Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Apakah Allah Benar-Benar Ingin Menyelamatkan Kaum Reprobat?

Rev. Angus Stewart

(sedikit dimodifikasi dari artikel-artikel yang pertama
kali diterbitkan di dalam British Reformed Journal)

 

Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya’” (Mat. 11:25-27).

 

I. Introduksi

Subjek dari artikel ini adalah Allah: Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi; Allah Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Pertanyaan yang kita angkat mengenai Allah yang sejati ini adalah sebagai berikut: Apakah Allah ingin menyelamatkan kaum reprobat? Apakah Allah benar-benar ingin menyelamatkan kaum reprobat?i

Akan tetapi, isu ini biasanya bukan diungkapkan dengan cara demikian. Isu ini umumnya dinyatakan dengan kalimat-kalimat seperti: “Allah mengasihi setiap orang dan Allah ingin menyelamatkan setiap orang,” atau “Hai orang berdosa, Allah ingin menyelamatkanmu,” atau “Allah memiliki rencana yang indah bagi hidupmu.” Ini dinyatakan secara sembarangan kepada semua orang yang mendengarkan suara si pengkhotbah.

Bagaimana orang percaya harus menganalisis pernyataan-pernyataan ini? Sudah tentu ia harus berpikir sebagai seorang Kristen di dalam terang Firman Allah dan doktrin-doktrin dari Firman Allah. Tentu saja ia harus menimbang isu-isu ini dengan kebenaran tentang atribut-atribut Allah yang mulia dan dekrit-dekrit-Nya yang kekal dan tanpa syarat tentang pemilihan (eleksi) dan reprobasi. Doktrin-doktrin ini dinyatakan di dalam semua pengakuan iman Reformed bersama doktrin-doktrin lain seperti Trinitas, Pribadi dan natur-natur Yesus Kristus, penciptaan, dan semua doktrin lainnya. Secara singkat, pemilihan adalah pilihan Allah yang kekal dan tanpa syarat atas sejumlah orang berdosa untuk hidup yang kekal di dalam Yesus Kristus. Reprobasi adalah penolakan Allah yang kekal atas semua orang berdosa lainnya. Allah memilih untuk tidak menyelamatkan mereka, melainkan untuk menghukum mereka sesuai dosa-dosa mereka. Ini pun merupakan pilihan Allah yang tanpa syarat sebelum Ia menjadikan dunia ini.

Ini adalah ajaran Reformed. Inilah ajaran dari Pengakuan Iman Westminster dan pengakuan-pengakuan iman yang diturunkan darinya: Deklarasi Savoy dari kaum Kongregasionalis (1658) dan Pengakuan Iman Baptis (1689). Inilah ajaran dari Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht (1618-1619) dan kredo-kredo Reformed lainnya.

Ini adalah juga ajaran Alkitab. Di dalam Matius 11:25, Yesus Kristus berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil.” Yesus telah mengajar dan melakukan mujizat di Galilea, sehingga orang-orang di sana telah mendengar kebenaran Injil (ay. 20-24). Sejumlah orang memahami secara rohani dan menerimanya, yang lainnya tidak. Alasan mengapa sebagian orang memahaminya secara rohani dan menerimanya sedangkan yang lainnya tidak adalah bahwa Allah telah “menyatakan” itu kepada sebagian orang dan “menyembunyikan”-nya dari yang lainnya (ay. 25). Tindakan Allah menyembunyikan dari orang bijak dan orang pandai terjadi di dalam waktu, sesuai dekrit-Nya tentang reprobasi. Tindakan Allah menyatakan kebenaran tentang keselamatan kepada orang kecil juga terjadi di dalam waktu, di dalam iluminasi bagi orang-orang kudus, menurut dekrit Allah tentang pemilihan.

Yesus melanjutkan, “Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (ay. 26). Adalah baik dan berkenan kepada Allah bahwa sejumlah orang akan mendapati Injil disembunyikan dari mereka, meskipun mereka mendengar Injil diberitakan, dan sejumlah orang lain akan mendapati Injil itu dinyatakan kepada mereka bukan hanya secara eksternal tetapi juga secara internal. Ketika Yesus berkata, “itulah yang berkenan kepada-Mu,” kita harus memahami bahwa itu baik di dalam pandangan Allah yang kekal dan tidak berubah. Itu adalah baik di dalam pandangan-Nya pada hari di mana terjadi iluminasi atas sejumlah orang dan dibutakannya atau dikeraskannya hati orang-orang lainnya. Hal ini juga baik di dalam pandangan Allah sebelum dunia dijadikan, karena Allah adalah tanpa waktu. Sebelum dunia, Allah ada secara kekal; tidak ada waktu di dalam Allah yang kekal.

Jika demikian, apakah Allah mengasihi setiap orang, termasuk kaum reprobat, mereka yang telah Ia pilih untuk tidak selamatkan? Apakah Allah ingin menyelamatkan setiap orang? Apakah Allah memiliki rencana yang indah bagi hidup setiap orang?

Allah memang mengasihi semua kaum pilihan-Nya, Israel rohani kepunyaan Allah. “Aku mengasihi Yakub,” kata Allah (Rm. 9:13). Allah memang ingin menyelamatkan kaum pilihan dan Allah menunjukkan bahwa Ia ingin menyelamatkan kaum pilihan dengan mengutus Yesus Kristus untuk mati bagi mereka, dan dengan memberi mereka iman dan pertobatan sehingga mereka bisa memiliki persekutuan dengan-Nya dan memuliakan-Nya. Selain itu, Allah memang memiliki rencana yang indah untuk hidup seluruh kaum pilihan-Nya, karena “segala sesuatu turut bekerja bersama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan tujuan-Nya” (Rm. 8:28, KJV). Rencana indah yang Allah miliki untuk hidup orang percaya adalah termasuk hal-hal yang tidak akan orang percaya itu pilih bagi dirinya sendiri. Tetapi di dalam hikmat Allah yang tidak terbatas, di dalam anugerah dan providensi-Nya, segala sesuatu bekerja bersama bagi kebaikan rohani dan kekal orang percaya itu.

Tetapi, jika pertanyaan-pertanyaan ini diterapkan pada kaum reprobat, jawaban bagi semuanya adalah “Tidak.” Allah tidak mengasihi mereka. “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau” (Rm. 9:13). Di sini Esau adalah seorang individu. Tetapi bukan seakan-akan Allah mengasihi semua kaum reprobat di dunia tetapi hanya membenci individu yang satu ini. Bukan itu gagasannya. Semua orang yang direprobasi dibenci oleh Allah. Allah tidak ingin menyelamatkan mereka. Seperti Yesus katakan di dalam Matius 11, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai.... Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (ay. 25-26). Ini adalah baik di dalam pandangan Allah. Inilah keinginan, tujuan dan kehendak Allah di dalam dunia ini. Seluruh Kitab Suci mengajarkan (dan ini juga diajarkan khususnya di dalam Katekismus Besar Westminster, P. & J. 27-29), bahwa mereka yang berada di luar Yesus Kristus dan bukan terpilih adalah orang-orang yang terkutuk. Mereka terkutuk di dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan mereka baik di dalam dunia ini maupun di dalam kehidupan yang akan datang. Mereka binasa untuk selama-lamanya di dalam neraka. Ini bukan rencana yang indah bagi mereka. Di dalam tujuan Allah, hal ini membawa kemuliaan bagi-Nya. Hal ini membesarkan keadilan-Nya. Tetapi bagi mereka, ini bukan rencana yang indah. Memberitakan kepada semua orang secara sembarangan, termasuk orang-orang yang dengan terang-terangan mengaku sebagai orang yang tidak percaya, bahwa Allah memiliki rencana yang indah bagi hidup mereka, merupakan olok-olok. Allah tidak mempunyai rencana yang indah bagi Esau (Rm. 9:10-13). Ia tidak memiliki rencana yang indah bagi Firaun (Rm. 9:17-18). Ia tidak memiliki rencana yang indah bagi kaum reprobat.

Tetapi kita tidak akan membahas kasih Allah itu sendiri atau siapa yang Ia kasihi. Di dalam artikel ini kita menjawab pertanyaan: Apakah Allah ingin menyelamatkan setiap orang? atau, yang lebih spesifik lagi, Apakah Allah benar-benar ingin menyelamatkan kaum reprobat?

Mayoritas orang-orang yang menyatakan diri Kristen percaya bahwa Allah ingin menyelamatkan setiap orang. Jelas kaum Armian memercayai ini karena kaum Arminian menyangkali kebenaran tentang pemilihan dan reprobasi yang alkitabiah. Kaum Arminian mengajarkan bahwa keselamatan atau non-keselamatan secara ultimat bergantung pada apa yang mereka duga sebagai kehendak bebas orang yang berdosa. Inilah kasus dari kaum Arminian kontemporer di dalam dunia pada saat ini, dan ini pulalah kasus kaum Arminian dulu di Sinode Dordrecht (1618-1619). Di Sinode Dordrecht, kaum Arminian secara jelas menyatakan posisi yang disebut tawaran bebas – bahwa Allah ingin menyelamatkan setiap orang. Tetapi Sinode Dordrecht tidak menerima posisi tersebut.

Kaum Pelagian dan Semi-Pelagian di masa gereja awal mengajarkan bahwa Allah ingin menyelamatkan setiap orang. Gereja KatoliK Roma juga bersikeras bahwa Allah ingin dan berharap untuk menyelamatkan setiap orang. Kaum Arminian dan Katolik Roma memercayai hal yang sama pada poin-poin ini.

Akan tetapi, banyak orang yang mengklaim sebagai Calvinis juga percaya bahwa Allah ingin menyelamatkan setiap orang. Oleh karena itu, pada poin ini ajaran mereka adalah sama dengan kaum Arminian dan Katolik Roma. Mereka mengajarkan bahwa Allah ingin menyelamatkan kaum reprobat, meskipun ini bukan cara yang biasanya mereka gunakan untuk mengungkapkannya. Itu sama saja dengan membongkar rahasia, karena itu seperti mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan orang-orang yang telah Ia pilih untuk tidak selamatkan, atau Allah ingin menyelamatkan orang-orang yang tidak ingin Ia selamatkan karena mereka adalah kaum reprobat.

Pihak yang tidak berpegang pada pandangan bahwa Allah ingin menyelamatkan kaum reprobat, yang biasanya disebut tawaran bebas atau tawaran dengan maksud yang sesungguh-sungguhnya ini, dituding tidak bisa memberitakan Injil dengan sebenar-benarnya. Jika ini memang benar, ini merupakan tuduhan yang sangat serius, bahkan menyatakan kesalahan. Kemudian sebutan “hiper-Calvinis” digunakan. Orang-orang yang mengaku sebagai kaum Calvinis ini, yang mempertahankan bahwa di dalam keberadaan-Nya Allah ingin atau berharap untuk atau hendak menyelamatkan kaum reprobat, mengajarkan bahwa ini adalah tulus atau sesungguh-sungguhnya, karena Allah dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan mereka. Orang-orang tersebut menjelaskan bahwa keinginan Allah ini bukanlah sekadar terlihat sebagai keinginan. Ini adalah keinginan yang riil. Dalam kenyataannya, ini adalah keinginan yang sepenuh hati. Allah dengan sabar dan penuh kerinduan ingin menyelamatkan setiap orang secara mutlak. Bahkan Profesor John Murray pun mengajarkan ini. Di dalam banyak hal, beliau adalah guru yang baik, tetapi sayangnya beliau tidak tepat dalam poin ini. Beliau menyatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan setiap orang, dan kemudian menambahkan kata-kata sifat: dengan sepenuh hati, dengan tulus, dengan penuh semangat.ii Jika Allah ingin melakukan sesuatu, dan Allah sendiri yang memberi tahu kita, “Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga” (Pkh. 9:10), Allah pasti sepenuh hati mengenainya. Tidak ada tindakan dengan setengah hati pada Allah.

 

II. Unsur-Unsur di dalam Keselamatan

Saya akan memberikan kepada Anda sekalian sebuah analogi. Mari kita bayangkan seorang pria yang berkata, “Saya ingin pergi ke gereja di hari Minggu. Saya benar-benar ingin pergi.” Kemudian tibalah Minggu pagi, dan jam weker berbunyi. Ia mematikan weker itu dan kembali membalikkan badannya di tempat tidur. Ia tidak bangun dan berdoa dan mempersiapkan hatinya untuk ibadah umum. Ia tidak berpakaian seperti ia mau pergi ke gereja. Ia tidak masuk ke mobil. Ia tetap di rumah. Nah, ia sudah berkata bahwa ia benar-benar ingin pergi ke gereja. Tetapi ia tidak melakukan apa pun yang menunjukkan bahwa ia benar-benar ingin pergi ke gereja. Apakah ia benar-benar ingin pergi ke gereja? Paling-paling itu adalah keinginan atau gagasan yang setengah hati, karena ia tidak pergi.

