Covenant Protestant Reformed Church
Bookmark and Share

Tongkat dan Teguran:
Pendisiplinan Kasih dari Anak-Anak Kovenan

Pdt. Steven Key

 

"Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya." Amsal 29:15

Allah yang hidup menangani dengan begitu serius kaul baptisan yang orangtua ikrarkan dan bertanggung jawab. Di mana hal itu Dia berikan kepada semua orangtua ketika Dia memberikan mereka anak-anak.

Pendisiplinan adalah tatanan dari pemerintahan Allah, suatu tatanan yang diberikan kepada kita karena Ia mengetahui bahwa kita adalah orang berdosa – tentunya, kita dikandung dan terlahir dalam dosa. Hari ini, kejahatan masyarakat di mana kita hidup juga telah mengkhamiri gereja. Dan hal itu tidak membiarkan kita tidak terpengaruh. Tuhan telah memercayakan kepada kita sebagai jemaat dari Protestant Reformed Churches [Gereja Reformed Protestan] dengan kebenaran yang paling indah, yakni dari kovenan. Allah mengambil kita ke dalam hidup persekutuan-Nya dan kasih-Nya sendiri, dan menyebabkan hidup kovenan-Nya sendiri mengalir melalui kita, umat-Nya. Dan Dia mengarahkan kita secara jelas bagaimana kita harus berfungsi sebagai umat kovenan-Nya di dalam keluarga kita. Namun terdapat usaha yang tidak sejalan untuk menghancurkan keluarga kita dari pihak iblis. Dan terdapat usaha yang tidak sejalan untuk menghancurkan kebenaran kovenan sebagaimana hal itu diterapkan dalam cara yang sangat praktis pada kehidupan keluarga dan pengajaran serta pendisiplinan anak-anak kita.

Dalam kepatuhan kepada Allah, kita, orangtua dalam Protestant Reformed Churches mempersembahkan anak-anak kita kepada Allah bagi pelayanan baptisan anak sebagai simbol dan meterai dari baptisan kovenan anugerah yang kekal (dalam ibadah penyembahan di mana baptisan dilayankan, orangtua membuat kaul yang dijawab di hadapan Allah dari pertanyaan yang tersedia dalam Rumusan Baptisan kita [Baptism Form].

Pertama. Apakah Anda mengetahui bahwa meskipun anak-anak kita dikandung dan dilahirkan di dalam dosa, dan akan mengalami berbagai kesusahan hingga pada penghukuman itu sendiri; tetapi mereka dikuduskan di dalam Kristus, dan oleh-Nya sebagai jemaat Gereja-Nya harus dibaptiskan?

Kedua. Apakah Anda mengetahui doktrin yang terkandung dalam Perjanjian Lama dan Baru, dan di dalam artikel-artikel iman Kristen [ajaran-ajaran baku dari pengakuan iman Reformed Protestan, seperti 3 Pengakuan Standart Reformed dan Pengakuan Iman Rasuli – pen.], dan yang diajarkan di sini di dalam Gereja Kristen ini, sebagai doktrin keselamatan yang benar dan sempurna?

Ketiga. Apakah Anda berjanji dan bermaksud untuk mengasuh anak-anak ini, saat hingga tahun-tahun akil balik [entah Anda adalah orangtua atau saksi], mengajarkan dan membawa mereka kepada doktrin yang disebutkan pada pertanyaan sebelumnya, atau menolong atau menyebabkan mereka untuk diajarkan di dalam doktrin tersebut, dengan segenap tenagamu?

