (Institutes 1.5.5, hlm. 58).
xvi Judul lengkap dari buku Darwin edisi 1859 ini adalah On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life.
xvii Roberts, The Penguin History of the World, hlm. 803. Propaganda yang dibuat dengan sangat cermat ini menggambarkan kaum kreasionis pasca-Darwin sebagai orang-orang yang kejujurannya meragukan dan memiliki intelek yang terbatas.
xviii Maka tidak perlu adanya malapetaka, seperti air bah di dalam Alkitab, untuk menjelaskan bentuk permukaan bumi.
xix Memercayai Firman Allah mengenai penciptaan, kejatuhan, dan air bah, theologi Calvin persis berlawanan dengan geologi uniformitarian.
xx Menanggapi ide-ide “bumi yang tua” dari para ahli geologi uniformitarian, Thomas Chalmers (1780-1847), pemimpin dan moderator Free Church of Scotland (terbentuk pada tahun 1843), merumuskan “teori gap,” yang mengklaim bahwa ada periode waktu yang panjang antara Kejadian 1:1 dan Kejadian 1:2. Chalmers mengatribusikan pandangan ini kepada Simon Episcopius (1583-1643) seorang theolog Arminian dari Belanda. Teori gap dipopulerkan di antara kaum fundamentalis oleh C. I. Scofield (1843-1921) di dalam catatan-catatan Alkitab rujukannya yang Dispensasional (1917). Selain Cyrus Ingerson Scofield, para penyokong lain dari teori gap termasuk Donald Grey Barnhouse, Jimmy Swaggart, dan Ian Paisley. Seperti Scofield Reference Bible, Newberry Reference Bible dan Dake Annotated Reference Bible juga memasukkan catatan-catatan yang mengajarkan teori gap.
xxi Boorstin menjelaskan secara lebih penuh pengaruh Lyell pada Darwin (The Discoverers, hlm. 465-472). Darwin membawa jilid 1 dari Principles of Geology karya Lyell bersamanya ketika ia menaiki kapal Beagle pada tanggal 27 Desember 1831 untuk perjalanan lima tahun yang dilakukannya (hlm. 465-466). Jilid 2 menanti Darwin ketika ia tiba di Montevideo, Uruguay, dan ia menerima jilid 3 ketika kapal Beagle merapat di Valparaiso, Chili (hlm. 467). “Ketika kapal Beagle kembali pada tahun 1836,” Lyell berperan sangat penting “di dalam mendapatkan hibah sebesar £1.000 untuk menolongnya merangkum laporannya yang berjumlah 5 jilid, dan kemudian [Lyell] mengatur pemilihannya sebagai Sekretaris dari Geological Society of London (Masyarakat Geologi London).” Selain itu, “selama beberapa tahun berikutnya Darwin, sesuai penuturannya sendiri, lebih sering berjumpa dengan Lyell daripada siapa pun.” Di kemudian waktu, Lyell “tetap menjadi mentor Darwin,” dan setelah Darwin pindah Down Cottage di Kent, “keluarga Lyell sering datang untuk berkunjung yang kadang bisa sampai beberapa hari lamanya” (hlm. 468).
xxii Calvin mencemooh “kebodohan dari mereka ... yang membayangkan bahwa materi yang tidak terbentuk telah eksis sejak kekal” (Tafsiran tentang Kej. 1:1). “Filsuf terpintar yang dikuasai Iblis” telah membayangkan “fantasi-fantasi seperti itu,” tegas Calvin, “dalam upaya untuk menghapus kemuliaan Allah” (John Calvin, Sermons on Genesis Chapters 1-11, terj. Rob Roy McGregor [Edinburgh: Banner, 2009], hlm. 137).
xxiii Reformator Jenewa itu mengamati bahwa “semua orang yang profan selalu mencoba, dengan pimpinan Iblis, untuk menghapus kepastian yang harus kita miliki mengenai penciptaan dunia.” Setelah menyinggung tentang teka-teki kaum skeptik – mana yang lebih dulu ada, ayam atau telor? – Calvin mengolok-ngolok bentuk awal dari kosmogoni dentuman besar: “Mereka telah mengkhayalkan hal-hal yang paling bodoh dan absurd yang bisa manusia ucapkan untuk melawan keagungan Allah, dan mereka tidak mampu merenungkan kemuliaan-Nya yang seharusnya tampak jelas karena kemuliaan itu menunjukkan dirinya dengan begitu gamblang di hadapan kita. Itulah sebabnya mereka lebih memilih – dan saya tidak bercanda di sini – untuk mengatakan bahwa dunia terjadi karena peluang (kebetulan) dan bahwa ada objek-objek kecil yang berserakan yang matahari gunakan untuk membangun bulan dan bintang-bintang, bumi, pepohonan, dan bahkan manusia. Bisakah orang memikirkan skenario yang bahkan lebih bodoh lagi daripada itu?” (Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 11-12).