Atau contoh lain lagi, seorang pria berkata, “Saya benar-benar ingin pergi ke gereja pada Hari Tuhan.” Ia benar-benar bangun, ia makan sarapan, berpakaian tetapi kemudian ia pergi menonton pertandingan rugby. Apakah pria itu benar-benar ingin pergi ke gereja? Anda tahu apa yang benar-benar ingin ia lakukan? Ia benar-benar ingin menonton pertandingan rugby dan ke sanalah ia pergi. Karena bukan apa yang seseorang katakan melainkan apa yang ia lakukan yang paling menunjukkan keinginannya.

Kita diberi tahu bahwa Allah dengan sebenar-benarnya, dengan tulus, dan dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan setiap orang termasuk kaum reprobat. Seluruh doktrin keselamatan mencakup banyak unsur yang berbeda. Maka kita mengajukan pertanyaan, Apakah Allah mengambil salah satu dari langkah-langkah itu? Ada upaya-upaya tertentu yang niscaya, hal-hal yang harus dilakukan agar manusia bisa diselamatkan. Apakah Allah melakukan semua hal ini, atau banyak dari hal-hal ini, atau beberapa dari hal-hal ini, atau yang mana pun dari hal-hal ini? Karena meskipun keselamatan itu satu, keselamatan terdiri dari banyak unsur yang berbeda, seperti yang akan kita lihat.

A. Pemilihan

Saya bertanya kepada Anda, Apakah awal atau asal-usul keselamatan? Awal keselamatan, sebagai Alkitab ajarkan kepada kita, adalah dekrit kekal Allah: sebagian orang dipilih dan sebagian lagi direprobasi. Kita diberi tahu bahwa Allah benar-benar ingin menyelamatkan setiap orang. Tetapi apakah Allah memilih setiap orang untuk diselamatkan? “Tidak.” Lalu apakah Allah membiarkan masa depan dari mereka yang bukan-kaum pilihan itu tidak pasti? Kembali jawabannya adalah “Tidak.” Allah tidak membiarkan itu tidak pasti. Ia mendekritkan secara kekal – ini adalah perkara yang sangat menakutkan; kita gemetar dengan hal ini – bahwa kaum reprobat akan hidup di dalam dosa mereka sepanjang umur mereka dan mereka akan dihukum karena dosa mereka sebagai manifestasi dari keadilan Allah (Rm. 9:21-22). Yesus berkata di dalam Matius 11:25-26 bahwa Allah secara kekal berketetapan untuk menyembunyikan kebenaran Injil dari hati mereka. Dan Yesus menyebut hal ini baik, hal yang berkenan kepada Allah. Allah menilai bahwa adalah baik untuk tidak menyelamatkan orang-orang ini, melainkan menghukum mereka atas dosa-dosa mereka.

Tetapi, seperti yang telah saya katakan, kita diberi tahu bahwa Allah secara tulis dan dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan kaum reprobat. Respons pertama yang kita dapatkan untuk ide ini, berdasarkan pertimbangan kita tentang pemilihan dan reprobasi, adalah bahwa sudah pasti terlihat bahwa Allah tidak ingin menyelamatkan kaum reprobat karena Ia tidak mengambil langkah pertama untuk itu (memilih mereka), dan tanpa langkah pertama ini, mereka tidak dapat diselamatkan. Ia diduga dengan sesungguhnya dan dengan sepenuh hati menginginkan mereka menjadi umat-Nya, tetapi Ia tidak memilih mereka untuk menjadi umat-Nya. Dalam kenyataannya, Ia mendekritkan agar mereka tidak menjadi umat-Nya. Ia mendekritkan agar sekalipun beberapa dari mereka mendengar Injil, mereka tidak akan percaya, dan Ia secara aktual membutakan mereka dan menyembunyikan kebenaran dari hati mereka. Allah secara aktual menetapkan agar ada dua jenis orang ini. Ada keturunan perempuan dan ada keturunan ular (Kej. 3:15). Allah sendiri mengadakan permusuhan, kebencian, dan perlawanan di antara kedua pihak ini, dan itu jelas merupakan cerminan dari perlawanan Allah pula terhadap keturunan ular. Jadi, jika Allah tidak mendekritkan untuk menyelamatkan kaum reprobat, mereka tidak dapat diselamatkan. Itu sama sekali mustahil.

B. Pendamaian

Mari kita perhatikan unsur kedua dari keselamatan. Apa dasar dari keselamatan kita? Hidup Yesus Kristus yang benar secara sempurna dan kematian-Nya di atas salib yang mengerjakan pendamaian, karena Kitab Suci mengajarkan dengan jelas bahwa semua manusia adalah pendosa yang bersalah yang layak menerima hukuman kekal. “Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati” (Yeh. 18:20). Oleh karena itu, seperti yang Allah ajarkan kepada kita di dalam Firman-Nya, satu-satunya jalan keselamatan adalah melalui darah Kristus – propisiasi, pengorbanan, pendamaian, dan penebusan di dalam Kristus dan hanya Kristus. Tetapi Kitab Suci mengajarkan bahwa menurut tujuan Allah, Yesus Kristus mati hanya bagi kaum pilihan. Alkitab menyatakan bahwa Ia mati bagi kaum kepunyaan-Nya, bagi banyak orang itu, bagi sahabat-sahabat-Nya, bagi kawanan domba. Yesus, setelah menjelaskan bahwa gembala yang baik menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-domba, berkata kepada orang-orang Farisi, “tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku” (Yoh. 10:26). Pikirkan silogisme ini: (1) Yesus berkata, “Aku akan mati bagi domba-domba-Ku.” (2) Ia menambahkan, dengan merujuk kepada orang-orang Farisi, “Kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.” (3). Oleh karena itu Yesus tidak mati bagi mereka. Mereka adalah kambing-kambing. Gembala mati bagi domba-domba dan bukan bagi kambing-kambing. Inilah yang diberitahukan Anak Allah kepada mereka dulu dan kepada kita sekarang. Inilah doktrin yang alkitabiah dan Reformed.

Akan tetapi, kita diberi tahu bahwa Allah dengan sungguh-sungguh, dengan sepenuh hati, ingin menyelamatkan kaum reprobat. Tetapi seorang manusia tidak bisa diselamatkan tanpa darah salib yang dicurahkan baginya, dan Allah tidak mengutus Anak-Nya untuk mati bagi dosa-dosa kaum reprobat. Atau, jika dilihat dari perspektif lain, Alkitab mengajarkan bahwa salib Kristus adalah sebuah tebusan. Umat Allah berada di dalam tahanan dan Kristus membebaskan. Saya akan memberi sebuah analogi. Tn. X berada di dalam tahanan. Jika tebusan dibayarkan, Tn. X akan dibebaskan. Tn. Y berkata, “Tn. X, saya benar-benar ingin menebus Anda. Saya memiliki uang yang bisa saya gunakan.” Tetapi meskipun Tn. Y bisa saja menebus Tn. X, ia memilih untuk tidak melakukan itu. Maka kita harus bertanya, Apakah Tn. Y dengan sebenar-benarnya, dengan sepenuh hati, dengan tulus ingin menebus Tn. X? Jawabannya adalah “Tidak,” karena ia tidak melakukan itu.

C. Regenerasi

Mari kita melanjutkan dari pemilihan dan pendamaian kepada awal dari penerapan keselamatan – regenerasi. Orang berdosa sepenuhnya rusak, “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa” (Ef. 2:1), tanpa hidup rohani apa pun dan “sama sekali tidak sanggup berbuat apa pun yang baik, dan hanya cenderung pada yang jahat saja” (Katekismus Heidelberg, P. 8). Allah menghidupkan kaum pilihan-Nya, memberi mereka hidup. Alkitab menyebut ini “kelahiran baru” atau “dilahirkan kembali.” Jelas bahwa tidak ada keselamatan tanpa kelahiran baru, karena Yesus berkata, “Kamu harus dilahirkan kembali” (Yoh. 3:7; bdk. ay. 5). Jika Anda tidak dilahirkan kembali, Anda tidak diselamatkan.

Kita diberi tahu bahwa Allah benar-benar ingin menyelamatkan kaum reprobat. Tetapi apakah Allah meregenerasikan mereka? Tidak. Yesus menyatakan, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3:8). Angin bertiup ke mana ia mau. Anda tidak berkata kepada angin, “Bisakah kamu bertiup di padang itu, tetapi jangan di kebun saya.” Angin melakukan apa yang ia kehendaki. Di sini Yesus menarik sebuah analogi antara bertiupnya angin dan bertiupnya Roh Kudus di dalam regenerasi. Ia bertiup ke mana Ia kehendaki atau mau atau inginkan. Kata Yunani thelo mencakup ketiga ide itu. Roh Kudus meregenerasi siapa yang Ia kehendaki atau mau atau inginkan. Ia ingin meregenerasi orang yang satu ini, dan Ia secara aktual meregenerasi mereka. Ia tidak meregenerasi orang yang itu. Mengapa? Karena Ia tidak ingin, berharap untuk, atau mau meregenerasi orang yang itu. Roh bertiup ke mana Ia mau, dan Ia tidak bertiup ke mana Ia tidak mau. Tetapi jika Allah secara tulus berharap untuk menyelamatkan setiap orang, mengapa Roh tidak bertiup di mana Ia dianggap seharusnya mau bertiup.

D. Iluminasi Rohani

Mari kita lanjutkan ke poin lainnya: iluminasi atau pencerahan rohani, kemampuan untuk melihat kerajaan Allah dengan iman. Ini juga merupakan satu bagian yang vital dari keselamatan. Di dalam Matius 11:25-26, Yesus berkata, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.”

Jadi mengapa Allah menyembunyikan kebenaran Injil dari kaum reprobat? Jawabannya: karena “itulah yang berkenan kepada-Mu” (atau “karena itulah yang baik di dalam pandangan-Mu,” KJV). Kata “karena” memberitahukan kepada kita alasannya: hal itulah yang berkenan kepada Allah atau itulah yang terlihat baik di dalam pandangan Allah. Itu adalah pilihan-Nya yang berdaulat, dan itu berkenan kepada-Nya. Mengatakan bahwa itu berkenan kepada Allah berarti bahwa Allah ingin melakukannya; itulah yang Ia kehendaki dan ingin dan mau lakukan. Sudah jelas bahwa Ia tidak mau atau ingin menyatakan hal-hal ini kepada kaum reprobat. Ia justru mau dan menghendaki dan ingin menyembunyikan hal-hal ini dari mereka, dan itu terlihat baik bagi-Nya. Dalam kenyataannya, kehendak Allah menyangkut kaum reprobat di dalam kehidupan ini diungkapkan dengan sangat jelas kepada kita di dalam Roma 9:18: “Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.” Inilah karya Allah atas kaum reprobat di dalam waktu. Pemilihan, di dalam waktu, menghasilkan pelembutan dan pengiluminasian umat Allah. Dekrit tentang reprobasi yang kekal terlihat, di dalam waktu, di dalam dikeraskannya hati seseorang. Hal ini juga menjadi argumen dari Roma 9.

Mari kita perhatikan juga Matius 11:27. Di sana Kristus melanjutkan dengan berkata, “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.” “Berkenan” di sini adalah dari kata Yunani boulomai, yang berbicara tentang apa yang Anak kehendaki atau mau atau ingin untuk lakukan. Jadi, tidak seorang pun yang mengenal Bapa – yang adalah hidup yang kekal (Yoh. 17:3) – selain orang-orang yang kepadanya Anak mau atau ingin menyatakan Dia. Tetapi jika Kristus, Sang Anak yang berinkarnasi, benar-benar ingin menyelamatkan setiap orang – seperti yang diajarkan oleh para pendukung doktrin tawaran bebas – mengapa Ia tidak mengaruniakan kepada mereka pengetahuan yang menyelamatkan akan Allah Tritunggal?

Sebagai ringkasan, Alkitab mengajarkan bahwa Allah/Kristus mau atau ingin mengiluminasi kaum pilihan secara rohani (Mat. 11:27) dan oleh karena itu, Ia menyatakan diri-Nya kepada mereka (ay. 25). Di sisi lain, Allah/Kristus menyembunyikan hal-hal ini dari kaum reprobat, yang secara bebal menganggap diri mereka sebagai “orang bijak dan orang pandai” (ay. 25). Kedua tindakan ilahi itu, Yesus jelaskan, “terlihat baik di dalam pandangan Allah,” karena sesuai dengan dekrit Allah yang kekal, berdaulat, dan benar (ay. 26).