Bagi beberapa dari kita dalam dunia gereja Reformed, ratusan kali kita telah mendengarkan kaul-kaul ini dari Rumusan Baptisan yang dijawab secara sederhana, ”Ya.” Tetapi berapa kali kita telah merenungkan hal ini dengan sungguh-sungguh mengenai makna dan siknifikansi dari kaul-kaul ini? Contohnya, kita mengakui bahwa anak-anak kita adalah orang berdosa, disucikan hanya di dalam Kristus. Kita mengakui kepercayaan kita bahwa doktrin yang diajarkan tersebut dalam gereja Kristen adalah benar dan sempurna (atau lebih akuratnya, ”selesai”) doktrin keselamatan. Kita berjanji dan mengakui maksud kita untuk mengajarkan anak-anak kita dan membawa mereka dalam doktrin keselamatan yang lengkap. Tetapi kita menyadari bahwa doktrin tersebut tidak hanya merupakan pengetahuan akan berbagai kebenaran yang mendasar dari doktrin Kitab Suci, tetapi apakah hal itu juga tercakup lebih banyak lagi? Apakah kita menyadari bahwa doktrin tersebut terkandung dalam Perjanjian Lama dan Baru yakni segala yang Allah ajarkan kepada kita berdasarkan jalan dari kehidupan Kristen dan jalan hidup keluarga serta jalan yang harus kita terapkan dalam mendisiplin anak-anak kita? Ya, biasanya bertentangan dengan metode-metode pengasuhan yang ditawarkan oleh kaum psikolog dan ”para ahli” di dunia, Allah sendiri memberikan kita ajaran yang jelas dalam mendisiplin anak. Hal itu bukanlah instruksi yang mudah. Juga bukan dikatakan bahwa kita akan menyetujui dengan metode disiplin ini, sepanjang akal-batin kita yang berdosa dipertimbangkan. Tetapi ketika Allah sendiri memberikan instruksi, Anda dan saya tidak hanya harus mendengar; kita harus mematuhi.

Kitab Amsal berisi dengan instruksi yang kaya, juga mengenai pengasuhan anak-anak kovenan. Tetapi, saya berpikir bahwa pelayan siapa pun yang memahami pentingnya khotbah yang memusatkan pada Kristus akan memberitahukan Anda bahwa mengkhotbahkan kitab itu adalah begitu sulit. Tidak terlalu banyak khotbah mengenai Kitab Amsal, tentulah bukan dalam bentuk rangkaian khotbah. Hal ini bukan karena kitab ini sulit untuk dikhotbahkan. Hanya saja sering tidak telalu jelas. Ketika mengkhotbahkan hal itu, sulit untuk tidak jatuh ke dalam kesalahan membuat kitab ini merupakan homili moral yang dapat diterapkan bagi semua orang. Mudah untuk meremehkan kitab ini sebagai bagian dari gambaran dari Allah, penyelamat kita dalam wajah Yesus Kristus.

Oleh karena itu, karena kita akan membahas firman dari Amsal 29:15, saya mendesak Anda untuk mematuhi panggilan itu di mana dengan hormat kita melatih anak-anak kita – bukan karena saya mengatakannya sebagai orangtua yang berpikir mengetahui segala sesuatu, tetapi karena hanya karena hikmat Allah yang mengatakannya, “Tongkat dan teguran mendatangkan hikmat.” Lalu tentulah ketika kita memahami hal ini sebagai sesuatu yang lebih penting ketimbang di dalam psikologi anak, ketika kita melihat hal ini sebagai pengarahan otoritatif Allah yang memandatkan untuk mengasuh anak-anak kita di dalam Kristus, maka kita mengetahui pentingnya mematuhi firman ini. Coba perhatikanlah hal-hal tersebut:

Disiplin dari Tongkat dan Teguran

I. Pentingnya Disiplin
II. Dua Rangkap Disiplin
III. Menghadiahkan Disiplin

 

I. Pentingnya Disiplin

Pentingnya disiplin yang dituliskan itu mengatakan tentang pelatihan seorang anak. Dan, khususnya, ketika kita mengingat bahwa Kitab Suci disampaikan kepada jemaat Allah, dan di sini secara khusus kepada para orangtua kovenan, maka kita melihat bahwa penulis mengacu kepada seorang anak kovenan.

Benarlah bahwa amsal ini mengungkapkan maksim [aturan baku] umum yang dapat diterapkan kepada semua anak manusia: tongkat dan teguran adalah sarana tepat untuk mendisiplin semua anak-anak supaya menolong mereka untuk berfungsi paling baik di dalam masyarakat (jika kita ingin menafsirkan ”hikmat”); tetapi seorang anak yang tidak disiplin dan dibiarkan membuat malu ibunya. Benarlah sebagai aturan umum bagi semua manusia. Tetapi jika kita menganggap teks ini sebagai aturan umum, dari amsal seluruhnya, maka kita gagal melihat keindahan injil di sini, dan kita gagal untuk mengerti aplikasi spesifiknya bagi keluarga kovenan dan untuk mengasuh anak-anak kovenan kita. Sebab kita harus mengingat bahwa, di dalam Kitab Suci, makna pertama dari kata ”hikmat” adalah Kristus. Ketika kita memikirkan baik-baik, maka kita mengenali bahwa teks ini memberikan kita arahan dengan acuan kepada anak yang ditetapkan oleh Allah dalam lingkungan kovenan, dan karena itu bagi para orangtua yang adalah anggota dari jemaat Kristus.

