Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Melihat Bintik Matahari

 Mr. Brian Dykstra, guru di Sekolah Hope P. R. Christian

 

Bagaimana manusia benar di hadapan Allah, dan bagaimana orang yang dilahirkan perempuan itu bersih?
Sesungguhnya, bahkan bulanpun tidak terang dan bintang-bintang pun tidak cerah di mata-Nya.
Lebih-lebih lagi manusia, yang adalah berenga, anak manusia, yang adalah ulat!"
(Ayb. 25:4-6).

Bintik Matahari adalah noda gelap yang tampak pada permukaan matahari. Noda itu memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda. Bintik yang lebih besar beberapa kali ketimbang diameter Bumi. Bintik matahari dapat bertahan selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Bintik-bintik ini bergerak mengitari permukaan matahari di mana hal-hal itu menjelajah bersama rotasi matahari.

Bintik matahari adalah akibat dari medan magnit matahari. Kita mengenal dengan medan magnit Bumi dengan kutub utara dan selatan. Tetapi medan maknit matahari itu jauh lebih lebih rumit. Mengamati aktifitas surya, di mana bintik matahari adalah indikasi yang penting, jauh lebih penting saat ini ketimbang sebelumnya. Aktifitas surya memengaruhi jaringan tenaga listrik yang utama dan komunikasi satelit. Dengan pertumbuhan masyarakat modern yang mengandalkan telepon genggam, teknologi penempatan global (GPS) dan ATM, pemerintah hendak menghabiskan jutaan dolar untuk melanjutkan pengamatan surya di luar angkasa.

Temperatur di permukaan matahari secara normal sekitar 10.000° F/5.538° C. Di mana terdapat aktifitas magnet di permukaan matahari, temperatur menurun sekitar 7.600° F/4.204° C. Penurunan temperatur ini menakibatkan tambalan gelap di mana kita dapat mengamatinya.

Perkembangan teleskop di tahun 1600-an membuka jalan bagi kajian bintik mahahari. Suatu penemuan yang menarik terjadi mengenai bintik mathari segera setelahnya. Angka bintik matahari bertambah dan berkurang selama siklus 11 tahun. Saat ini siklus surya berada pada aktifitas bintik matahari yang paling sedikit. Puncak bintik matahari selanjutnya diperkirakan terjadi di tahun 2011 atau 2012. Beberapa ilmuwan, yang skeptis secara umum mengakui hal ini menyebabkan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia, mendalilkan bahwa perubahan iklim yang teramati dapat berkaitan dengan daya ragam aktifitas surya dalam jangka panjang.

Bintik matahari telah memiliki andil di dalam filsafat Eropa dan sejarah gereja. Filsuf Yunai kuno, Aristoteles, mengajarkan bahwa matahari dan sorga merupakan sebuah perwujudan yang ideal, kesempurnaan yang tidak ternoda. Pengajaran Aristoteles memengaruhi Gereja Roma Katolik. Orang [Katolik] Roma mengajarkan bahwa sorga adalah bentuk, suatu horizon yang sempurna. Bumi bukanlah horizon yang sempurna, tetapi kasar dengan gunung dan lembahnya karena disebabkan oleh dosa manusia.

Astronom Cina mungkin merupakan kaum yang pertama memperhatikan bintik matahari. Mereka sudah mencatat hal-hal itu tahun 28 SM. Beberapa bintik matahari cukup besar untuk dilihat dengan mata ketika matahari diamati saat fajar atau senja melalui embun atau kabut. (bagaimanapun, hati-hati ada orang yang tidak tahu melihat matahari secara langsung tanpa melindungi mata mereka.)

Ketika orang-orang Eropa mengamati bintik matahari, ada kebingungan mengenai bagaimana hal itu bisa terjadi, sebab mereka memercayai konsep bahwa matahari tidak mungkin bercacat. Apa yang mereka lihat? Gerakan dari planet-planet yang teramati tidak sesuai dengan prediksi matematis pada mulanya. Beberapa ilmuwan memercayai sebab kesenjangan ini karena ada sebuah planet yang mengitari matahari bahkan lebih dekat ketimbang Merkurius. Mereka telah menamakan planet itu Vulkan, dan hal itu dikira merupakan bintik-bintik yang diamati pada matahari mungkin sebenarnya adalah bulan-bulan, Vulkan atau semacam awan. Galileo-lah yang dengan pengamatan yang hati-hati di permulaan tahun 1600-an, pertama kali menegaskan bahwa bintik matahari sebenarnya merupakan bagian dari matahari itu sendiri. Penemuan yang mengagetkan, khususnya bagi Gereja Roma Katolik. Sorga tidaklah murni.

Ketika Adam berdosa, dia berdosa sebagai kepala ciptaan, segala ciptaan. Dosanya tidaklah memengaruhi Bumi, tetapi sorga juga ternodai. Bagaimana matahari dan langit malam tampak kepada Adam sebelum kejatuhannya? Berapa banyak lagi secara jelas mereka memuji Pencipta tersebut? Bagaimana kondisi asli mereka?

Bildad, bagian dari perkataannya dikutip di atas, mengetahui sorga tidaklah murni. Bukan segala sesuatu yang dibicarakan Bildad dan kedua temannya disetujui oleh Allah, jika tidak mereka tidak akan disuruh di dalam Ayub 42 untuk membawa binatang supaya Ayub mengorbankan dan mendoakan mereka. Bagaimanapun, di sini Bildad mengatakan kebenaran. “Bagaimana manusia dapat dibenarkan di hadapan Allah? Jika bintang-bintang tidaklah murni di hadapan Allah, seperti yang dipikirkan ‘berkilauan secara sempurna’, tetapi memiliki kecacatan itu, apakah kita dapat bertahan di hadapan-Nya dan mengaku kudus dari diri mereka? Allah bukan sekadar sedikit kudus, agaknya kudus, atau bahkan lebih kudus. Tuhan adalah kudus yang sempurna dari sendirinya. Kekudusan Allah merupakan apa yang membuat dosa-dosa kita begitu melawan Dia, dan mengapa penderitaan itu perlu untuk dibayarkan kepada mereka begitu dalam dan pahitnya.

Akankah kita berani mengakui layak secara pribadi untuk masuk ke persekutuan-Nya? Apakah kecacatan rohani kita tidak apa-apa atau sedikit? Pada waktu artikel ini ditulis, matahari tidak menampakkan bintik yang besar. Buyut kita, orang Belanda akan begitu bersuka untuk menjaga rumah mereka begitu bersihnya, tanpa bintik. Dapatkah kita mengakui waktu ketika kecacatan rohani kita pada titik terendah? Apakah kita mengalami hari-hari ketika kita dapat menegaskan hati kita tampak tidak memiliki bintik dosa sama sekali? Jika ada orang yang berani mengakui hal sedemikian, tidak akankah hal ini jelas membuktikan di mana seorang itu sejujurnya tidak memahami natur dosa?

Selama bertahun-tahun, matahari dan bintang-bintang ada sebagai contoh kemurnian. Tetapi, Bildad mengetahui bintang-bintang tidaklah murni pada pandangan Allah. Jika bintang-bintang tidaklah murni, akankah kita bisa? Kita adalah ciptaan yang rendah [di hadapan Allah – pen.]. Tidak berandai-andai, Bildad mengatakannya, tetapi dengan tepat, seperti ulat. Bersyukur bahwa Tuhan dapat membuat hati kita bersih secara lengkap oleh darah Kristus, dan suatu hari umat-Nya akan berdiri dalam kemuliaan di hadapan-Nya dengan jubah putih yang tanpa bintik/noda.

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.