E. Pertobatan dan Iman

Jalan keselamatan adalah jalan pertobatan dan iman. Pertobatan adalah berbalik dari dosa, dan iman adalah memercayai Yesus Kristus dan menerima kebenaran di dalam Dia. Para penganjur tawaran dengan maksud yang sesungguh-sungguhnya mengatakan bahwa Allah benar-benar ingin menyelamatkan kaum reprobat. Akan tetapi, Allah tidak mengaruniakan kepada mereka pertobatan dan Ia tidak mengaruniakan kepada mereka iman, karunia-karunia ilahi, yang sepenuhnya bisa Ia berikan sekehendak hati-Nya (Kis. 5:31; 11:18; Flp. 1:29). Tidak ada keselamatan dan tidak ada pengalaman akan keselamatan tanpa hal-hal ini. Tetapi jika Allah benar-benar mau menyelamatkan mereka, mengapa Ia tidak mengaruniakan kepada mereka pertobatan dan iman?

F. Panggilan, Pembenaran, dan Pemuliaan

Mari kita perhatikan ringkasan rasuli yang agung tentang keselamatan di dalam Roma 8:30: “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Empat hal disebutkan di sini: predestinasi, panggilan, pembenaran, dan pemuliaan. Jelas Allah ingin menyelamatkan orang-orang yang Ia predestinasikan. Orang-orang yang Ia predestinasikan, orang-orang itu pulalah yang Ia panggil, orang-orang itu pulalah yang Ia benarkan, dan orang-orang itu pulalah yang Ia permuliakan. Jadi, orang-orang yang Allah predestinasikan atau pilih adalah orang-orang yang mau Ia selamatkan; tidak ada keraguan tentang hal itu. Oleh karena itu, Ia memanggil mereka, Ia membenarkan mereka, dan Ia mempermuliakan mereka. Tetapi Allah tidak memanggil, tidak membenarkan, dan tidak mempermuliakan kaum reprobat. Jadi apakah masuk akal ketika mengatakan bahwa Allah ingin menyelamatkan kaum reprobat (yaitu mempredestinasikan, memanggil, membenarkan, dan mempermuliakan mereka) ketika Ia tidak melakukan satu pun dari tindakan-tindakan tersebut?

G. Keanggotaan di dalam Gereja (yang tidak Kelihatan)

Kitab Suci mengajari kita bahwa keselamatan juga meliputi keanggotaan di dalam gereja (yang tidak kelihatan) milik Yesus Kristus. Kristus adalah kepala dan gereja-Nya adalah tubuh-Nya. Kaum pilihan bersama-sama membentuk semua bagian dari tubuh-Nya, dan ini adalah sebuah tubuh yang sempurna, sebuah tubuh yang di dalamnya semua bagian memiliki proporsi yang tepat dan saling sesuai secara sempurna. Tubuh yang dipermuliakan ini akan dipersembahkan kepada Kristus tanpa ada satu kerut pun (Ef. 5:27). Ini adalah karya yang penuh kuasa oleh anugerah Allah. Mengapa Allah menginginkan tubuh Kristus, yang telah Ia dekritkan sebagai tubuh yang sempurna ditambahkan dengan bagian-bagian dan anggota-anggota yang lain lagi? Kita memiliki dua telinga. Apakah Anda ingin memiliki telinga ketiga? Kita memiliki sebuah hidung. Apakah Anda menginginkan yang kedua? Mengapa Allah mendekritkan dan menghendaki sebuah gereja yang mulia dengan sebuah tubuh yang dibentuk secara sempurna tetapi kemudian ingin menambahkan padanya bagian-bagian tubuh lain yang akan merusak tubuh itu?

Atau jika kita menggunakan gambaran lain dari Alkitab untuk gereja, gereja adalah sebuah bait, dengan setiap anak Allah yang adalah kaum pilihan-Nya menjadi batu hidup di dalam bait itu. Bait ini memiliki rancangan dan struktur yang sempurna. Tetapi jika Allah benar-benar ingin menyelamatkan setiap orang, Ia mau menjadikan mereka anggota dan bagian dari bait-Nya. Mengapa Ia mau lebih banyak batu bagi bait-Nya daripada yang telah Ia tentukan di dalam hikmat-Nya? Akan ke manakah semua batu ini? Menempatkan batu-batu tersebut di dalam bait akan merusak bait itu. Mengapa Allah yang mahabijak menginginkan itu?

H. Persahabatan kovenan

Seluruh keselamatan diringkaskan sebagai persahabatan kovenan dengan Allah yang sejati. Posisi tawaran bebas adalah bahwa Allah dengan sepenuh hati dan tulus mau menyelamatkan kaum reprobat. Ini berarti Ia dengan sepenuh hati dan tulus mau menjadikan mereka sahabat-sahabat kovenan-Nya. Sebaliknya, Ia menempatkan permusuhan antara keturunan perempuan (Kristus dan gereja-Nya) dan keturunan ular yang reprobat (Kej. 3:15). Allah mau menjadikan mereka sahabat-sahabat-Nya, tetapi Ia tidak menjadikan mereka sahabat-sahabat-Nya. Ini membuat Allah terlihat seperti anak kecil di lapangan bermain yang begitu menginginkan si anu dan si anu sebagai sahabatnya. Tetapi pada akhirnya secara aktual mereka tidak menjadi sahabatnya. Tidak mungkin Allah yang Mahakuasa, Tuhan atas langit dan bumi, seperti ini!

Dengarkan Mazmur 11:5-7: “TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka. Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.”

Apakah ini terdengar seakan-akan Allah mau menjadikan kaum reprobat sahabat-sahabat-Nya? Di dalam versi KJV dikatakan jiwa-Nya membenci mereka, yaitu Allah membenci mereka di dalam jiwa-Nya yang terdalam, sampai ke relung-relung keberadaan-Nya dan dengan segenap hati-Nya.iii Semua manusia adalah tercemar, kotor, dan najis di luar Kristus, dan hanya kaum pilihan yang dikasihi di dalam Kristuslah yang benar. Maka Allah menumpahkan jerat, api, dan belerang, dan angin topan yang mengerikan ke atas kaum fasik. Inilah bagian dari cawan mereka. Sungguh cara yang aneh untuk memperlakukan mereka yang dengan segenap hati mau Ia jadikan sahabat!

 

III. Hitler, Antikristus, dan Lain-Lain.

Kita perlu menganalisis lebih lanjut posisi tawaran bebas bahwa Allah benar-benar ingin menyelamatkan kaum reprobat, semua kaum reprobat, setiap individunya.

A. Hitler dan Stalin

Jika Ia dengan sepenuh hati mau menyelamatkan setiap orang secara mutlak, maka Allah pasti ingin meregenerasikan dan menguduskan Hitler dan Stalin. Apakah kita sungguh-sungguh ingin mengatakan hal ini? Allah membangkitkan para penguasa yang fasik (bdk. Rm. 9:17), menurut kehendak-Nya yang kekal di dalam sejarah dunia (Ef. 1:11) untuk memanifestasikan penghakiman-penghakiman-Nya di dalam dunia di dalam perang dan pembantaian dan bencana kelaparan dan penyakit (Why. 6:4-8). Tetapi sekarang kita diberi tahu bahwa Allah secara tulus dan sepenuh hati menghendaki, mau, dan ingin menyelamatkan Hitler, Stalin, Genghis Khan, Pol Pot, dan orang-orang yang sama dengan mereka!

B. Antkristus dan Yudas

Jika Ia dengan sepenuh hati mau menyelamatkan setiap orang, maka Allah bukan hanya ingin meregenerasi dan menguduskan Hitler dan Stalin, tetapi Ia juga menghendaki untuk memanggil secara efektual dan membenarkan Antikristus, karena Antikristus juga adalah bagian dari “setiap orang.” Tetapi maksud Allah di dalam kedatangan Yesus Kristus adalah untuk menghancurkan Antikristus dengan terang kebenaran-Nya (2Tes. 2:8)! Jika Allah ingin menyelamatkan setiap orang, Ia pasti mau mempermuliakan Yudas yang disebut “anak kebinasaan” (Yoh. 17:12, KJV). “Kebinasaan” di sini berarti binasa di dalam neraka. Yudas adalah anak neraka, sebagai orang yang telah ditentukan secara kekal untuk neraka, yang dengan dosa-dosanya menumpuk murka atas dirinya sendiri di dalam neraka. Tetapi kita diberi tahu bahwa Allah benar-benar mau menyelamatkan Yudas. Kebodohan apakah ini?

C. Esau dan Firaun

Jika Allah ingin menyelamatkan setiap orang, Ia juga mau memiliki persekutuan kovenan dengan Esau. Tetapi Kitab Suci berkata, “Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau” (Rm. 9:13). Jadi Allah mau bersekutu dengan orang-orang yang Ia benci! Ini juga akan berarti bahwa Allah mau menyelamatkan Firaun di masa eksodus, yang tentangnya kita membaca di dalam Roma 9:17: “Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau.” Tujuan dan keinginan Allah atas Firaun bukanlah untuk menyelamatkan dia; tujuan dan keinginan Allah atas Firaun adalah menghancurkannya di Laut Merah untuk memasyhurkan kuasa-Nya di dalam pandangan umat manusia, termasuk kita pada saat ini! Dalam hakikatnya, inilah yang Allah katakan kepada Firaun: “Firaun, Aku telah memberimu takhta Mesir, sebuah kerajaan yang kuat. Aku telah memberimu kekayaan, ribuan budak, dan tentara yang besar. Dengan providensi-Ku, kamu melakukan proyek-proyek pembangunan yang besar. Aku telah membangkitkanmu. Dan Aku telah melakukan itu dengan satu tujuan. Aku telah membangkitkanmu dan memberimu hal-hal ini bukan karena Aku mengasihimu dan mau menyelamatkanmu. Aku telah membangkitkanmu untuk menunjukkan kekuasaan-Ku di dalam menghancurkanmu. ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi.’”

Selain itu, dua orang terakhir yang telah saya bicarakan ini, Esau dan Firaun, bukanlah kasus yang hanya muncul sekali. Esau dan Firaun dikemukakan untuk mengilustrasikan bagaimana Allah menghadapi semua kaum reprobat, sama seperti semua anak-anak Abraham yang sejati adalah seperti Yakub yang dikasihi Allah bahkan sejak masih di dalam rahim ibu mereka (Rm. 9:11, 13). Dari kasus khusus Firaun (Rm. 9:17), Kitab Suci yang diilhami ini menarik semua aturan atau prinsip universal mengenai semua kaum reprobat: “Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya” (Rm. 9:18). Semua kaum reprobat dibenci oleh Allah sesuai dosa-dosa mereka (seperti Esau), dan, melalui semua kebaikan duniawi yang mereka terima (seperti Firaun), Allah membangkitkan mereka untuk menghancurkan mereka dan menyatakan kedaulatan, keadilan, dan kuasa-Nya sendiri yang mulia (Rm. 9:21-22; Pengakuan Iman Westminster 3:7).

 

IV. Karakter Allah

Ide bahwa Allah dengan sepenuh hati mau menyelamatkan kaum reprobat memiliki konsekuensi-konsekuensi bagi pemahaman dan pengenalan kita akan Allah. Sayangnya, banyak orang merangkul tawaran bebas tanpa memikirkan secara tuntas implikasi-implikasinya terhadap karakter Yang Mahatinggi.

A. Allah yang Gagal

Coba pikirkan: keinginan Allah untuk menyelamatkan kaum reprobat telah gagal pada jutaan, bahkan miliaran, orang. Allah dengan sepenuh hati mau menyelamatkan miliaran orang, tetapi mereka binasa. Keinginan Allah untuk menyelamatkan setiap orang telah gagal pada mayoritas orang. Keinginan Allah yang sepenuh hati untuk menyelamatkan setiap orang telah gagal selama lebih dari 6.000 tahun. Selain itu, jika kehendak Allah untuk menyelamatkan mereka itu gagal, Allah sendiri gagal.

B. Allah yang Frustrasi

Allah bukan hanya gagal, tetapi secara logis Allah juga frustrasi (jika kita berbicara seperti orang bebal). Karena sejauh keinginan orang tidak bisa terlaksana, orang itu merasa frustrasi, dan semakin besar keinginan, semakin besar pula rasa frustrasinya. Jika keinginan Allah yang sepenuh hati, tulus, dan sungguh-sungguh untuk menyelamatkan miliaran kaum reprobat itu gagal, Allah pasti teramat frustrasi, selama 6.000 tahun lebih sejak penciptaan.iv

C. Allah yang Berkontradiksi

Selain itu, menurut tawaran bebas, Allah bukan hanya gagal, dan Allah bukan hanya frustrasi, tetapi Allah juga berkontradiksi. Ia dengan sungguh-sungguh mau menyelamatkan kaum reprobat, demikian kita diberi tahu, tetapi Ia tidak memilih mereka; Ia mereprobasi mereka. Ia dengan benar-benar ingin membawa mereka keluar dari tahanan rohani, tetapi Ia tidak membayar tebusan bagi mereka. Ia dengan tulus mau memberi mereka kelahiran baru, tetapi Ia menghendaki agar Roh yang memberi hidup itu tidak bertiup atas mereka. Ia dengan sepenuh hati ingin agar mereka berpegang pada kebenaran Injil, yang tanpanya tidak mungkin ada keselamatan, tetapi Ia menyembunyikan kebenaran itu dari mereka, dan inilah, kata Yesus, “yang berkenan kepada [Bapa]” (Mat. 11:25-26). Ia benar-benar mau menyelamatkan Firaun, tetapi Ia membangkitkan Firaun agar Ia bisa menghancurkannya. Allah menurut tawaran bebas adalah allah yang berkontradiksi.