xxiv Calvin sangat jijik terhadap “kegilaan” dari orang-orang yang memercayai “peluang” dan menjadikan “alam” sebagai “pembentuk segala sesuatu” (Institutes, 1.5.4, hlm. 55, 56). Hal seperti itu “patut dibenci” (1.4.2, hlm. 48).
xxv John Blanchard, “Evolution: Fact or Fiction?” (Britania Raya: Evangelical Press, 2002), hlm. 4.
xxvi Dengan merujuk kepada Institutes 1.5.2 dan 1.5.5, Philip Schaff meringkaskan pandangan Calvin tentang astronomi (di dalam batasan-batasannya sendiri dan sepenuhnya tunduk kepada Firman Allah): “Adalah benar dan patut, menurut Calvin, untuk mempelajari hukum-hukum dan gerakan-gerakan benda-benda langit. Astronomi yang sejati membawa kepada pujian bagi hikmat dan keagungan Allah; tetapi astrologi merusak tatanan moral. Allah berdaulat di dalam karunia-karunia-Nya dan tidak terikat dengan keniscayaan alam apa pun” (History of the Christian Church, jld. 8 [Amerika Serikat: Hendrickson, 1996], hlm. 677).
xxvii Dave Breese, Seven Men Who Rule the World From the Grave (Chicago: Moody Press, 1990), hlm. 24.
xxviii Silver, The Ascent of Science, hlm. 132, penekanan oleh Silver.
xxix Henry Van Til meringkaskan posisi yang berlawanan dari Reformator Jenewa tersebut: “Calvin memandang sejarah manusia sebagai sebuah drama kosmis.... Ada tiga babak di dalam drama ini: sebelum kejatuhan, di dalam harmoni sorga dan firdaus yang sempurna; antara kejatuhan dan penebusan ... yang terakhir, di dalam babak ketiga, kemuliaan Tuhan menjadi manusia di dalam Sang Anak.... Di pusat drama kosmis ini berdirilah gereja, yang beroperasi dengan latar belakang aktivitas duniawi dan sejarah dunia” (The Calvinistic Concept of Culture [Grand Rapids: Baker, 1959], hlm. 108).
xxx Bagi Calvin, “bahasa adalah impresi (kesan) dari pikiran” sehingga, tidak seperti binatang, “manusia, yang adalah pengambil bagian dari rasio yang sama” dan yang “dilahirkan untuk pergaulan sosial,” bisa “saling berkomunikasi” (Tafsiran tentang Kej. 11:1). Berkhotbah tentang perintah kesembilan, Reformator Jenewa ini memproklamasikan bahwa “Allah menciptakan lidah kita” dan “memberi kita ucapan” “agar kita mampu saling berkomunikasi,” dengan “tujuan dari komunikasi manusia” adalah “dukungan timbal balik kita di dalam kasih” untuk “menumbuhkan kasih dan persaudaraan yang lemah lembut” (John Calvin, John Calvin’s Sermons on the Ten Commandments, ed. dan terj. Benjamin Wirt Farley [Grand Rapids: Baker, 1980], hlm. 216).
xxxi Paul Johnson mengevaluasi, “Setelah pengalaman selama delapan puluh tahun, metode-metode terapi Freud telah terbukti, secara keseluruhan, sebagai kegagalan yang mahal, yang lebih cocok untuk memanjakan orang yang tidak bahagia daripada menyembuhkan orang yang sakit. Kita sekarang mengetahui bahwa banyak ide sentral dari psikoanalisis tidak memiliki dasar di dalam biologi” (Modern Times: The World from the Twenties to the Eighties [New York: Harper & Row, 1985], hlm. 6).
xxxii J. M. Roberts mencatat pengaruh Freud pada budaya. “Seperti Darwin,” kata Roberts, “arti penting Freud di luar sains – di mana pengaruhnya lebih kompleks – terletak pada pempromosian sebuah mitologi baru. Ini terbukti sangat korosif. Pesan yang manusia ambil dari Freud menyarankan bahwa yang tidak sadar adalah sumber yang sebenarnya dari perilaku yang paling signifikan, bahwa nilai-nilai dan sikap-sikap moral merupakan proyeksi-proyeksi dari pengaruh-pengaruh yang telah membentuk yang tidak sadar ini, sehingga dengan demikian ide tentang tanggung jawab itu sendiri adalah sebuah mitos dan mungkin bahkan sebuah mitos yang berbahaya, dan bahwa mungkin rasionalitas itu sendiri adalah sebuah ilusi.... Kumpulan ide-ide seperti ini mempertanyakan dasar dari peradaban itu sendiri, ide tentang individu yang rasional, bertanggung jawab, dan termotivasi secara sadar, dan inilah artinya pentingnya secara umum” (The Penguin History of the World, hlm. 864).
