Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Mengingat Venus

Mr. Brian Dykstra, guru di Sekolah Hope P. R. Christian.

 

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. (Kej. 3:6).

Setelah matahari dan bulan, Venus adalah planet yang paling terang di langit. Hal itu menyilaukan mata dengan cahaya putih yang mengkilau entah hal itu terlihat di langit pagi atau sore. Venus dapat menjadi indah khususnya di kala hal itu di dekat bulan. Ukuran Venus, hampir sama seperti ukuran Bumi dan jangkauannya sebagai planet yang terdekat dengan planet Bumi, menjadikan tepat pada puncak kemampuan mata manusia untuk tahu membedakan hal itu, bukan sebagai suatu titik terang, tetapi karena ukurannya. Mereka yang khususnya memiliki pengelihatan yang tajam telah mengakui perubahan fase yang lamban dari Venus. Tantangan optik ini merupakan bagian dari ketertarikan dari mengamati Venus.

Hal ini dapat dipahami betapa objek semacam itu cerah, indah, dan berkilau secara murni sehingga dinamakan menurut dewi orang Romawi yang cantik itu. Kaum Yunani menyebut planet itu dengan Aphrodite, juga dewi dari kasih dan cantik mereka. Saya meragukan hal ini adalah sama dengan kasih ‘agape’ yang kita biasa temui di Perjanjian Baru, tetapi hal ini agaknya merupakan bentuk yang lebih rendah dari ketertarikan di mana budaya Yunani biasa kenali.

Hal itu merupakan peristiwa astronomi bagi Venus untuk melewati antara Bumi dan matahari. Pada tahun 1761, Mikhail Lomonosov, ilmuwan Rusia, menggunakan teleskop untuk mengamati transisi Venus melalui permukaan matahari. Dia ingin mengukur diameter lingkaran Venus dan menemukan bahwa hal itu bukanlah tajam dan bergerigi, tetapi kabur. Dia segera menyadari bahwa Venus memiliki suatu atmosfir!

Pada waktu yang sama, dikenali oleh ilmuwan Prancis, Pierre Laplace mengembangkan suatu ide yang disebut hipotesa nebular. Dia mengajukan bahwa planet-planet mengembunkan cincin-cincin dari gasnya keluar dari formasi tata surya. Cincin-cincin yang terjauh dari matahari akan dingin pada mulanya, dengan membentuk planet-planet di dalamnya kemudian. Kepercayaan ini ada di antara para astronom bahwa Mars adalah sebuah planet yang kurang utama, Bumi adalah planet terbaik dalam menyokong kehidupan dan Venus merupakan planet yang seperti Bumi berabad-abad yang lampau.

Di akhir tahun 1800-an, timbullah teori ilmiah yang disebut “pluralisme,” kepercayaan di dalam eksistensi kehidupan pada tidak terhingga jumlah planet yang dapat dihuni di seluruh alam semesta. Hal ini bertepatan dengan periode ketika teori evolusi Charles Darwin menarik minat publik. Kesimpulan dari komunitas ilmiah adalah jika organisme dapat berkembang dan berevolusi di Bumi, maka mengapa tidak juga di planet-planet yang lain? Venus, dengan atmosfirnya (diduga memiliki oksigen) dan kedekatannya dengan hangatnya matahari, dipikirkan adalah calon utama dari perkembangan kehidupan. Kedua ide ini dengan hipotesis nebular dari Laplace, dan Venus diperkirakan menjadi dunia yang berawa, tertutup dengan tumbuhan lembab yang bertumbuh di dalam cuaca yang beruap di mana beberapa bentuk kehidupan berevolusi. Venus dibayangkan menjadi suatu firdaus tropis. Dalam pengacuan dari opini-opini ini, Richard Corfield dalam bukunya, Lives of the Planets, judul dari bab ini diambil dari informasi ini, “rumah hijau di Langit: Venus.”