D. Allah yang Berdusta

Secara logis, tawaran bebas bukan hanya menggambarkan Allah sebagai Allah yang gagal, frustrasi, dan berkontradiksi, tetapi ajaran itu juga menjadikan Allah pendusta. Karena ajaran itu mengatakan bahwa Ia dengan sepenuh hati mau menyelamatkan kaum reprobat, tetapi Ia tidak melakukan satu pun dari langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan mereka. Sebelumnya saya sudah menyebutkan sekitar sepuluh unsur dari keselamatan – dan saya bisa saja menyebutkan unsur-unsur lainnya lagi – tetapi Allah tidak mengerjakan satu pun dari unsur-unsur itu! Selain itu, ada banyak orang yang bahkan tidak pernah mendengar Injil selama masa hidup mereka, tetapi kita diberi tahu bahwa Allah dengan tulus dan sepenuh hati mau menyelamatkan mereka!

Saya ingatkan Anda kepada ilustrasi yang saya gunakan di atas tentang seseorang yang berkata ia benar-benar mau pergi ke gereja, tetapi ia tidak melakukan satu pun langkah yang perlu dan justru pergi menonton pertandingan rugby. Apakah ia benar-benar mau pergi ke gereja? Tidak. Tindakan-tindakannya menunjukkan klaim-klaimnya palsu. Orang yang berkata bahwa ia sepenuh hati ingin pergi ke gereja tetapi malah pergi ke pertandingan rugby adalah orang yang berdusta. Sama dengan itu, allah yang berkata bahwa ia dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan kaum reprobat tetapi tidak melakukan apa pun untuk mewujudkan keselamatan mereka dan justru mereprobasi dan mengeraskan mereka adalah allah yang berdusta. Lebih tepatnya lagi, orang-orang yang menggambarkan bahwa Allah dengan tulus ingin menyelamatkan kaum reprobat telah berdusta tentang Allah, karena Firman-Nya menyatakan bahwa Ia tidak melakukan satu pun dari hal-hal yang diperlukan untuk mewujudkan keinginan yang mereka anggap ada pada Allah ini.

 

V. Atribut-Atribut Allah

Jika kita tarik selangkah lebih jauh lagi, allah yang gagal, frustrasi, berkontradiksi, dan berdusta yang dikatakan dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan kaum reprobat adalah sama sekali bukan Allah, karena ia tidak memiliki atribut-atribut atau kesempurnaan-kesempurnaan yang dimiliki oleh Allah.

A. Kesatuan Allah

Allah yang sejati adalah mutlak satu atau esa di dalam esensi atau natur-Nya. Bahwa Allah adalah satu berarti bahwa Ia adalah satu di dalam pikiran, kehendak, dan keinginan. Ia tidak memiliki dua keinginan atau dua kehendak atau dua pikiran. Kita dipanggil untuk mendengar kebenaran tentang kesatuan atau simplisitas Allah yang sempurna: “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Ul. 6:4). “Dengarlah, hai orang Israel” – Allah sedang memberi tahu kita sesuatu yang penting. “Dengarlah, hai orang Israel” berarti “Dengarlah, hai gereja Kristus,” karena Israel adalah gereja di dalam Perjanjian Lama. “Dengarlah, hai gereja: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa, dengan satu pikiran dan satu kehendak, dan bukan dua pikiran atau dua kehendak (Ayb. 23:13) seperti gambaran tentang Dia menurut tawaran bebas, karena Ia adalah Allah dan Allah adalah satu!”

B. Imutabilitas Allah

Pikirkan pula imutabilitas atau ketidakberubahan Allah. Menurut tawaran bebas, di dalam waktu Allah ingin menyelamatkan kaum reprobat. Tetapi jika Anda ingin berpegang pada kebenaran tentang reprobasi – sebuah doktrin yang alkitabiah dan Reformed – Anda harus berpegang pada kebenaran bahwa Allah di dalam “kekekalan di masa lalu” tidak memilih atau menghendaki untuk menyelamatkan kaum reprobat, karena Ia telah mereprobasi mereka. Maka, di dalam “kekekalan yang akan datang,” ketika kaum reprobat berada di dalam neraka, jelaslah bahwa Allah tidak menghendaki untuk menyelamatkan mereka.

Posisi dari tawaran bebas adalah bahwa Allah dengan sungguh-sungguh ingin menyelamatkan mereka, tetapi Ia mereprobasi mereka sebelum dunia dijadikan. Jadi, sebelum penciptaan, Ia tidak mau menyelamatkan mereka, tetapi kemudian di dalam waktu Ia mau menyelamatkan mereka, tetapi ketika mereka mati, Ia tidak mau menyelamatkan mereka. Ia tidak mau menyelamatkan mereka, tetapi Ia kemudian mau menyelamatkan mereka, tetapi Ia lalu tidak mau menyelamatkan mereka. Jika itu bukan perubahan, saya tidak lagi apa itu. Alkitab mengatakan bahwa tidak ada “perubahan atau bayangan karena pertukaran” pada Allah (Yak. 1:17). Allah tidak berubah. Bahkan tidak ada sedikit pun bayangan-Nya seakan-akan Allah hanya bergeser sedikit dan bayangan-Nya juga bergerak sedikit. Mutlak tidak ada “bayangan karena pertukaran” pada Allah.

Allah juga tidak mendekritkan serangkaian disposisi di dalam diri-Nya sendiri sehingga Ia tidak ingin di “kekekalan masa lalu,” ingin di dalam waktu, dan tidak ingin di dalam “kekekalan masa depan,” untuk menyelamatkan kaum reprobat. Allah tidak dapat berubah dan dekrit-Nya pun tidak dapat berubah. Allah mendekritkan hal-hal di luar diri-Nya sendiri. Allah tidak mendekritkan diri-Nya sendiri atau disposisi-disposisi-Nya. Allah adalah diri-Nya sendiri. Dekrit adalah berkaitan dengan hal-hal di luar diri-Nya sendiri, sama sekali bukan diri-Nya sendiri. Ia adalah Pencipta yang membuat dekrit; alam semesta adalah ciptaan yang didekritkan.

C. Kuasa Allah

Bagaimana dengan kuasa Allah? Ayub 23:13 menyatakan, “Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga.” Terdapat kesesuaian yang sempurna secara mutlak antara keinginan Allah dan apa yang Ia lakukan. Jika Ia melakukan sesuatu, itu karena Ia menginginkan itu. Jika Ia menginginkan itu, Ia melakukannya. Jika Ia tidak menginginkan sesuatu, Ia tidak melakukannya. Ia tidak melakukan sesuatu, Ia tidak menginginkan itu. Inilah kesesuaian yang sempurna secara mutlak antara keinginan Allah dan apa yang Ia lakukan. Apa yang dikehendaki-Nya, itulah (dan bukan hal lain) yang dilaksanakan-Nya juga.

Dengarkan Mazmur 135:6: “TUHAN melakukan apa yang dikehendaki-Nya, di langit dan di bumi, di laut dan di segenap samudera raya.” “... apa yang dikehendaki-Nya” – inilah realm dari keinginan Allah, harapan-Nya, kemauan-Nya. “TUHAN melakukan apa yang dikehendaki-Nya.” Ia melakukannya “di langit,” Ia melakukannya “di bumi,” Ia melakukannya “di laut,” dan Ia melakukannya “di segenap samudera raya.”

Sama dengan itu, Mazmur 115:3 memberi kesaksian, “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!” Allah yang tidak melakukan apa yang dikehendaki-Nya bukanlah Allah, dan jika demikian sudah pasti Ia tidak ada di sorga. Tetapi Allah kita ada di sorga! Apa pun yang dikehendaki-Nya, Ia lakukan. Mazmur 115 menunjukkan Allah sejati yang berlawanan dengan berhala-berhala. Berhala-berhala memiliki mata tetapi mereka tidak melihat; mereka memiliki telinga tetapi tidak mendengar; mereka memiliki tangan tetapi tidak melakukan apa pun; mereka memiliki kaki tetapi tidak bergerak (ay. 5-7). Tetapi Allah kita, Ia ada di sorga. Ia melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya, Ia lakukan. Apa pun yang Ia lakukan, itu adalah karena Ia menghendaki untuk melakukannya. Tidak ada hal apa pun yang Ia mau lakukan, ingin lakukan, kehendaki untuk lakukan tetapi tidak Ia lakukan, karena “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!”

Di dalam pembahasan Augustine tentang pemilihan dan reprobasi di dalam bagian xciv-ciii dari Enchiridion-nya, ia menolak tawaran bebas, menggunakan argumen-argumen yang sama dengan yang dikemukakan di dalam artikel ini, dari kesatuan, imutabilitas, dan kuasa Allah, dan dua kali mengutip Mazmur 115:3:

Dan sudah pasti tidak ada ketidakadilan di dalam hal Allah tidak menghendaki untuk menyelamatkan mereka, meskipun mereka bisa saja diselamatkan jika Allah menghendaki demikian. Maka di dalam terang hikmat yang paling jelas akan terlihat apa yang pada orang saleh sekarang merupakan iman, meskipun iman itu belum merupakan perkara pengetahuan yang pasti, betapa tidak berubahnya, dan betapa efektualnya kehendak Allah; betapa banyak perkara yang mampu Ia lakukan namun yang tidak Ia kehendaki untuk lakukan, meskipun tidak ada apa pun yang Ia kehendaki yang tidak mampu Ia lakukan; dan betapa benarnya nyanyian pemazmur, “Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!” Dan sudah pasti tidak benar, jika Allah pernah menghendaki hal apa pun yang tidak Ia lakukan; dan yang lebih buruk lagi, jika kehendak manusialah yang menghalangi Yang Mahakuasa dari melakukan apa yang dikehendaki-Nya. Oleh karena itu, tidak ada yang terjadi selain oleh kehendak Yang Mahakuasa, entah Ia mengizinkan itu dilakukan, atau Ia sendiri yang melakukan ... selama kita tidak dipaksa untuk memercayai bahwa Allah yang mahakuasa telah menghendaki sesuatu untuk dilakukan tetapi tidak dilakukan: dan untuk melenyapkan semua keraguan, jika “Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya di sorga dan di bumi,” seperti yang pemazmur nyanyikan tentang Dia, Ia sudah pasti tidak menghendaki untuk melakukan apa pun yang tidak Ia lakukan.v

D. Hikmat Allah

Melanjutkan dari kuasa Allah, kita sekarang melihat hikmat Allah. Apakah hikmat Allah itu? Hikmat Allah adalah pengadaptasian Allah atas segala sesuatu bagi kemuliaan nama-Nya. Di dalam hikmat-Nya, Allah menggenapi seluruh rencana dan keinginan-Nya. Keinginan yang tidak tergenapi bukan hanya berarti kuasa yang terbatas, tetapi juga hikmat yang terbatas.

Ada sejumlah hal yang ingin kita lakukan. Tetapi tidak semuanya berjalan seperti keinginan kita. Ini menunjukkan bahwa kita tidak memiliki hikmat yang sempurna untuk melakukan dan menata setiap hal di dalam hidup kita; bahwa kita kurang dalam hal tertentu. Hikmat Allah berarti bahwa semua yang Ia inginkan dan harapkan dan mau bagi seluruh alam semesta selalu tergenapi secara sempurna. Ide bahwa Allah ingin menyelamatkan kaum reprobat berkonflik dengan hikmat Allah karena, meskipun Ia ingin menyelamatkan kaum reprobat, Ia tidak mengadaptasi segala sesuatu bagi keselamatan mereka. Sebaliknya, segala sesuatu, termasuk reprobasi (Rm. 9), kemakmuran (Mzm. 73), dan pemberitaan (2Kor. 2:15-17), selalu diadaptasi secara sempurna bagi kehancuran mereka.

 

VI. Calvinisme

Tawaran bebas bukan hanya memiliki konsekuensi-konsekuensi yang mengerikan terhadap doktrin Allah yang dipegang oleh seseorang, tetapi juga konsekuensi-konsekuensi yang mengerikan menyangkut Calvinisme.