xxxiii Calvin akan memandang ini sebagai kesalahan-kesalahan yang “parah” dan “tipuan dari Iblis,” yang memanifestasikan “kebutaan” rohani yang ditimpakan kepada kaum evolusionis oleh “penghakiman yang adil dari Allah,” yang bahkan lebih buruk daripada “orang-orang Saduki yang telah begitu lancang dengan mengumumkan secara terbuka bahwa manusia tidak berbeda dari binatang, sejauh itu menyangkut esensi jiwa, dan tidak memiliki kesenangan apa pun selain apa yang sama baginya dan binatang-binatang” (Tafsiran tentang 1Kor. 15:1).
xxxiv Calvin bertanya secara retoris, “Akankah kita membedakan antara yang benar dan yang salah dengan penghakiman yang telah dikaruniakan kepada kita, tetapi tidak ada Hakim di sorga?” (Institutes 1.5.5, hlm. 57).
xxxv Calvin dengan tepat mengidentifikasi perasaan bersalah di dalam hati nurani manusia sebagai saksi Allah bagi kita, yang mendakwa kita di hadapan takhta penghakiman-Nya (Institutes, 4.10.3, hlm. 1181-1182).
xxxvi John Calvin menyebut aborsi “sangat keji,” karena “janin, meskipun berada di dalam rahim ibunya, sudah merupakan seorang manusia (homo), dan sungguh merupakan kejahatan yang mengerikan jika merampas kehidupan yang bahkan belum mulai ia nikmati. Jika membunuh seseorang di rumahnya terlihat lebih mengerikan daripada jika itu terjadi di lapangan, karena rumah seseorang adalah tempat perlindungannya yang paling aman, maka sudah seharusnya dipandang lebih keji jika menghancurkan janin di dalam rahim sebelum janin itu terlahir dan melihat cahaya” (Tafsiran tentang Kel. 21:22).
xxxvii Calvin dan orang-orang Kristen secara adil memandang aborsi sebagai pembunuhan di satu ujung dari kehidupan manusia, dan eutanasia sebagai pembunuhan di ujung yang lainnya.
xxxviii Wawancara dengan Stone Phillips, yang disiarkan di Dateline NBC (29 November 1994).
xxxix Pekka-Eric Auvinen, “Natural Selector’s Manifesto.”
xl Calvin dengan tepat menghukum “perilaku yang jahat” dari telanjang di hadapan umum, orang-orang yang ingin menjadi “seperti binatang” dan “membuang semua rasa malu dan menampilkan diri seakan-akan mereka ada di atas panggung” (Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 209). Khotbah sang Reformator Jenewa tentang ketelanjangan dan pakaian dari Kejadian 2:25 (hlm. 208-211) dan Kejadian 3:21 (hlm. 329-333) sangat berwawasan dan membuat kita merendahkan diri.
xli Calvin dengan tepat menyatakan, “setiap dari kita, bahkan sejak dari rahim ibu, adalah ahli pembuat berhala” (dikutip di dalam Carlos M. N. Eire, War Against the Idols: The Reformation of Worship from Erasmus to Calvin [Cambridge: Cambridge University Press, 1986], hlm. 208). Selain itu, “setiap dari kita secara diam-diam membentuk kesalahan khusus kita sendiri” (Institutes 1.5.11, hlm. 64).
xlii Alih-alih kepercayaan evolusioner bahwa seorang manusia menjadi atheis ketika ia menyadari bahwa dirinya adalah binatang, Calvin mengajarkan bahwa ketika manusia menjadi seorang atheis, ia “sama sekali tidak lebih tinggi daripada binatang, tetapi dalam banyak aspek ia bahkan jauh lebih menyedihkan” (Institutes 1.3.3, hlm. 47). Senada dengan ini, Calvin mengakui bahwa menyangkali penciptaan menjadikan seseorang tidak berpengetahuan sama seperti makhluk-makhluk yang tidak berakal: “kita tidak berbeda dalam hal apa pun dari ciptaan yang tidak berakal, jika kita tidak memahami bahwa dunia telah diciptakan oleh Allah” (Tafsiran tentang Ibr. 11:3).
xliii Carlos Eire meringkaskan analisis sang Reformator Jenewa yang sangat berbeda tentang sejarah penyembahan berhala oleh manusia dan sejarah penyembahan berhala oleh Israel (War Against the Idols, hlm. 209-210). Calvin memiliki pembahasan yang sangat baik tentang penyembahan berhala di dalam Institutes-nya (1.10-12, hlm. 96-120).
xliv Serangan evolusionisme terhadap Alkitab juga merupakan serangan terhadap iman, karena iman “mengakui sebagai kebenaran segala sesuatu yang dinyatakan Allah kepada kita di dalam Firman-Nya,” (Heidelberg Catechism, A. 21).
xlv Breese, Seven Men Who Rule the World from the Grave, hlm. 50.
xlvi Richard Dawkins, River Out of Eden: A Darwinian View of Life (London: Weidenfeld & Nicholson, 1995), hlm. xi.