Realitas dari planet yang indah memukau adalah berbeda jauh dari apa yang pernah dibayangkan. Petunjuk pertama datang di tahun 1920-an ketika para ilmuwan mulai belajar sinar yang direfleksi oleh Venus untuk menentukan bahan-bahan kimia yang terkandung di atmosfirnya. Para ilmuwan terkejut menemukan ternyata terdapat sangat sedikit uapan air di sana (berarti Venus bukanlah berawa seperti keadaan Bumi di masa pra historis), tetapi mereka memang menemukan berlimpahnya karbon dioksida, gas yang terperangkap oleh dekatnya panas matahari.

Kemudian di tahun 1956, para astronom mengalihkan teleskop radio mereka ke arah Venus. Mereka menemukan Venus memedarkan begitu banyak radiasi mikrowave, suatu petunjuk bahwa permukaan dari Venus benar-benar panas. Bulan Desember 1962, satelit luar angkasa yang diluncurkan oleh AS, Mariner 2, terbang di dekat Venus. Corfield melaporkan penemuan-penemuannya, “kenyataannya, hasil yang ditunjukan bahwa permukaan Venus bukan hanya panas, tetapi sepanas dalamnya yang seolah-olah oven yang sangat panas … tidak [terdapat] samudra, rawa, batang pohon yang raksasa, serangga yang luar biasa, dan makhluk serupa amfibi yang merangkak dengan caranya yang instingtif.”

Venus, walaupun penampakannya yang memukau, tidak ada Taman Eden. Uni Soviet juga mengirimkan beberapa satelit ke permukaan Venus tahun 1960-70-an. Satelit-satelit ini dibuat dengan ketahanan temperatur hingga 500 derajat Celcius dan tekanan atmosfir yang setara dengan 3.000 kaki di bawah laut. Para ilmuwan Soviet terheran-heran bahwa satelit mereka mampu bertahan selama 1 jam dengan rancangan kerja hanya 30 menit. Venus, yang penah disangka subur dan hijau, nyatanya adalah panci tekanan yang begitu panas. Tampilannya dapat menipu.

Hawa melihat buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Buahnya tidaklah tercium konyol atau tidak dirusakkan dengan kebusukan dan cacing. Ketika memegangnya di tangannya, buah tersebut tidaklah mengeluarkan sesuatu massa yang busuk dan lembik. Dia melihat buah itu memberikan penampakan yang benar-benar baik. Matanya menyenangi apa yang ia lihat. Untuk memetiknya dan memakannya akan membuat dia bajik. Buah tersebut menarik dan sangat memikat.

Ini adalah kisah dosa. Iblis menawarkan dunia dosa kepada kita dan anak-anak kita dengan mencobai kita. Iblis juga mengetahui bahwa pencobaan yang berbeda akan menarik orang yang berbeda. Apakah mencobai seseorang yang mungkin tidak tertarik sama sekali juga berlaku bagi orang yang lain. Tetapi hal itu tetap sama. Dosa terlihat baik bagi daging kita yang lemah. Untuk memasuki ke dalam kenikmatan itu akan membawa kita kepada kebahagiaan dan sukacita. Iblis akan membuat kita memercayai hal itu.

Bagaimanapun, apa efek-efek dosa secara rohani? Adam dan Hawa telah belajar dengan baiknya. Kebahagiaan yang dijanjikan oleh Iblis tidak pernah terwujud. Malahan, mereka kini menyembunyikan diri dari hadapan Allah karena malu. Mereka tidak dapat menikmati persekutuan kekudusan-Nya seperti apa yang pernah mereka nikmati. Mereka menemukan bahwa mereka sama sekali tidak bahagia, dan kita harus mengingat hal ini sebelum terlambat, Adam dan Hawa belum mempelajari Pencipta mereka adalah Allah yang menebus. Mereka merana karena mereka heran akan apa yang Allah lakukan pada mereka.

Lain kali kita melihat Venus, bintang yang indah dan mulia di pagi atau sore hari, hal itu mengingatkan dewi kasih dan indah, ingatlah apa yang tersembunyi di bawah awannya. Dia bukanlah seindah tampaknya. Saat kita bergumul setiap hari dengan tubuh berdosa kita, kita harus tetap mengingat natur dosa dan godaan yang menarik. Apa yang tampak begitu menggoda dan nikmat, sebenarnya sangat merusak jiwa. Bersyukur kepada Allah yang menebus kita, yang menyelamatkan kita dari hawa nafsu mata.

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.