A. Reprobasi

Ketika tawaran bebas dipegang dan dipikirkan secara menyeluruh dan diterapkan kepada aspek-aspek lain dari theologi yang seseorang miliki, reprobasi harus ditiadakan. Karena jika Allah benar-benar ingin menyelamatkan setiap orang, akankah Ia mendekritkan sebagian orang agar tidak diselamatkan? Pikirkanlah. Allah benar-benar mau menyelamatkan setiap orang, tetapi apa yang Ia lakukan? Ia memilih untuk tidak menyelamatkan mereka. Dua hal ini tidak saling sesuai. Argumen ini, bahwa keinginan Allah untuk menyelamatkan setiap orang membatalkan dekrit kekal tentang reprobasi, telah berpengaruh besar di sebagian besar gereja Presbiterian dan Reformed. Christian Reformed Church di Amerika Utara menerima tawaran bebas dan menjadikannya doktrin yang mengikat pada tahun 1924. Henry R. Boer menghadiri sinode mereka pada tahun 1974 dan berkata, “Tunggu sebentar, jika Allah benar-benar mau menyelamatkan setiap orang, mengapa pengakuan iman kita menyatakan bahwa Allah secara kekal memilih untuk tidak menyelamatkan sebagian orang?” Sinode itu tidak bisa melawan argumen tawaran bebas. Pokok Ajaran I dari Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht mengenai (pemilihan dan) reprobasi (beserta bagian Penolakan terhadap Ajaran Sesat) telah menjadi huruf yang mati bagi mereka.

Selain itu, bagaimana dengan para pengkhotbah tawaran bebas yang mengklaim sebagai Calvinis? Di hadapan Allah dan manusia, ia harus dengan berani dan tanpa malu memproklamasikan doktrin yang alkitabiah dan Reformed tentang predestinasi ganda yang berdaulat dan tidak bersyarat. Tetapi Ia percaya bahwa Allah dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan kaum reprobat. Ia memiliki tugas yang sulit untuk memberitakan dua berita yang berkontradiksi dan mencoba untuk menyelaraskan keduanya di dalam pikirannya sendiri dan di dalam pikiran orang-orang yang mendengarkannya.vi Sungguh bukan tugas yang mudah! Di hadapan permasalahan yang tidak ada solusinya ini, dan dengan memperhatikan natur dari tawaran bebas yang memang lebih mudah untuk diterima (baik bagi dirinya sendiri maupun para pendengar yang Arminian), tidaklah mengherankan bahwa baik di dalam khotbah maupun di dalam pikiran si pengkhotbah dan orang banyak, kebenaran tentang reprobasi mundur ke latar belakang dan menjadi doktrin yang kabur, yang penuh dengan segala macam kesulitan dan permasalahan. Tujuh lembu yang kurus memakan tujuh lembu yang tambun, karena reprobasi yang alkitabiah dibungkam seiring apa yang dianggap sebagai keinginan sepenuh hati dari Yang Mahakuasa untuk menyelamatkan setiap orang mengambil posisi di tengah panggung.

B. Pendamaian yang Terbatas

Sebuah doktrin lain yang juga harus disingkirkan, secara logis dan historis, adalah doktrin pendamaian yang terbatas atau partikuler. Coba pikirkan. Allah benar-benar ingin dan mau menyelamatkan setiap orang. Tetapi keselamatan adalah mustahil kecuali Kristus mati mereka. Maka sudah barang tentu Allah telah mengutus Tuhan Yesus untuk mati bagi setiap orang. Maka kita mendapati ajaran sesat tentang pendamaian yang universal yang Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht deskripsikan, di dalam kaitannya dengan seluruh doktrin Arminianisme, sebagai ajaran sesat Pelagian yang diseret keluar lagi dari neraka (Pasal-Pasal Ajaran II:Penolakan:3).

Pada tahun 1960-an, Harold Dekker dari Christian Reformed Church berargumen, “Tunggu sebenar, jika Allah benar-benar mau menyelamatkan setiap orang, dan kredo-kredo menyatakan bahwa Kristus mati hanya bagi kaum pilihan, kita menghadapi masalah. Karena Allah benar-benar mau menyelamatkan setiap orang – jika itu memang ada artinya – maka Ia pasti telah mengutus Kristus untuk mati bagi setiap orang.”

Maka saat ini kita mendapati mereka yang diduga sebagai kaum Calvinis mengutip Yohanes 3:16: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,” dan berargumen bahwa kasih Allah dalam salib Kristus adalah untuk setiap orang. Bukan hanya ini adalah salah satu dari ayat-ayat kunci yang disalahgunakan oleh kaum Arminian, tetapi juga mereka yang disebut kaum Calvinis modern secara aktual menyetujui interpretasi mereka atas Yohanes 3:16. Maka mereka berkata, “Kami adalah kaum Calvinis sejati, dan orang-orang yang tidak berpegang pada tawaran bebas adalah kaum hiper-Calvinis.” Definisi-definisi terus berubah; Kitab Suci dipelintir; orang-orang ditipu.

C. Anugerah yang tidak Dapat Ditolak

Anugerah yang tidak dapat ditolak adalah pokok keempat dari Calvinisme. Gagasan bahwa Allah dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan setiap orang, termasuk kaum reprobat, sesuai definisinya adalah anugerah yang dapat ditolak. Allah dengan sepenuh hati ingin menyelamatkan setiap orang – ada sejenis anugerah bagi kaum reprobat, suatu anugerah yang dapat ditolak dan selalu ditolak. Maka, Anda memiliki sebuah anugerah yang dapat ditolak dan sebuah anugerah yang tidak dapat ditolak – dua anugerah. Bagaimana bisa ada dua anugerah. Hanya ada satu Allah. Satu Allah memiliki satu anugerah. Tetapi tawaran bebas mengajarkan dua anugerah. Ada sebuah anugerah yang dapat ditolak dan sebuah anugerah yang tidak dapat ditolak. Apa yang terjadi di sini?

D. Kerusakan yang Total

Bagaimana dengan kerusakan yang total? Jika Allah ingin menyelamatkan setiap orang, mengapa tidak setiap orang selamat? Mungkin mereka telah menolak anugerah Allah sedangkan orang-orang lainnya sedikit lebih rela. Dengan jalan inilah kehendak bebas kemudian masuk. Penyimpangan ini membawa Anda semakin jauh melintasi garis antara kebenaran Allah dan kesalahan, dan banyak orang yang ingin berpegang pada tawaran bebas dan bentuk tertentu dari Calvinisme akan menyangkal kerusakan yang total. Tetapi ke sanalah banyak orang telah pergi, dan ke sanalah banyak orang sedang pergi.

E. Berbagai Inkonsistensi Logis

Dari semua ini, jelaslah bahwa Calvinisme, kebenaran tentang anugerah Allah yang berdaulat dan partikuler seperti yang diajarkan oleh Kitab Suci dan teringkas di dalam Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht, dan theologi tawaran bebas adalah tidak konsisten satu sama lain dan tidak mungkin dapat diselaraskan. Ada banyak pendukung tawaran bebas yang sangat eksplisit mengenai hal ini. “Calvinisme dan keinginan Allah untuk menyelamatkan kaum reprobat,” kata mereka, “tidak bisa saya dapatkan titik temuknya. Saya tidak dapat menjadikan keduanya cocok.” Akan tetapi, alih-alih menyimpulkan, “Tunggu, ada masalah di sini, karena kebenaran Allah adalah satu dan selalu konsisten,” mereka berkata, “ini adalah sebuah paradoks, sebuah misteri, sebuah antonomi.” Yang sebenarnya mereka maksudkan adalah bahwa ini jelas-jelas merupakan sebuah kontradiksi. Tetapi mereka memberinya istilah yang menarik; mereka menyebutnya misteri atau paradoks.

Keinginan Allah untuk menyelamatkan kaum reprobat telah diajarkan dan dipromosikan di dalam lingkungan-lingkungan Reformed khususnya di dalam 100 tahun terakhir, dan tetap tidak ada orang yang berhasil menunjukkan bagaimana tawaran bebas dan lima pokok Calvinisme dari Sinode Dordrecht (termasuk bagian “Penolakan terhadap Ajaran Sesat”) bisa cocok. Tetapi semua doktrin yang benar, seperti doktrin Trinitas; Keilahian, Pribadi, dan dua natur Kristus; penciptaan; providensi; anugerah yang tidak dapat ditolak, dll., tidaklah berkontradiksi, melainkan koheren. Konsistensi adalah tanda dari kebenaran; kontradiksi adalah tanda dari dusta.

Selain itu, prinsip-prinsip akan berpengaruh. Doktrin yang salah, khususnya ketika doktrin itu dimasukkan secara lebih penuh di dalam theologi seseorang dan dikhotbahkan dan dibela, akan secara serius memengaruhi pengenalan orang itu akan Allah yang sejati dan yang hidup. Di dalam sejarah gereja dan di dalam iman dan kehiduoan orang-orang yang mengaku Kristen, hal ini terlihat jelas.

F. Amyraldianisme

Berikut adalah sebuah contoh. Di Prancis pada abad ketujuh belas, ada seorang heretik bernama Moses Amyraut. Doktrin Amyraut kemudian disebut Amyraldianisme atau Universalisme Hipotetis. Amyraut mengajarkan bahwa ada dua pemilihan dalam kaitannya dengan keselamatan umat manusia. Pemilihan yang pertama adalah pilihan Allah mutlak atas setiap orang untuk diselamatkan, dengan syarat bahwa mereka percaya. Tetapi, tentu saja tidak seorang pun yang akan percaya karena mereka semua rusak secara total. Maka Allah memiliki pemilihan yang kedua yang menurutnya Ia memilih untuk menyelamatkan mereka yang akan Ia karuniai iman. Sungguh sistem yang terpuntir! Amyraut juga mengajarkan teori dua rujukan tentang pendamaian Kristus. Kristus telah mati mutlak untuk setiap orang, setiap individu, jika mereka percaya. Tetapi tidak seorang pun yang akan percaya karena semua orang berada di dalam perbudakan kesalahan. Maka Allah telah mengutus Kristus untuk melakukan pendamaian bagi dosa-dosa mereka yang akan Ia karuniai iman, mereka yang telah dipredestinasikan. Amyraut mengklaim bahwa inilah Calvinisme yang sejati, doktrin dari John Calvin, yang didasarkan pada Kitab Suci yang sakral.

Dalam waktu yang relatif singkat, melalui “modifikasi” Amyraldian terhadap Calvinisme ini, gereja Reformed di Prancis bergerak semakin jauh menuju Arminianisme. Amyraldianisme memecah gereja dan menyedot kekuatan rohaninya. Sinode-sinode gereja tidak cukup kuat untuk menghadapinya. Seorang analisis dan sejarawan atas Calvinisme di Prancis menyebut Amyraut “penggali kubur bagi Gereja Reformed Prancis.”vii Jika Anda pergi ke Prancis saat ini, Anda tidak akan pernah menyangka bahwa pernah pada satu waktu hampir separuh dari negara itu Calvinistik. Mengapa sekarang hanya begitu sedikit gereja Reformed di Prancis? Mengapa sekarang gereja-gereja Reformed Prancis yang sedikit itu lemah secara doktrinal? Itu dimulai dengan Amyraut dan “Calvinisme termodifikasi”-nya. Ia adalah penggali kubur dan Amyraldianisme adalah sekopnya. Prinsip-prinsip akan berpengaruh.

Theologi dan khotbah tentang tawaran bebas menemukan lahan terbaik di antara mereka yang tidak mengetahui, mencintai, dan menyukai doktrin Allah yang kuat, yang alkitabiah dan Reformed – kesatuan-Nya yang sempurna, imutabilitas-Nya yang mutlak, kekuasaan-Nya yang tidak dapat ditolak, hikmat-Nya yang tidak terbatas, dan dekrit-Nya yang berdaulat – dan Calvinisme yang sangat antitetis dari Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht. Maka, di masa kita yang sudah menyimpang begitu jauh ini, banyak gereja yang Injili dan Reformed secara nominal – yang tidak dengan sungguh-sungguh didasarkan pada kebenaran – terbuka lebar bagi tawaran bebas. Dengan cara ini mereka bisa mengklaim sebagai Calvinistik dan Reformed dan berkompromi dengan kaum Arminian dan Arminianisme. Anda bisa memiliki kue sekaligus memakannya!