xlvii Dawkins menyatakan, “Seorang atheis sebelum Darwin bisa berkata, mengikuti Hume: ‘Saya tidak memiliki penjelasan untuk rancangan biologis yang kompleks. Yang saya ketahui adalah bahwa Allah bukankah penjelasan yang baik, maka kita harus menunggu dan berharap seseorang akan muncul dengan penjelasan yang lebih baik.’ Saya tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa posisi seperti itu, meskipun benar secara logika, pasti akan menyebabkan seseorang sangat tidak puas, dan bahwa meskipun atheisme bisa dipertahankan secara logis sebelum Darwin, Darwin mmmungkinkan untuk menjadi seorang atheis yang terpuaskan secara intelektual” (The Blind Watchmaker [London: Penguin, 2006], hlm. 6; penekanan oleh Dawkins). Peter Watson menjelaskan satu setengah abad di Barat sebelum 1859 sebagai “waktu di mana tujuan kehidupan yang murni bersifat religius ([termasuk] keselamatan di dalam keadaan masa depan) dipertanyakan sementara belum ada model lain untuk menggantikannya, ketika pemahaman biologis Darwin atas manusia belum muncul” (The German Genius: Europe’s Third Renaissance, the Second Scientific Revolution and the Twentieth Century [London: Simon and Schuster, 2010], hlm. 65; penekanan oleh Watson). Dengan munculnya Origin karya Darwin, “konsep theologis tentang manusia [mulai digantikan] dengan pemahaman biologis” (hlm. 86).
xlviii Henry Morris, The Long War Against God (Amerika Serikat: Master Books, 2000), hlm. 18-19.
xlix Dikutip di dalam Morris, The Long War Against God, hlm. 19.
l Dikutip di dalam Morris, The Long War Against God, hlm. 19.
li Breese, Seven Men Who Rule the World from the Grave, hlm. 25.
lii Andrew Marr, “The Most Natural Selection of All,” The Daily Telegraph (19 Oktober 2002), hlm. 1, 19.
liii Pada tahun 1990-an, orang-orang ketakutan dengan berbagai laporan tentang penipisan ozon. Para ilmuwan juga memprediksikan bahwa kita akan kehabisan berbagai jenis logam sekarang.
liv Masih ingat dengan histeria mengenai AIDS pada tahun 1980-an?
lv Juga terjadi protes dan keributan besar berkaitan dengan penyembahan berhala mengenai batu lain yang jatuh dari langit di dekat Efesus (Kis. 19:35).
lvi Wells juga seorang penyokong dan praktisi “cinta bebas.” Di antara banyak kekasihnya adalah sesama atheis dan eugenisis Margaret Sanger, yang mendirikan organisasi utama dalam aborsi dan pengendalian populasi, Planned Parenthood, dan menghabiskan sebagian besar hidupnya berkampanye untuk “kebebasan seksual” dan mendukung penjualan alat kontrasepsi yang tidak dibatasi.
lvii Di periode yang lebih belakangan dari hidupnya, Wells berpindah dari pendekatan “eugenesis keras” dengan membunuh “yang tidak cocok” menjadi “pendekatan eugenesis lembut” berupa sterilisasi.
lviii Van Til, The Calvinistic Concept of Culture, hlm. 93.
lix Calvin, Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 142.
lx Misalnya Calvin, Institutes 1.14.1, hlm. 160, 161. Calvin menyatakan bahwa akar dari penyangkalan terhadap alam semesta yang muda adalah ketidakpercayaan yang fasik: “Manusia yang profan ... tidak akan menahan tawa ketika mereka diberi tahu bahwa sekitar 5.000 tahun telah berlalu sejak penciptaan alam semesta” (3.21.4, hlm. 925). David J. Engelsma mencatat bahwa bagi Calvin bumi yang muda mengonfrontasi kita dengan kekekalan Allah yang merupakan kontrasnya (The Reformed Faith of John Calvin [Jenison, MI: RFPA, 2009], hlm. 88-89; bdk. Institutes 1.41.1, hlm. 160).
lxi Misalnya, Calvin, Sermons on the Genesis Chapters 1-11, hlm. 14, 116, 123, 127, dll.; bdk. Pengakuan Iman Westminster 4:1.
lxii Calvin, Institutes 1.14.2, hlm. 161. W. Gary Crampton benar: Calvin “tidak akan mau berurusan dengan teori hari zaman atau kerangka kerja literer” (What Calvin Says [Jefferson, MD: Trinity Foundation, 1992], hlm. 40).
lxiii Calvin, Institutes 1.14.1, hlm. 160.
lxiv Calvin, Tafsiran tentang Kej., hlm. 57, 58, 59, 64, 65.
lxv Calvin, Tafsiran tentang Kej., hlm. 57.
lxvi Calvin, Institutes 1.14.20, hlm. 180.
lxvii Calvin, Institutes 1.14.20, hlm. 179.