Siapakah anak kovenan ini yang kepadanya penulis ajak bicara?

Menurut Mazmur 127:3, “... anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN....” Hal ini berarti bahwa anak-anak kita diberikan oleh TUHAN Allah bagi kita. Anak-anak kovenan adalah kepemilikan-Nya. Mereka bukanlah milik kita untuk kita perbuat seenaknya. Dia menentukan kita sebagai para wali dari anak-anak, Dia memercayakan kepada perawatan kita. Hal ini pentinglah kita mengingat bahwa kita tidak berhadapan dengan anak-anak kita sendiri, tetapi dengan anak-anak Allah. Inilah kebenarannya yang dimengerti di antara kaum Israel.

Khususnya di dalam Israel, di antara umat Allah, terdapat suatu ketertarikan yang luar biasa di dalam anak-anak. Hal itu tidak diragukan berkenaan dengan doktrin kovenan dan janji yang Allah telah berikan kepada para bapa-bapa iman, untuk mendirikan kovenan-Nya bersama kaum percaya dan keturunan mereka, sebagai suatu kovenan yang kekal. Meskipun mereka memahami sejarah Yakub dan Esau, dan kebenaran dari garis pilihan dan reprobasi yang terpisah pasti melalui bidang terluar dari kovenan, meskipun mereka memahami bahwa mereka tidak dapat menyangka keselamatan dari anak-anak mereka, betapapun kaum Israel memandang anak-anak mereka sebagai anak-anak kovenan, anak-anak yang Allah telah berikan mereka supaya dibasarkan dalam lingkungan kerajaan-Nya dan hukum-Nya. Karenanya hidup dari anak-anak Allah pada cakupan besar bergulir di sekitar anak-anak mereka. Hal ini menjadi bukti jika engkau mengambil konkordansi Alkitab yang baik dna mempelajari kata-kata yang diterjemahkan ”anal” di dalam Perjanjian Lama. Terdapat 9 kata Ibrani yang berbeda untuk ”anak,” tiap kata itu menggambarkan anak kovenan dari sudut pandang dari berbagai tahapan akan perkembangannya dan kematangannya.

Tetapi kita harus mengingat bahwa pada dasar dari segala fakta ini berdasarkan berbagai tahap dari perkembangan anak terletak kebenaran bahwa anak-anak kita dilahirkan untuk mati dalam pelanggaran dan dosa-dosa, dan boleh dibenarkan hanya di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Disiplin adalah bagian yang penting dari kehidupan seorang anak.

Anak-anak ini, yang kepadanya kita memberikan afeksi kita dan kepadanya kita begitu mengasihi, adalah kaum pendosa, layak berada di neraka yang kekal dari sejak mereka dikandung. Dan bahkan sebagai anak-anak yang diregenerasikan, mereka memiliki suatu orang tua seperti kamu dan saya, saling bertentangan dalam diri mereka. Jika engkau tidaklah buta oleh ketepatan hal itu, engkau dapat melihat hal itu, sudah ada dari sejak kanak-kanak, memperlihatkan betapa brengseknya natur dosa tersebut.

Dan paling sering, dosa itu yang diperlihatkan anak-anak kita merupakan dosa tertentu atau banyak dosa-dosa yang mewabahi natur kita sebagai para orangtua mereka. Kita harus mengaku bahwa anak-anak kita juga ada demikian, dan mengajari mereka: Kami melihat dosa-dosa kita di dalammu, anak-anak. Baik anak laki-laki atau perempuan, karena engkau memiliki natur yang sama berdosanya seperti yang kita miliki, engkau juga harus mempelajari kebenaran di dalam Yesus. Engkau juga harus menyesal, begitu menyesal bahwa engkau telah berdosa melawan Allah. Dan engkau juga harus belajar bahwa sukacita dan kebahagiaan yang sejati di dalam kehidupan kita hanya di dalam Allah melalui Yesus Kristus. Sebab lebih banyak engkau mengetahuinya, semakin engkau bersyukur bahwa Allah telah menyelamatkan seorang pendosa seperti kamu. Dan semakin kamu akan ingin untuk menjaga perintah-perintah Allah dan hidup di dalam Dia.