 

VII. Doktrin yang tidak Berguna

Ironisnya, selain melemahkan kebenaran tentang Allah dan anugerah-Nya yang berdaulat, tawaran bebas secara aktual tidak melakukan apa pun yang positif. Menurut dekrit Allah yang kekal, jumlah kaum pilihan dan jumlah kaum reprobat sudah pasti dan tetap dan tidak bisa berubah (Pengakuan Iman Westminster 3:4; Pasal-Pasal Ajaran 1:11). Kaum pilihan diselamatkan oleh anugerah Allah yang tidak bisa ditolak di dalam Kristus dan kaum reprobat binasa di dalam dosa mereka dan kekeraskepalaan mereka yang tidak mau percaya.

Tawaran bebas tidak menyelamatkan siapa pun secara aktual. Tawaran bebas belum menyelamatkan siapa pun; tidak seorang pun yang pernah diselamatkan oleh tawaran bebas. Tawaran bebas tidak akan menyelamatkan siapa pun. Mengapa? Karena tawaran bebas tidak dapat menyelamatkan siapa pun. Tawaran bebas tidak dapat menyelamatkan barang satu orang pun sesuai definisinya. Tawaran bebas adalah keinginan Allah untuk menyelamatkan kaum reprobat, tetapi kaum reprobat sesuai definisinya tidak dapat diselamatkan! Maka Allah memiliki keinginan yang berkobar-kobar untuk menyelamatkan mereka yang tidak dapat diselamatkan. Ia memiliki hasrat yang berkobar-kobar untuk menyelamatkan mereka yang telah Ia dekritkan tidak dapat diselamatkan. Sungguh doktrin yang aneh dan tidak berguna! Akan tetapi, menurut para penganjurnya, jika Anda tidak mengkhotbahkan itu, Anda tidak sungguh-sungguh memberitakan Injil! Artinya, jika Anda tidak mengkhotbahkan keinginan Allah yang lemah dan selalu ditolak untuk menyelamatkan mereka yang tidak dapat diselamatkan menurut reprobasi kekal oleh Allah, Anda tidak benar-benar mengkhotbahkan Injil. Maka Anda akan disebut hiper-Calvinis! Tetapi “Injil Kristus” yang alkitabiah dan Reformed adalah “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16)! Itulah sebabnya kita “mempunyai keyakinan yang kokoh” dalam Injil (ay. 16) dan itulah sebabnya tawaran bebas adalah sebuah parodi yang memalukan atas “Injil kasih karunia Allah [yang tidak dapat ditolak]” (Kis. 20:24) dari Kekristenan yang apostolik!

Perhatikan perbedaan-perbedaan yang radikal antara theologi tawaran bebas dan “kasih karunia (anugerah) yang benar-benar dari Allah” (1Ptr. 5:12). Tawaran bebas dapat ditolak dan selalu ditolak; anugerah Allah selalu tidak dapat ditolak. Tawaran bebas tidak efektual dan selalu tidak efektual; anugerah Allah selalu efektual. Tawaran bebas terbatas dan belum menyelamatkan siapa pun atau membawa satu pun orang berdosa satu inci saja lebih dekat kepada kerajaan sorga; anugerah Allah adalah mahakuasa dan selalu menyelamatkan. Tawaran bebas adalah anugerah yang dapat berubah dan sementara; anugerah Allah tidak dapat berubah dan kekal, “untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (Mzm. 136:1-26).

Jadi, bagaimana bisa dugaan tentang keinginan Allah untuk menyelamatkan kaum reprobat ini diperhitungkan pada Allah yang sejati dan yang hidup? Sesuai definisinya, tawaran bebas adalah anugerah yang dapat ditolak, impoten, dapat berubah, dan sementara, sedangkan anugerah yang sejati dari Allah adalah tidak dapat ditolak, mahakuasa, tidak dapat berubah, dan kekal. Tawaran bebas memiliki atribut-atribut dari allah Arminian, yaitu atribut-atribut manusia: dapat ditolak, impoten, dapat berubah, dan sementara.

Selalu ada tendensi di dalam gereja untuk menjadikan Allah lebih mirip dengan diri kita. Di dalam Mazmur 50, Allah menegur Israel, “engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau” (ay. 21). Karena dosa membuat allah seturut gambar mereka sendiri, Allah berkata bahwa Ia akan “menghukum” mereka (ay. 21) dan “merobek mereka menjadi berkeping-keping” (ay. 22, KJV).

 

VIII. Doktrin yang “Berguna”

Meskipun tawaran bebas sendiri bukanlah bagian dari “ajaran yang sesuai dengan ibadah kita” (1Tim. 6:3) yang melaluinya Anak Allah “mengumpulkan, melindungi dan memelihara” gereja-Nya (Katekismus Heidelberg, J. 54), ajaran ini memiliki kegunaan bagi para penganjurnya.

A. Penginjilan

Tawaran bebas “berguna” dalam kaitannya dengan penginjilan. Pertimbangkan seorang yang mengaku sebagai Calvinis yang berpegang pada tawaran bebas. Dalam kenyataannya, ia memiliki dua injil. Ada Calvinisme yang mengajarkan anugerah Allah yang partikuler di dalam pemilihan, di dalam salib, di dalam regenerasi, di dalam pembenaran, di dalam pemeliharaan, di dalam pemuliaan, dll. Ada juga ajaran tawaran bebas dan Arminianisme: “Allah mengasihimu dan mau menyelamatkanmu.”

Sejak masa saya menjadi mahasiswa di Queen’s University di Belfast, saya ingat akan seorang pemuda yang mendukung theologi dua jalur ini. Ketika bersaksi kepada mahasiswa yang belum percaya, ia akan melakukan pendekatan dengan kalimat ini: “Allah mengasihimu dan mau menyelamatkanmu.” Tetapi ketika ia sedang berbicara dengan saya, ia akan berkata bahwa ia adalah seorang Calvinis dan menunjukkan kredensial dirinya sebagai Calvinis. Tetapi anugerah Allah yang berdaulat bukan menjadi beritanya kepada orang yang belum bertobat. Ia memiliki dua berita yang berbeda kepada dua pihak yang berbeda. Saya menyampaikan Injil yang sama kepada semua orang, baik yang belum bertobat maupun yang sudah bertobat, karena hanya ada satu Injil anugerah Allah yang berdaulat (Kis. 20:24).

Anda bisa melihat bagaimana pendekatan yang lebih ramah, lebih halus, lebih lembut, dan tidak mengancam ini jauh “lebih mudah” diadopsi oleh orang Kristen ketika ia mendekati orang-orang yang tidak percaya. Beri tahu saja mereka bahwa Allah mengasihi mereka dan mau menyelamatkan mereka! Ah, betapa “berguna”-nya tawaran bebas ini! Tawaran bebas menghindarkan sandungan Alkitab di dalam penginjilan: sandungan salib dan Injil. Tentu saja saya bukan mengatakan bahwa kita harus ofensif di dalam penginjilan. Tidak, kita harus menunjukkan anugerah, “mengatakan kebenaran di dalam kasih” (Ef. 4:15, KJV). Tetapi kita harus mengatakan “kebenaran di dalam kasih” dan bukan dusta. Kesaksian apa yang harus kita berikan? “‘Kamulah saksi-saksi-Ku,’ demikianlah firman TUHAN, ‘bahwa Akulah Allah’” (Yes. 43:12, KJV). Kita tidak memiliki otoritas untuk bersaksi tentang allah yang gagal, frustrasi, berkontradiksi, dan berdusta yang adalah bukan secara sempurna satu, tidak berubah, mahakuasa, dan bijaksana, yaitu allah yang tidak menyelamatkan kaum reprobat meskipun ia dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh ingin melakukannya. Kita memberitakan bahwa Allah adalah Allah, bukan bahwa Ia sama seperti kita sendiri (Mzm. 50:21).

B. Persekutuan dengan Kaum Arminian

Tawaran bebas bukan hanya “berguna” di dalam penginjilan, tetapi juga “berguna” di dalam memungkinkan persekutuan dengan kaum Arminian. Kita perlu jelas dalam hal ini: Calvinisme, sebagaimana teringkas di dalam Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht, mengajarkan bahwa Arminianisme bukanlah sebuah bentuk alternatif dari Injil, melainkan ajaran sesat yang mematikan. Tetapi kebanyakan para pendukung tawaran bebas yang mengklaim sebagai kaum Calvinis (dan yang mencap mereka yang tidak setuju dengan mereka sebagai kaum “hiper-Calvinis”) memuji kaum Arminian seperti John Wesley, yang membenci Calvinisme – anugerah Allah yang berdaulat di dalam Yesus Kristus! – dengan sangat bersemangat dan menyebut predestinasi sebagai “penghujatan.”viii John Wesley memberi tahu orang-orang agar mereka jangan pernah pergi ke gereja-gereja yang mengajarkan bahwa Yesus Kristus mati hanya bagi kaum pilihan. Ia bahkan berkata – dengan kata-kata ini! – bahwa darah Kristus tercurah bagi orang-orang yang pergi ke neraka.ix Saudaranya, Charles Wesley, menulis banyak himne yang melawan pemilihan, reprobasi, pendamaian yang partikuler, anugerah yang tidak dapat ditolak, dll. Dengan memuji kaum Arminian, seperti John dan Charles Wesley, “kaum Calvinis tawaran bebas,” seperti Iain Murray, menunjukkan bahwa Calvinisme mereka bukanlah Calvinisme yang ortodoks dan alkitabiah sesuai Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht.x

Mayoritas dari “kaum Calvinis tawaran bebas” bersekutu dengan kaum Arminian. Lihatlah betapa bergunanya tawaran bebas! Anda bisa mengklaim sebagai Calvinis (dengan demikian mendapatkan nama untuk ortodoksi) dan tetap membuat kaum Arminian senang dengan mengkhotbahkan kasih dan keinginan Allah untuk menjangkau bagi keselamatan setiap orang. Maka Anda tidak perlu mengambil sikap bagi kebenaran Allah melawan dusta Arminianisme, dan Anda bisa bersekutu dengan mereka yang menyangkali kebenaran Injil.

Juga perlu ditunjukkan bahwa mayoritas dari “kaum Calvinis tawaran bebas” memiliki kaum Arminian di dalam gereja mereka sebagai anggota dan bahkan diaken, penatua, dan hamba Tuhan. “Kaum Calvinis tawaran bebas” ini menolak untuk menegur dan mendisiplinkan mereka, meskipun pengakuan iman mereka sendiri mengajarkan bahwa Arminianisme adalah ajaran sesat. Mimbar mereka secara signifikan bungkam mengenai ajaran sesat Arminianisme, tetapi mereka yang berpegang pada Calvinisme yang murni dan antitetis sesuai Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht dituduh sebagai kaum hiper-Calvinis!

John Owen dengan tepat memberi peringatan terhadap persekutuan dengan kaum Arminian dan ajaran mereka tentang kehendak bebas: “Satu gereja tidak bisa menampung di dalam persekutuannya Austin [yaitu, Augustine] dan Pelagius, Calvin dan Arminius.”xi Mereka yang berpegang pada kebenaran tentang anugerah Allah yang berdaulat dan partikuler di dalam Kristus tidak boleh mencari perdamaian yang kedagingan dengan kaum Arminian:

Ikatan perdamaian yang sakral hanya terdiri dari kesatuan dari Roh yang membawa kepada segala kebenaran. Kita tidak boleh mengulurkan tangan persekutuan, melainkan harus memproklamasikan ... “perang suci,” terhadap para musuh providensi Allah, jasa Kristus, dan karya yang penuh kuasa oleh Roh Kudus.xii

Mereka yang menoleransi kaum Arminian di dalam sidang jemaat mereka dan menjelek-jelekkan orang-orang yang berpegang pada anugerah Allah yang murni sebagai kaum hiper-Calvinis menunjukkan bahwa mereka bukanlah kaum Calvinis sejati. Kritik mereka terhadap orang-orang yang mengasihi dan mempertahankan kebenaran Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht harus diekspos sebagai apa adanya: kemunafikan.

Namun, kita harus mengatakan bahwa ada orang-orang lain, yang telah diberi tahu oleh mereka yang memiliki reputasi untuk ortodoksi bahwa Allah mengasihi setiap orang dan mau menyelamatkan setiap orang, dan yang begitu saja menerima tawaran bebas tanpa benar-benar memikirkannya secara matang. Sekaranglah waktunya untuk meneliti Kitab Suci dan menguji roh-roh tawaran bebas tersebut (Kis. 17:11; 1Yoh. 4:1)!