lxviii Dalam pembahasaan yang menggemakan paragraf pertama dari Pengakuan Iman Belanda 12, Calvin menyatakan bahwa Allah “mengaruniakan kepada setiap jenis [makhluk hidup] naturnya sendiri-sendiri, memberikan fungsi-fungsi, menetapkan tempat-tempat dan lokasi-lokasi ... dan menyediakan bagi pemeliharaan setiap spesies” (Institutes 1.14.20, hlm. 180; bdk. Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 48-50, 80-81, 84-85).
lxix Bdk. Erik Guichelaar, “Creation, Providence and Divine Accomodation: John Calvin and Modern Theories of Evolution.”
lxx Calvin, Institutes 1.14.3-19, hlm. 162-179.
lxxi Calvin, Institutes 1.1.1, hlm. 35.
lxxii Calvin melanjutkan, “keberadaan kita sendiri tidak lain adalah subsistensi di dalam Allah yang esa itu” (Institutes 1.1.1, hlm. 35).
lxxiii Calvin, Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 6. Untuk rujukan-rujukan lain kepada “teater” ini di dalam karya Calvin, lihat, misalnya, Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 12, 122, 124, 127; Institutes 1.5.8, hlm. 61; 1.6.2, hlm. 72; 1.14.20, hlm. 179; 2.6.1, hlm. 341; Tafsiran tentang Kitab Kejadian, hlm. 64; 1:6; Mzm. 19:7; Ibr. 11:3. Inilah alasan bagi judul karya Susan E. Schreiner tentang ajaran Calvin mengenai tatanan ciptaan: The Theater of His Glory: Nature and the Natural Order in the Thought of John Calvin (Grand Rapids, MI: Baker, 1991).
lxxiv Calvin, Institutes 1.5.1, hlm. 52. Henry Van Til mengatakan, “Bagi Calvin keindahan tidak lain adalah pancaran keagungan Allah ini. Maka, memisahkan keindahan dari Allah merupakan penyembahan berhala” (The Calvinistic Concept of Culture, hlm. 107-108).
lxxv T. H. L. Parker, Calvin’s Doctrine of the Knowledge of God (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1959), hlm. 14.
lxxvi Parker, Calvin’s Doctrine of the Knowledge of God, hlm. 14-15.
lxxvii Parker, Calvin’s Doctrine of the Knowledge of God, hlm. 16.
lxxviii Calvin, Institutes 1.5.3, hlm. 54. Lebih lanjut mengenai manusia sebagai “mikrokosmos,” lihat Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 90. Kontraskan dengan Darwin, ketika ia semakin berpikir menurut wawasan dunia evolusionernya: “Menjelang akhir hidupnya, Darwin beberapa kali mengakui di dalam tulisan-tulisannya bahwa dua hal telah menjadi tidak memiliki daya tarik lagi baginya seiring ia bertambah tua. Yang pertama adalah kesenangannya akan seni; dan yang kedua adalah kesenangannya akan alam. Hal ini sangat menarik. Darwin menawarkan proposisinya bahwa alam, termasuk manusia, hanyalah didasarkan pada impersonal ditambah waktu ditambah peluang, dan ia harus mengakui di akhir hidupnya bahwa propisisi ini memiliki efek samping yang buruk bagi dirinya” (Francis A. Schaeffer, Pollution and the Death of Man: The Christian View of Ecology [Wheaton, IL: Tyndale House, 1970], hlm. 11; bdk. Boorstin, The Discoverers, hlm. 471-472).
lxxix Engelsma, The Reformed Faith of John Calvin, hlm. 89.
lxxx Tiga kali di dalam kalimat pertama dari khotbah pertamanya tentang kitab pertama dari Alkitab, yang membahas Kejadian 1:1-2, Calvin berbicara tentang orang fasik yang menindas wahyu Allah tentang diri-Nya melalui ciptaan-Nya: “Meskipun [1] manusia dengan niat jahat mencoba mengaburkan kemuliaan Allah, sudah pasti mereka tidak dapat membuka mata mereka dan melihat ke arah mana pun tanpa melihat bukti yang memimpin kepada pengenalan akan Dia, [2] pengenalan yang akan mereka hindari dan [3] kuburkan sepenuhnya jika mereka sanggup” (Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 1). Dalam khotbah yang sama, Calvin menambahkan, “Kita harus memulai dengan pengenalan akan Allah. Tetapi kita akan lebih memilih untuk tidak pernah mendengar tentang Dia” (hlm. 2). “Paulus menghakimi orang-orang yang memejamkan mata mereka dan menutup semua indera mereka agar jangan sampai melihat hal-hal yang dirancang untuk menunjukkan keagungan Allah dan memberikan kesaksian yang jelas bahwa Ia adalah Sang Pencipta” (hlm. 4). Di tempat lain Calvin menulis, “dunia ... mencoba sejauh yang ia bisa untuk membuang semua pengetahuan akan Allah” (Institutes 1.2.2, hlm. 46).