Pada tujuan itu, Allah telah menetapkan bahwa terdapat suatu hubungan otoritas di mana para orangtua melatih anak-anak yang Allah telah berikan kepada mereka. Hal ini penting karena natur dari anak tersebut. Ketika kamu berpikir akan perintah kelima, contohnya, Anda mengetahui bahwa hal itu disesuaikan pada sifat anak secara sempurna. Itulah mengapa hal itu sangatlah bodoh untuk mengatakan hak-hak dari anak-anak. Allah sendiri mengetahui hidup dan perkembangan anak. Dia telah menentukan tidak hanya jalan dari perkembangan fisik, melainkan juga jalan perkembangan rohani. Dia melihat bahwa anak-anak adalah para pendosa, yang jika dibiarkan pada diri mereka, hanya akan membawa rasa malu bagi Dia, tetapi juga kepada gereja-Nya dan bahkan kepada orang yang kepadanya memiliki hubungan yang terdekat, yakni ibunya sendiri. Hal ini inti dari bagian terakhir dari teks yang ada di hadapan kita.

Anak yang tidak terdisiplin, anak yang tidak diperlakukan dengan tongkat dan teguran dan yang membiarkannya hingga menjadi dewasa muda, akan membuat malu ibunya. Suatu gambaran yang jelas dari kesengsaraan dan kehancurannya tidak dapat dipikirkan. Betapa sering Anda melihat seorang ibu yang begitu menyenangi sifat buruk dari anaknya? Mungkin kita bahkan juga telah melakukannya. Natur yang berengsek dari anak laki-laki dan perempuan disalurkan sebagai kecelakaan dari masa kecil yang juga seorang ibu akan katakan kepada dirinya, ”sifat buruk ini akan berlalu, ketika nanti dia akan lebih dewasa dan aku mampu untuk menjelaskan kepadanya lebih lagi. Waktu akan mengubahnya.” Di sini, Allah mengajarkan bahwa waktu itu sendiri tidak akan mengubah apa pun! Waktu hanya akan memperkuat dan membawa kepada kedewasaan dari natur yang berengsek itu! Itulah fakta yang pasti.

Anda dan saya tidak dapat memperkirakan masa depan dari anak-anak kita. Kita tidak dapat mengetahui apa yang terpampang di dalam masa depan sejauh hal itu mengenai kesehatan dan kesakitan, tinggi atau kekuatan atau bakat-bakat atau posisi-posisi yang anak-anak mungkin miliki. Tetapi satu hal yang kita mungkin pastikan secara mutlak, menurut Firman Allah sendiri—bahwa anak, tanpa pengaturan dan disiplin yang ditentukan oleh Allah, akan menuju kepada dorongan yang brengsek dan tidak sabaran dari kehendaknya sendiri dan, akan tinggal pada dirinya, akan membuat malu hingga dia menuju kepada kehancuran. Disiplin yang benar dari bimbingan sorgawi adalah berkat dari Allah Bapa kita. Kutukan-Nya yang paling mengerikan adalah menyerahkan kita kepada jalan kita sendiri, untuk berjalan dalam keputusan kehendak kita sendiri, seperti yang kita baca dari Maz. 81:13 [LAI]1. Seorang anak yang berjalan sendiri hanya akan memperlihatkan di dalam hidupnya bahwa kebencian akan Allah dan sesamanya akan merasuki segala naturnya.

Saya tidak dapat lebih menekankan lagi pentingnya berlatih kedisiplinan Kristen terhadap anak-anak kita, karena keselamatan anak-anak kita dan merefleksikan kemuliaan Allah.

Apa yang orang-orang lihat ketika mereka melihat anak-anakmu dan punya saya? Jika orang-orang dapat melihat pada rumah tangga dari umat percaya Reformed Protestan dan mengetahui terdapat struktur penghormatan Allah dari tatanan dan hormat bagi penguasa yang berkuasa, yang dikontraskan dengan bayangan akan pemikiran manusia yang berpusat padanya, di mana pemikiran ini telah merasuki dunia dan gereja saat ini, sebab itu hal itu akan menjadi kesaksian yang paling kuat kepada kebenaran yang kita akui untuk dipercayai. Apakah persekutuan Allah yang kovenan terpancar di dalam hidup keluargamu?