 

IX. Posisi Alkitab

A. Pemberitaan atau Khotbah

Lalu apa alasan untuk memberitakan Injil, jika bukanlah keinginan Allah untuk menyelamatkan setiap orang? Perintah Allah: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15; bdk. Mat. 28:18-20). Tuhan menyuruh kita, “Beritakanlah! Proklamasikan Injil ke seluruh dunia!” Injil diajarkan di dalam seluruh firman Allah, khususnya ketika firman itu berpusat pada Kristus yang telah disalibkan, bangkit, dan ditinggikan, dan pada rekonsiliasi, kebenaran, pengampunan, dan perdamaian melalui salib-Nya. Injil ini tiba bersama perintah-perintah dan nasihat-nasihat. Semua orang yang mendengar Injil diperintahkan untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat. Alkitab mengharuskan kita untuk memanggil setiap orang untuk datang kepada Kristus untuk keselamatan. Kitab Suci menggunakan kata-kata seperti bertobat, berbalik, atau percaya dan sinonim-sinonimnya, seperti percaya, datang, makan, minum, mendengar, dan melihat. Nasihat-nasihat ini harus dibawa di dalam pemberitaan Injil Allah.

Perintah di dalam Matius 11:28 (“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”) adalah lebih spesifik, karena di sini Yesus secara spesifik berkata-kata kepada mereka yang “letih lesu dan berbeban berat,” mereka yang dosa dan kesalahannya telah menjadi beban yang menindas mereka, seperti binatang yang menanggung muatan beban berat di punggungnya. Pengertian akan beban dosa ini sendiri adalah buah dari pemilihan (Pasal-Pasal Ajaran 1:12). Yesus memanggil mereka yang berbeban dengan dosa mereka untuk percaya kepada-Nya untuk mendapatkan perhentian. Datanglah kepada-Nya dengan segala dosa dan kesalahan dan aib-Mu! Semua orang yang datang kepada Kristus di dalam pertobatan dan iman pasti akan diselamatkan (Yoh. 6:37).xiii

Alkitab juga mengajarkan bahwa kita harus berbicara kepada orang-orang di luar Kristus yang tidak merasakan beban dosa. Berpalinglah dari dosa-dosamu dan datanglah kepada-Nya! Hamba Tuhan harus menegur dan menasihati orang-orang yang belum bertobat namun tidak acuh, memanggil mereka kepada pertobatan dan iman.

Di sisi lain, hiper-Calvinisme menyangkali kewajiban untuk bertobat dan kewajiban untuk beriman, bahwa setiap orang harus dipanggil untuk meninggalkan dosa mereka dan untuk percaya kepada Yesus Kristus. Akan tetapi, kita mengajarkan kewajiban untuk bertobat dan kewajiban untuk beriman. Allah “memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kis. 17:30). Semua orang harus bertobat. Semua orang harus percaya. Jika mereka tidak bertobat dan tidak percaya, ini adalah pelanggaran berat yang sangat melawan Allah. Allah yang mahakuasa juga murka terhadap dosa ini, seperti halnya terhadap dosa-dosa lain yang mereka miliki. Murka Allah secara khusus adalah terhadap dosa ketidakpercayaan karena dosa itu menunjukkan ketegaran hati manusia, sikap benar-diri mereka yang sombong, dan kebencian mereka terhadap Sang Anak yang Bapa kasihi. Kita melawan hiper-Calvinisme dan berkhotbah menentangnya. Namun dengan semua itu kita justru disebut kaum hiper-Calvinis! Definisi baru bagi hiper-Calvinisme diciptakan, kemudian orang-orang Kristen dan gereja-gereja Reformed secara keliru dicap dengan istilah yang menistakan ini.xiv Maka orang-orang tidak perlu mempelajari isu-isu ini. Para pengajar anugerah Allah yang partikuler dituding begitu saja sebagai kaum hiper-Calvinis oleh banyak orang yang akan kesulitan untuk menyatakan apa sebenarnya Calvinisme itu.

B. Menginginkan Keselamatan Sesama Kita

Hal berikut juga perlu disebutkan: meskipun Allah tidak menginginkan keselamatan semua manusia dalam arti setiap individu, panggilan bagi orang Kristen – panggilan bagi Anda dan panggilan bagi saya – adalah untuk menginginkan keselamatan sesama kita. Hal ini alkitabiah. Rasul Paulus berkata kepada Raja Agripa: “Aku mau berdoa kepada Allah, supaya segera atau lama-kelamaan bukan hanya engkau saja, tetapi semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini” (Kis. 26:29). Paulus menginginkan atau mengharapkan (“Aku mau berdoa kepada Allah”) agar semua orang yang ada di sana (Agripa dan “semua orang lain yang hadir di sini dan yang mendengarkan perkataanku”) akan menjadi Kristen, namun bukan tahanan, seperti dirinya (“menjadi sama seperti aku, kecuali belenggu-belenggu ini”). Keinginan sang rasul adalah contoh untuk kita teladani.

Paulus mengatakan sesuatu yang serupa di dalam Roma 10:1 dan di bagian awal Roma 9, pasal yang agung tentang predestinasi ganda yang tanpa syarat (bahkan di dalam bergenerasi-generasi orang percaya). Pertama, ia menegaskan sebanyak tiga kali bahwa ia mengatakan kebenaran: “[1] Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, [2] aku tidak berdusta. [3] Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus” (ay. 1). Pernyataannya yang khidmat adalah bahwa ia sangat berduka dan berbeban: “bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati” (ay. 2). Mengenai hal apakah ia sangat bersedih hati? “Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani” (ay. 3). Dengan perkataan lain, sang rasul begitu tulus menginginkan keselamatan orang-orang Yahudi, kaum sebangsaku secara jasmani, sehingga andaikata perginya dia ke neraka demi mereka bisa mencapai itu, ia akan melakukannya. Ini adalah keinginan yang sangat sungguh-sungguh dan sepenuh hati! Semangat ini seharusnya membuat kita semua merasa malu. Inilah kerinduan terdalam Rasul Paulus.

Tetapi ini adalah sikap atau keinginan Paulus, bukan sikap atau keinginan Allah.xv Tentu saja Paulus berkata “bahkan aku mau” dalam arti “aku tahu aku tidak bisa binasa demi mereka atau mengerjakan pendamaian bagi dosa-dosa mereka. Hanya Kristus yang dapat melakukan itu. Tetapi jika aku bisa, aku mau melakukannya.” Orang Kristen sejati juga merasakan hal ini; tentu tidak sampai pada taraf seperti Paulus, karena sang rasul adalah seorang yang teramat saleh. Jika, dengan penderitaan kita, kita bisa melihat anggota-anggota keluarga kita atau sesama kita, atau kaum sebangsa kita yang belum percaya diselamatkan oleh Kristus, kita akan melakukannya.xvi

Tetapi ada satu perbeadaan antara apa yang kita dipanggil untuk lakukan sebagai ciptaan dan apa yang Allah lakukan sebagai Pencipta yang kehendak-Nya adalah satu, tidak terbagi, berdaulat, mahakuasa, dan tidak dapat ditolak (Mzm. 115:3; 135:6). Ini adalah perbedaan yang setinggi langit dan bahkan jauh lebih tinggi lagi, karena Ia adalah Yang Mahakuasa sedangkan kita hanyalah manusia dari debu tanah.

Allah tidak menginginkan keselamatan kaum reprobat, tetapi Ia berkenan kepada dan bersuka di dalam orang-orang yang bertobat dan percaya. Ketidakpercayaan dan ketidaktaatan adalah dosa-dosa di hadapan-Nya yang Ia benci. Di sisi lain, Sang Berdaulat yang benar-adil berkenan kepada dan bersuka di dalam iman dan pertobatan dan di dalam umat yang menaati Sepuluh Perintah dengan menguduskan nama-Nya, mencintai kebenaran, menghormati orang tua mereka, dst.

Tetapi ada satu perbedaan yang vital di sini. Memang Allah bersuka di dalam orang-orang yang percaya, bertobat, dan menaati perintah-perintah-Nya. Tetapi mengatakan bahwa Allah menginginkan keselamatan kaum reprobat bukanlah hal yang sama. Ini tidak terjadi, dan dengan begitu Sang Mahakuasa digambarkan memiliki keinginan yang tidak tercapai, yang berkontradiksi dengan atribut-atribut-Nya, dekrit-Nya, dan keterberkatan-Nya.

Saya akan mengulangi ini, dan mengaitkannya dengan kehendak perintah Allah dan kehendak dekrit Allah:

  1. Kehendak perintah Allah (apa yang Ia perintahkan kepada kita sebagai hal yang harus kita lakukan – bertobat, percaya, dan menaati Dia) mengindikasikan perilaku yang Ia perkenan, yang Ia senangi, dan yang di dalam-Nya Ia bersuka sebagai Tuhan yang adil, benar, dan kudus secara tidak terbatas.xvii

  2. Kehendak dekrit Allah (tujuan-Nya yang kekal dan meliputi segala sesuatu, termasuk pemilihan, reprobasi dan setiap hal yang terjadi) mengungkapkan apa yang Ia inginkan, harapkan, dan mau (dan selalu adalah untuk kemuliaan-Nya), sebagai Yehova yang kekal, tidak dapat berubah, mahakuasa, mahabijak, dan sederhana secara sempurna.

Posisi tawaran bebas mencampuradukkan perintah Allah kepada orang percaya (yang sebagian adalah kaum reprobat), mengindikasikan perkenan, kesukaan, dan kegirangan-Nya di dalam pertobatan dan iman, menjadi berarti bahwa Ia menginginkan keselamatan kaum reprobat (meskipun Ia gagal untuk mencapai keinginan tersebut), Kesalahan ini (disengaja maupun tidak) menyerang karakter dan keputusan kehendak Allah dan keselamatan yang adalah dari-Nya, seperti yang telah kita lihat.

Selain itu, posisi tawaran bebas menyamakan Yang Mahakuasa dengan pemalas yang bebal di dalam Amsal 13:4, “Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia.” Menurut theologi tawaran bebas, “hati” Yehova dengan sungguh-sungguh “penuh keinginan” akan keselamatan kaum reprobat, tetapi setiap orang dari mereka, sesuai definisinya, binasa di dalam dosa-dosa mereka, dan dengan demikian, dalam kaitannya dengan mereka, Allah yang senantiasa terberkati ini “tidak mendapatkan apa pun” (KJV). Calvinisme yang alkitabiah menegaskan bahwa Allah atas segala kemuliaan ini mewujudkan segala keinginan dan harapan-Nya sesuai dekrit-Nya yang kekal: “Keinginan yang terlaksana menyenangkan hati” (ay. 19)!

Inilah keinginan Allah di dalam pemberitaan Injil dalam kaitannya dengan kaum pilihan dan kaum reprobat: Allah mengharapkan dan mau (dan mewujudkan) keselamatan kaum pilihan dan – yang ini adalah bagian yang menggentarkan – mengeraskan hati kaum reprobat. Apa yang Sang Mahatinggi inginkan terjadi secara aktual (Ayb. 23:13; Mzm. 115:3; 135:6). Maka Paulus menyatakan bahwa para pengkhotbah rasuli bagi yang satu (kaum reprobat) adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang lainnya (kaum pilihan) mereka adalah bau kehidupan yang menghidupkan (2Kor. 2:15-16). Ini adalah hasil dan maksud ilahi bagi pemberitaan Injil yang sejati.

Perintah Allah kepada para hamba Tuhan Kristen adalah: “Proklamasikan Firman-Ku – semuanya – sebagai pembawa berita yang setia! Jangan menahan-nahan dan jangan mencampurnya dengan kesalahan!” (bdk. 2Kor. 2:17; 4:2). Orang yang memberitakan Injil harus menghendaki agar kehendak Allah terjadi melalui pemberitaan itu: keselamatan gereja pilihan-Nya dan dikeraskannya hati para musuh reprobat-Nya. Hamba Tuhan harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan ini: Apakah saya bersedia untuk memberitakan Firman Allah dengan setia dan tidak menambahkan atau menguranginya? Apakah saya bersedia untuk memberitakan, dengan mengetahui efek ganda dari Firman ini adalah tujuan dan keinginan Allah? Meskipun beberapa dari orang yang dikeraskan hatinya oleh Firman yang saya beritakan mungkin adalah anggota keluarga saya sendiri atau sahabat-sahabat saya? Kita perlu mengingat bahwa mereka yang mengasihi ayahnya atau ibunya atau sahabat-sahabatnya atau istrinya atau siapa pun lebih daripada Kristus adalah tidak layak bagi-Nya (Mat. 10:37). Hamba Tuhan harus mampu berkata bahwa meskipun, secara pribadi, ia ingin melihat setiap orang yang mendengarkan pemberitaannya itu diselamatkan (Kis. 26:29; Rm. 9:1-3; 10:1), kehendak Allah yang berdaulatlah yang harus jadi.xviii

Kristus sendiri, Sang Pemberita yang agung akan anugerah Allah, menyatakan, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (Mat. 11:25-26; dikutip di dalam Pasal-Pasal Ajaran 1:Penolakan:8). Hamba Tuhan yang tidak bersedia untuk menjadi sarana dalam mengeraskan hati kaum reprobat, sebagaimana untuk menyelamatkan kaum pilihan, dan yang tidak dapat menambahkan “Amin”-nya pada perkataan Tuhan Yesus ini, bukanlah orang yang dengan sebenar-benarnya memberitakan Injil.