lxxxi Calvin menyatakan, “perasaan akan keilahian sesuai naturnya terukir di dalam hati manusia” (Institutes 1.4.4, hlm. 51). Edward A. Dowey Jr. memberikan daftar “efek-efek empiris dari sensus divinitatis” bagi Calvin: “(1) universalitas agama, yang karena dosa berarti universalitas penyembahan berhala, yang dicapai dengan (2) kegentaran seperti hamba kepada Allah dan (3) hati nurani yang gelisah. Ketiga hal ini bersama-sama terimplikasi di dalam tidak dapat berdalihnya semua manusia” (The Knowledge of God in Calvin’s Theology [Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1994], hlm. 52-53).
lxxxii Calvin, Institutes 1.5.1, hlm. 52. Di awal “Argumen”-nya yang menjadi pengantar bagi buku tafsirannya tentang Kitab Kejadian, Calvin menulis dengan sangat menggugah, “Kita sungguh melihat dunia dengan mata kita, kita menginjak bumi dengan kaki kita, kita menyentuh karya Allah yang tidak terbilang jenisnya dengan tangan kita, kita menghirup aroma wangi yang enak dan menyenangkan dari herba dan bunga, kita menikmati manfaat yang tidak terbatas; tetapi di dalam hal-hal tersebut yang tentangnya kita mendapatkan sejumlah pengetahuan, di sana berdiam kuasa, kebaikan, dan hikmat ilahi yang begitu dahsyat, yang menyerap semua indera kita” (Tafsiran tentang Kitab Kejadian, hlm. 57).
lxxxiii Pembahasan sang Reformator tentang providensi terdapat di akhir Institutes buku 1, yang membicarakan tentang “Pengenalan akan Allah Sang Pencipta” (1.16-18, hlm. 197-237). Penekanan Calvin pada persatuan yang tidak terpisahkan antara penciptaan dan providensi (misalnya 1.16.1, hlm. 197-198) digemakan di dalam eksposisi Katekismus Heidelberg tentang artikel pertama dari Pengakuan Iman Rasuli (Hari Tuhan 9-10).
lxxxiv Bdk. Engelsma: “Walaupun Calvin tidak, sejauh yang saya tahu, menggunakan istilah tersebut, providensi menegaskan imanensi Allah, yaitu kehadiran Allah di dalam ciptaan, kedekatan Allah dengan ciptaan dan dengan setiap makhluk di dalam ciptaan tersebut” (The Reformed Faith of John Calvin, hlm. 104; penekanan oleh saya).
lxxxv Calvin, Institutes, 1.16.3-4, hlm. 200-203.
lxxxvi Calvin, Tafsiran tentang Mzm. 8:7.
lxxxvii Calvin, Institutes, 1.16.2, hlm. 199.
lxxxviii Misalnya, Calvin, Institutes 1.18.1-5, hlm. 228-237; 3.23.7-8, hlm. 955-957; John Calvin, Calvin’s Calvinism, terj. Henry Cole (Jenison, MI: RFPA, 2009), hlm. 191-196, 224-228; bdk. Pengakuan Iman Westminster 5:4.
lxxxix Calvin, Institutes 1.16.4, hlm. 203; bdk., misalnya 1.16.2, hlm. 198-199; 1.16.8-9, hlm. 207-210. Berkaitan dengan ini Calvin mengutip dan menyetujui seorang bapa gereja timur: “Basil Agung telah dengan tepat mengatakan bahwa ‘keberuntungan’ dan ‘peluang’ adalah istilah-istilah pagan, yang signifikansinya tidak boleh memenuhi pikiran orang percaya” (1.16.8, hlm. 207).
xc Bdk. Schreiner: “Meskipun ia mempresuposisikan dan menggunakan doktron-doktrin Kristen yang tradisional, pemikiran Calvin dicirikan oleh penekanannya sendiri yang khusus. Yang menjadi inti dari semua pembahasannya tentang ciptaan adalah konsep tentang tatanan” (The Theater of His Glory, hlm. 3). Yang dimaksud dengan “ciptaan” di sini oleh Schreiner adalah keseluruhan tatanan yang ciptakan, termasuk providensi, seperti diperjelas oleh konteksnya.
xci Misalnya Calvin, Institutes 1.16.1, hlm. 198; 1.16.8-9, hlm. 207-210.
xcii Lebih lanjut mengenai penciptaan dan providensi, lihat laman daring Creation Resources ini.
xciii Calvin, Institutes 2.12.1, hlm. 464-465.
xciv Calvin, Institutes 3.1.1, hlm. 538.
xcv John Calvin, “Catechism of the Church of Geneva,” di dalam John Calvin, Treatises on the Sacraments: Catechism of the Church of Geneva, Forms of Prayer, and Confessions of Faith, terj. Henry Beveridge (Scotland: Christian Heritage, 2002), hlm. 53; bdk. Katekismus Heidelberg, P. & J. 21
xcvi Untuk pembahasan yang sangat baik tentang pandangan Calvin mengenai jaminan di dalam Institutes-nya, lihat Engelsma, The Reformed Faith of John Calvin, hlm. 194-199.