Apakah mengasihi bukan disiplin yang berotoritas dari Kristus yang terlihat di dalam kamu sebagai para orangtua, ketika engkau melatih disiplin kepada anak-anakmu? Tanpa hal itu, tanpa ketaatan kepada peraturan Allah di dalam mengasuh anak-anakmu, segala yang disebut kasihmu dari Kitab Suci dan kebenaran Allah adalah begitu menyesatkan, ketika terlihat oleh orang-orang di sekelilingmu.

Sikap di mana anak-anak kita dilatih untuk bersikap pada diri mereka di dalam ibadah, di sekolah, di lingkungan tetangga, dan di rumah, mereflesikan kebenaran yang diungkapkan di dalam Alkitab.

Jika kita mengantar anak-anak kita ke gereja, hanya untuk memberikan mereka tempat bermain, jika kita tidak mengajarkan mereka untuk tetap duduk dan tenang dalam beribadah dan mendengar dan tunduk di hadapan otoritas Kristus, kita hanya menghina diri Allah.

Karena dengan tindakan semacam ini, kita mengajari anak-anak kita bahwa gereja tidaklah penting sama sekali, sehingga Firman yang dikhotbahkan adalah sesuatu yang kita fokuskan dan selami bersama.

Jika tetangga kita melihat rumah tangga kita dan tidak melihat suatu taraf yang lebih besar dari kebaikan rumah tangga mereka yang tidak saleh, mereka akan mengatakan bahwa agama kita adalah sampah, dan Kristus kita tidak berarti sama sekali, dan kebenaran di mana kita wartakan tidak memiliki hubungan yang praktis di mana kita hidup dan ajarkan pada anak-anak kita.

Kita memiliki suatu tanggung jawab untuk mengatur rumah tangga kita menurut Firman Allah, maka mereka menjadi saksi yang sesungguhnnya kepada kebenaran kovenan Allah ketika kita hidup di dalam persekutuan kasih-nya di mana merek ditebus oleh Kristus dan yang mengasihi-Nya.

Lalu, yang dapat saya tambahkan, bahwa tanggung jawab itu ditempatkan atas kita bukan hanya sebagai para orangtua secara pribadi, tetapi juga sebagai gereja. Kita semua bertanggung jawab untuk menolong dan mendorong dengan mengasihi satu dengan yang lain di dalam mendisiplin anak-anak kita. Saya mengatakan dengan kesadaran penuh dari fakta bahwa hal inilah bidang di mana setidaknya kita bebas untuk membicarakannya. J. C. Ryle, seorang pengkhotbah dan penulis di abad 19, di Gereja Inggris, mengatakan dalam bukunya The Upper Room,

"Sebagai pelayan, saya tidak dapat berkilah untuk menegaskan bahwa terdapat beberapa pokok pikiran mengenai orang yang tampaknya begitu gigih dengan anak-anak mereka. Saya terkadang begitu tertegun dengan kelambanan dari kepekaan orangtua Kristen yang memberitahukan anak-anak mereka yang bersalah, atau layak disalahkan. Tidak sedikit orang yang saya temui selama ini untuk mengatakan mengenai dosa mereka itu sendiri, ketimbang mengatakan mereka bahwa anak-anak mereka telah melakukan hal yang salah."

Sikap ini yang terlihat pada abad 19 ini, tidak beda jauh dengan saat ini; bahkan hal ini lebih buruk. Kiranya Allah melepaskan kita sebagai para orangtua untuk bersikap demikian.

Anak-anakmu dan juga anak-anakku perlu didisiplin menurut ajaran dari Bapa sorgawi kita. Solomo menulis di dalam Ams. 19:18, dan saya mengutip secara harfiah, ”Hukumlah anakmu, selagi ada harapan; dan tetapi janganlah menginginkan kematiannya.” Kecelakaannya yang engkau terima, jika engkau menolak untuk menghukum anak-anakmu menurut kehendak Allah. Begitu pentingnya pendisiplinan anak-anak kita, yang secara harfiah merupakan masalah hidup dan mati, semuanya ada di dalam keputusan kehendak Allah yang berdaulat. Ketika anak-anak kita melakukan kesalahan, mereka harus melihat dalam kita, kemurkaan Allah yang melawan dosa, sehingga mereka juga boleh mendapatkan pengampunan di dalam Kristus Yesus.