 

Apendiks

Augustine: “Maka, sejauh menyangkut diri kita, yang tidak dapat membedakan orang-orang yang dipredestinasikan dari orang-orang yang tidak, kita dalam hal ini harus menginginkan semua orang diselamatkan.... Akan tetapi, adalah bagian Allah untuk menjadikan teguran itu bermanfaat bagi mereka yang Ia sendiri praketahui dan predestinasikan untuk dijadikan serupa dengan gambar Anak-Nya” (On Rebuke and Greace, bab 49).

Calvin: “... ketaatan yang kita berikan kepada providensi Allah tidak menghalangi kita dari berduka atas kehancuran orang-orang yang terhilang, meskipun kita tahu bahwa dengan demikian mereka dihukum oleh penghakiman Allah yang adil; karena pikiran yang sama dapat dipengaruhi oleh dua perasaan ini: bahwa ketika pikiran melihat kepada Allah, pikiran bisa secara rela menanggung kehancuran orang-orang yang telah Ia dekritkan untuk hancurkan; dan bahwa ketika pikiran mengarahkan pemikiran-pemikirannya kepada manusia, pikiran berduka atas kejahatan-kejahatan mereka. Maka orang-orang yang mengatakan bahwa manusia yang saleh haruslah apatis dan tidak peka agar tidak melawan dekrit Allah, adalah orang-orang yang telah begitu tertipu” (Tafsiran atas Rm. 9:2).

Herman Hoeksema: “Apa yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus adalah: seandainya saya ditempatkan di hadapan alternatif bahwa kaum sebangsaku secara jasmani bisa diselamatkan, atau saya yang diselamatkan; jika saya diizinkan untuk memilih antara keselamatan mereka dan keselamatan saya sendiri, jika saya bisa mewujudkan keselamatan mereka dengan diri saya menjadi terkutuk, sudah pasti saya akan berharap diri saya menjadi terkutuk dari Kristus demi mereka ... mari kita perhatikan bahwa sikap sang rasul di dalam mendekati topik yang sangat penting mengenai kedaulatan Allah yang mutlak di dalam pemilihan dan reprobasi adalah dimaksudkan oleh Firman Allah sebagai sebuah teladan bagi kita. Ketika, sebagai anak-anak Allah, kita mendekati topik ini, dan berbicara tentang predestinasi Allah yang berdaulat, satu-satunya sikap kita yang tepat adalah sikap rohani yang mendalam. Tidak boleh dan tidak mungkin sikap sombong dan meninggikan diri; karena jika Allah berkenan untuk menetapkan kita untuk keselamatan, yang mana tidak terjadi pada orang lain, ini jelas bukanlah alasan bagi kita untuk memegahkan diri. Orang yang benar-benar memahami kebenaran dari poin ini akan benar-benar merendahkan dirinya di hadapan Allah. Janganlah ada daging yang memuliakan diri di Hadirat-Nya. Dan ini juga mengimplikasikan bahwa orang tidak dapat berbicara tentang topik penolakan Allah yang berdaulat terhadap kaum reprobat, yang di dalam waktu adalah sesama kita manusia, saudara kita secara jasmani, tanpa merasakan sampai taraf tertentu adanya beban di hati, duka yang berlanjut bagi mereka, yang di sini sang rasul dengan tegas nyatakan juga ia rasakan di dalam hatinya. Tidak ada sukacita dengan darah dingin atas penghukuman terhadap sesama kita manusia yang boleh menjadi ciri dari kontemplasi kita akan perlakuan Allah yang berdaulat atas anak-anak manusia. Fakta bahwa tujuan Allah yang mempredestinasikan ini membagi ras kita, membuat separasi antara manusia dari daging dan darah yang sama, selalu menjadi hal yang menyebabkan penderitaan selama kita masih berada di dalam waktu sekarang ini. Dan hal ini membawa saya kepada pernyataan yang lain. Dari sudut pandang daging kita, hidup dan hubungan kita yang alamiah dan duniawi, tidaklah begitu aneh – kecuali dengan sejumlah keberatan theologis – untuk mendengar sang rasul menyatakan bahwa andaikata bisa, ia berharap dirinya terkutuk dari Kristus demi kaum sebangsanya secara jasmani. Tanpa mencoba untuk menempatkan diri kita setara dengan sang rasul, kita bisa dengan aman mengatakan bahwa, pada taraf tertentu, kita bisa sering mengulangi ucapan yang sama dengannya. Bayangkan saja orang tua yang mengalami dukacita karena melihat satu atau lebih dari anak-anaknya yang menjalani hidup di dalam dosa dan kehancuran. Bayangkan saja seorang gembala sidang yang dalam kurun waktu bertahun-tahun sudah menjadi begitu akrab dengan jemaatnya dan dengan sepenuh hati menginginkan keselamatan mereka, tetapi yang melihat banyak dari mereka bukanlah objek dari kasih Allah yang memilih. Dan apa yang berlaku pada darah dan daging kita sendiri di dalam arti yang paling sempit dari kata tersebut dan yang berlaku pada Gereja Kristus di dalam dunia secara umum dapat diterapkan pula pada umat manusia secara keseluruhan. Dari satu darah Allah telah menjadikan seluruh umat manusia, dan mereka, menurut daging, semuanya adalah saudara-saudara kita. Dan kita bisa memahami sedikit, paling tidak, tentang sikap sang rasul ketika ia berbicara tentang beban yang begitu berat pada jiwanya dan berkata bahwa seandainya bisa, ia mau terkutuk dari Kristus demi kaum sebangsanya secara jasmani. Dan sejauh kita bisa berharap di dalam darah dan daging kita sekarang, kita benar-benar bisa menginginkan agar semua orang diselamatkan” (“Our Approach to the Doctrine of Predestination [Rom. 9:1-3]”).

Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.


i Catatan akhir Rekaman ceramah dari mana artikel ini disarikan tersedia secara daring: “Does God Desire to Save the Reprobate?
ii John Murray, “The Free Offer of the Gospel,” di dalam Collected Writings of John Murray (Britania Raya: Banner, 1982), jld. 4. hlm. 113-114.
iii Bdk. John Calvin: “Sekarang sepintas mengenai kaum reprobat, yang pada waktu yang sama dibahas oleh sang rasul. Karena sebagaimana Yakub, yang tidak layak mendapatkan apa pun melalui perbuatan baik, dibawa ke dalam anugerah, demikian pula Esau, yang belum tercemar oleh kejahatan apa pun, dibenci [Rm. 9:13]” (Institutes 3.22.11).
iv Tentu saja, Allah yang kekal adalah tanpa waktu, transenden terhadap waktu maupun ruang.
v Augustine, The Enchiridion on Faith, Hope and Love, ed. Henry Paolucci, terj. J. F. Shaw (Chicago: Henry Regnery Cp., 1961), xcv, hlm. 109; ciii, hlm. 121-122.
vi Para pengkhotbah tawaran bebas mencoba berbagai taktik di sini, seperti “misteri,” “paradoks,” dua level di dalam Allah, Allah mendekritkan suatu urutan disposisi di dalam diri-Nya sendiri, dll.
vii Profesor Georges Serr, sebagaimana dikutip oleh Roger Nicole, Westminster Theological Journal, vol. 54, no. 2 (Musim Gugur, 1992), hlm. 396.
viii Wesley menuding bahwa “hujatan” predestinasi “merepresentasikan Allah yang mahakudus sebagai lebih buruk daripada Iblis, lebih salah, lebih kejam, dan lebih tidak adil” (dikutip di dalam Stephen Tomkins, John Wesley, A Biography [Grand Rapids: Eerdmans, 2003], hlm. 78).
ix The Works of John Wesley (Grand Rapids: Baker, 1996), jld. 10, hlm. 297.
x Bdk. Iain Murray, Wesley and Men Who Followed (Britania Raya: Banner, 2003).
xi The Works of John Owen (Britania Raya: Banner, cetak ulang 1967), jld. 10, hlm. 7.
xii Ibid., hlm. 7.
xiii Bdk. Roger Nicole, Standing Forth: Collected Writings of Roger Nicole (Britania Raya: Christian Focus Publications, 2002), hlm. 295, 340.
xiv Mis., Phil Johnson bahkan menyebut A. W. Pink seorang “hiper-Calvinis” (“A Primer on Hyper-Calvinism”)!
xv Yehezkiel 33:11 (ekuivalen dengan Yehezkiel 18:23), Matius 23:37 (ekuivalen dengan Lukas 13:34), 1 Timotius 2:4 dan 2 Petrus 3:9 secara keliru diinterpretasikan dan dipoles untuk membela pandangan tentang keinginan Allah (yang tidak tercapai) untuk menyelamatkan kaum reprobat. Para theolog berikut, yang mencakup sejumlah theolog terbesar di dalam gereja Kristen, dengan cakap menjelaskan beberapa atau semua teks ini, dan melawan gagasan bahwa Yehova benar-benar mau (tetapi gagal) mempertobatkan orang-orang yang Ia reprobasi: Augustine, The Enchiridion on Faith, Hope and Love, ed. Henry Paolucci, terj. J. F. Shaw (Chicago: Henry Regnery Co., 1961); Gottschalk di dalam Victor Genke dan Francis X. Gumerlock (ed. & terj.), Gottschalk and a Medieval Predestination Controversy: Texts Translated From the Latin (Milwaukee, WI: Marquette University Press, 2010); John Calvin, Calvin’s Calvinism (Grandville, MI: RFPA, 1987); John Knox, Against an Anabaptist: In Defense of Predestination (Edmonton, AB: Still Waters Revival Books, tanpa tanggal); Jerome Zanchius, Absolute Predestination (Amerika Serikat: The National Foundation for Christian Education, tanpa tanggal); Jacobus Kimedoncius, Of the Redemption of Mankind, terj. Hugh Ince (London: Felix Kingston, 1598); John Owen, The Death of Death: in the Death of Jesus Christ (Britania Raya: Banner, 1983); Francis Turretin, Institutes of Elenctic Theology, terj. George Musgrave Giger, ed. James T. Dennison, Jr., 3 jld. (Phillipsburg, NJ: P&R, 1992-1997); John Gill, The Cause of God and Truth (Grand Rapids: Sovereign Grace Publisher, 1971); Abraham Kuyper, Particular Grace (Grandville, MI: RFPA, 2001); Arthur W. Pink, The Sovereignty of God (Grand Rapids: Baker, 2005); David Engelsma, Hyper-Calvinism and the Call of the Gospel (Grandville, MI: RFPA, 1980); Garrett P. Johnson, “The Myth of Common Grace,” Trinity Review (Maret, 1987); Robert L. Reymond, A New Systematic Theology of the Christian Faith (Nashville, TN: Thomas Nelson, 1998); dan juga di dalam berbagai tulisan Peter Martyr Vermigli, Herman Hoeksema, Gordon H. Clark, Richard Bacon, dll., ditambah Theodore Beza, John Bridges, William Perkins, John Dove, dan Jeremias Bastingius (bdk. Jonathan Moore, English Hypothetical Universalism: John Preston and the Softening of Reformed Theology [Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2007], hlm. 47-68). Interpretasi yang benar atas teks-teks Kitab Suci ini dari banyak hamba Tuhan yang saleh yang disebutkan di atas maupun para hamba Tuhan lainnya terdapat di dalam kutipan-kutipan di “God's Effectual Saving Desire.”
xvi “Apendiks” dari artikel ini berisi kutipan-kutipan dari tiga pembela yang gigih bagi anugerah yang partikuler yang menyampaikan poin yang sama.
xvii Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht III/IV:8: “Akan tetapi, semua orang yang dipanggil oleh Injil, dipanggil dengan sungguh- sungguh. Sebab dalam firman-Nya Allah memperlihatkan sungguh-sungguh dan dengan sebenarnya apa yang berkenan kepada-Nya, yaitu bahwa mereka yang dipanggil itu datang kepada-Nya dan percaya dijanjikan-Nya kesentosaan jiwa dan hidup yang kekal.” Bdk. John Owen, The Works of John Owen (Britania Raya: Banner, 1967), jld. 10. hlm. 344; Francis Turretin, Institutes of Elenctic Theology (Phillipsburg, NJ: P&R, 1992), jld. 1, hlm. 229-230, 408.
xviii Untuk rekaman dua khotbah mengenai Yesaya 6:9-10 yang mengembangkan poin-poin dari paragraf ini dan paragraf sebelumnya secara lebih penuh, dengarkan “Isaiah's Call to Preach (I)” and “Isaiah's Call to Preach (II).”