xcvii Calvin, Institutes 3.2.35, hlm. 583.
xcviii Peter Lillback, The Binding of God: Calvin’s Role in the Development of Covenant Theology (Grand Rapids, MI: Baker, 2001).
xcix Bdk. Angus Stewart, “John Calvin’s Integrated Covenant Theology (2): The Nature of the Covenant,” Protestant Reformed Theological Journal, vol. 41, no. 1 (November 2007), hlm. 29-42, khususnya hlm. 29-37. Versi yang lebih panjang dan lebih dikembangkan dari artikel ini bisa ditemukan daring.
c Calvin, Institutes 4.1.1, hlm. 1012.
ci Calvin, Institutes 4.1.4, hlm. 1016.
cii Lihat khususnya John Calvin, Come Out From Among Them:Anti-Nicodemite’ Writings of John Calvin, terj. Seth Skolnitsky (Dallas, TX: Protestant Heritage Press, 2001); bdk. Pengakuan Iman Belanda 28-29.
ciii Bdk. Ronald S. Wallace, Calvin’s Doctrine of the Word and Sacrament (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1957), hlm. 82-95
civ Calvin, Tafsiran tentang Yes. 11:4.
cv Bdk. Wallace, Calvin’s Doctrine of the Word and Sacrament, hlm. 197-233; bdk. Katekismus Heidelberg, Hari Tuhan 28-30; Pengakuan Iman Belanda 35.
cvi Calvin, Institutes 3.25.10, hlm. 1005
cvii Ini sangat berbeda dari ketakutan kaum evolusionis terhadap pemanasan global atau matinya panas!
cviii Bdk. Calvin, Institutes 3.21-24, hlm. 920-987.
cix Pengakuan Iman Belanda 2 menyatakan bahwa Firman Allah “secara lebih jelas dan penuh” membuat kebenaran Allah diketahui daripada “kitab yang paling elegan” dari “ciptaan, pemeliharaan, dan pemerintahan” Allah “atas alam semesta.”
cx Calvin, Institutes 1.7.4, hlm. 79; 1.7.5, hlm. 80.
cxi Calvin, Institutes 1.7.1-3, hlm. 74-78.
cxii Calvin, Institutes 1.7.4, hlm. 78; bdk. Pengakuan Iman Belanda 5; Pengakuan Iman Westminster 1:4-5. Engelsma mengamati, “Meskipun setiap doktrin mendapat banyak sumbangsih dari Calvin, doktrin kesaksian Roh Kudus adalah bermula dari Calvin. Ini adalah sumbangsih yang luar biasa dari Calvin untuk theologi Kristen” (The Reformed Faith of John Calvin, hlm. 71). Evaluasi tentang Kitab Suci dan Roh Kudus ini adalah benteng yang kukuh dalam melawan pandangan-pandangan yang salah mengenai hubungan antara Firman Allah dan teori-teori ilmiah manusia, khususnya evolusionisme.
cxiii Calvin, Tafsiran tentang Kitab Kejadian, hlm. lii.
cxiv Calvin menggunakan gambaran ini, misalnya, di dekat permulaan khotbah pertamanya tentang Kitab Kejadian, yang membahas Kejadian 1:1-2: “Allah mengulurkan kepada kita kebaikan yang ajaib, sangat berkenan untuk membantu kita di dalam ketidaktahuan kita, di dalam keengganan kita, bahkan di dalam kefasikan kita, dengan menambahkan Firman-Nya kepada apa yang bisa kita lihat dan tangkap dengan pengalaman. Sebagai akibatnya, kita bisa menyebut Firman Allah sebagai kacamata kita. Mereka yang rabun jauh atau yang penglihatannya kabur untuk melihat terang, tetapi jika mereka ingin melihat kejauhan, semuanya akan kabur dan mereka tidak akan bisa membedakan antara huruf yang satu dengan yang lainnya. Tetapi jika mereka memiliki kacamata, penglihatan mereka akan begitu diperkuat sehingga dipulihkan, padahal sebelumnya tidak menolong bagi mereka. Hal yang sama juga berlaku ketika kita mencoba untuk menghakimi karya-karya Allah dengan indera-indera kita sendiri. Kita bergerak ke arah irasionalitas. Kita akan kekurangan pertimbangan dan pemilahan, tetapi ketika Tuhan kita memberikan Firman-Nya, kita mampu melihat dengan sangat jelas dan diajari tentang apa yang diperlukan untuk menyembah dan melayani Dia dan memberikan kepada-Nya segala kemuliaan yang adalah milik-Nya” (Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 4-5; bdk. Tafsiran tentang Kitab Kejadian, hlm. 62-63; Institutes 1.6.1, hlm. 70; 1.14.1, hlm. 160).
cxv Institutes, hlm. 70, catatan 1. Robert L. Reymond mencatat bahwa di dekat bagian awal dari Institutes 1.6, pasal pertama Calvin mengenai Firman Allah, ia “menggunakan tiga metafora” bagi Kitab Suci yang dipandang perlu untuk membawa kita kepada pengenalan yang sejati akan Allah. Selain sebagai (1) “kacamata,” Firman Allah juga adalah (2) “benang” untuk membimbing kita keluar dari “labirin yang tidak dapat dijelaskan” dari pikiran-pikiran yang menyembah berhala (1.6.3, hlm. 73) dan (3) seorang “guru” (bdk. 1.6.2, hlm. 72; 1.6.4, hlm. 73) (“Calvin’s Doctrine of Holy Scripture (1.6-10),” di dalam David W. Hall dan Peter A. Lillback (ed), A Theological Guide to Calvin’s Institutes [Phillipsburg, NJ: P & R, 2008], hlm. 46-47.
cxvi Parker, Calvin’s Doctrine of the Knowledge of God, hlm. 39.
cxvii Joseph A. Pipa, Jr., “Creation and Providence (1.14, 16-18)” di dalam David W. Hall dan Peter A. Lillback (ed), A Theological Guide to Calvin’s Institutes, hlm. 137.
cxviii Calvin sering mengutip Ibrani 11:3 untuk membuktikan peran yang esensial dari iman di dalam mengetahui kebenaran tentang ciptaan dan Sang Pencipta (misalnya Institutes 1.5.14, hlm. 68; 1.16.1, hlm. 197; Tafsiran tentang Kitab Kejadian, hlm. 63; Ibr. 11:3; Sermons on Genesis Chapters 1-11, hlm. 7).
cxix Georgia Harkness, meskipun bukan penulis yang paling bisa dipercaya tentang Calvin, tetap benar dalam hal ini: John Calvin “adalah pemikir yang tajam, seorang yang sangat terdidik, sarjana dengan kapasitas intelektual yang tinggi. Ia meyakini pendidikan, dan ia memaparkan kepada para pengikutnya tuntutan akan pelayanan yang terdidik dan kaum awam yang terdidik. Ia mendirikan sebuah universitas untuk pendidikan yang lebih baik bagi orang banyak dan pelatihan kaum muda bagi pelayanan. Ia menekankan agar anak-anak diberi pendidikan wajib secara gratis. Ia menjadi teladan bagi penghargaan yang tinggi kepada pendidikan yang menyebabkan kaum Puritan mendirikan Harvard College pada tahun 1613, hampir segera setelah kaki mereka menginjak tanah New England” (John Calvin: The Man and His Ethics [Nashville, TN: Abingdon Press, 1931], hlm. 87. Calvin yang begitu mendukung pendidikan telah menjadi inspirasi bagi hampir lima abad terjadinya pendirian dan pelanjutan sekolah-sekolah, kolese-kolese, dan universitas-universitas Kristen di seluruh dunia dan bukan hanya di New England.
cxx Ketika memaparkan ajaran Sang Reformator Jenewa, Ronald S. Wallace menyatakan, “Anggota-anggota tubuh Kristus, yang dikuduskan melalui persatuan dengan Kristus, tunduk kepada providensi khusus yang membentuk karier historis mereka menjadi suatu pola yang sama dengan pola kematian dan kebangkitan yang dikerjakan di dalam pengudusan Yesus Kristus sendiri. Penderitaan-penderitaan yang diperintahkan oleh Allah untuk tujuan ini Calvin sebut sebagai Salib” (Calvin’s Doctrine of the Christian Life [Edinburgh dan London: Oliver and Boyd, 1959], hlm. 68).
cxxi Bdk. Dawkins: “Alam semesta yang kita amati memiliki properti-properti yang persis sama yang seharusnya kita harapkan jika, pada dasarnya, tidak ada rancangan, tidak ada tujuan, tidak ada kejahatan, dan tidak ada kebaikan, tidak ada apa pun selain ketiadaan perbedaan (indiferensi) yang buta dan tidak berbelas kasih” (River Out of Eden, hlm. 133)
cxxii Theologi Katolik Roma bisa merangkul evolusi theistis karena penyangkalan Roma terhadap kecukupan dan otoritas Kitab Suci; dimasukkannya allah Aristoteles yang adalah “penggerak yang tidak digerakkan” dan impersonal ke dalam filsafat Thomis-nya; dan doktrin providensinya yang teramat lemah. Roma berkompromi dengan dunia dalam isu-isu ini, sebagaimana dalam banyak isu lain, karena ia menginginkan penghormatan dan kuasa dunia.
cxxiii Calvin, Tafsiran tentang Roma 1:18.
cxxiv Lebih lanjut mengenai pernikahan, lihat laman daring Marriage Resouces ini.
cxxv Lebih lanjut mengenai Hari Tuhan, lihat laman daring Lord’s Day Resources ini.