 

II. Dua Rangkap Disiplin

Tongkat dan teguran adalah dua rangkap disiplin yang kita sebut untuk mengatur anak-anak kita.

Berlawanan dengan ajaran-ajaran yang terkenal dari Dr. Benjamin Spock, dan ajaran-ajaran dari banyak orang yang menolak Firman Allah, tongkat adalah alat yang diperlukan di dalam pendisiplinan dari anak-anak kita. Begitu pentingnya tongkat itu bahwa Allah memberi tahu kita di dalam Amsal 13:24, ”tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya.”

Tongkat pendisiplinan tidaklah mudah untuk digunakan.

Dunia telah begitu merusakkan konsep “kasih,” di mana hati dusta kita akan siap mengatakan bahwa itulah kasih untuk membiarkan anak untuk melakukan apa yang dia inginkan, seperti demikian.

Dan saya akan menyadarkan para ibu bahwa ibu yang disebutkan secara khusus di dalam teks ini. Karena panggilan bapa adalah untuk menyokong keluarga, tetapi awal panggilan murid dari anak-anakmu yang utama tertuju atas kaum ibu yang ada di rumah. Itulah satu alasan yang disebutkanmu secara khusus. Tetapi saya akan mengaku bahwa ada alasan yang lain dari yang disebutkan dalam hubungan dengan panggilan ini untuk menggunakan tongkat dan teguran. Jika sikap bapa yang lebih kuat secara umum mengurangi dirinya untuk “janganlah sakiti hati anakmu,” di mana Paulus memperingatkan kita para bapa di dalam Kolose 3:21, bukankah natur ibu lebih lembut dan lebih anggun secara umum ketika menghadapi kejahatan yang bertentangan? Akankah engkau kaum ibu mencoba untuk memperbaiki anak-anakmu dengan kata-kata yang keras, ataukah kata-kata yang lembek, “jika kamu mau berubah menjadi benar, aku akan memberi kamu permen.”

Bagaimanapun. Kitab Suci mengajarkan sesuatu yang sangat berbeda. Akankah engkau para orangtua yang menolak mematuhi Firman Allah untuk mendisiplin anak-anakmu! Karena Allah mengatakan kepada kita untuk mengasihi, bukan membenci. ”Siapa yang tidak menggunakan tongkat, benci kepada anaknya.” Kasih membutuhkan perbaikan dengan tongkat dan teguran! Jika kita mengasihi anak-anak kita, Allah mengatakan bahwa kita harus menjalankan pendisiplinan dan perbaikan.

Tongkat adalah alat yang pokok yang mungkin memiliki beberapa bentuk yang berbeda. Itulah alat yang digunakan sebagai pegangan dari tombak. Hal itu terkadang bersinggungan dengan tongkat kekuasaan, tanda kekuasaan yang digunakan oleh orang yang memerintah. Tetapi tongkat juga adalah suatu alat yang digunakan untuk menjalankan kedisiplinan yang korektif dan fisik. Karena kita, hal itu mungkin menjadi suatu tongkat atau pencatu atau kepastian dari penguasa. Tetapi apa pun alat yang mungkin ada, hal itu berarti kembalinya anak yang melawan arah pada arah yang benar.

Kita juga harus memperhatikan hubungan ini, dengan tepat menggunakan tongkat kepada anak-anak kita yang membutuhkan kasih. Sayangnya, begitu sering di mana pendisiplinan fisik dilaksanakan, bukan mengerjakan kasih baik bagi Allah atau anak. Kita yang harus mengerjakan disiplin seperti itu kepada anak-anak kovenan kita, harus mengerjakan di bawah otoritas Allah dan dengan sifat dan sikap-Nya. Sikap itu diungkapkan dalam Ibrani 12:6-8: ”karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” Allah tidak akan menyiksa kita dengan penghukuman-Nya. Dia mengasihi kita.

Ada juga suatu alasan yang berkaitan dengan hal ini bahwa Allah memerintahkan menggunakan tongkat. Hal itu memerlukan sedikit waktu dan usaha untuk mempergunakannya. Dan bagi kita untuk merefleksikan sikap Allah yang kasih melalui reaksi, ketidaksabaran, dan tubuh yang berdosa kita, hal itu penting bahwa kita sedikit lambat dan berpikir mengenai apa yang sedang kita perbuat. Menampar anak-anakmu di sekitar kepala dan memukuli mereka dengan kepalan tanganmu, mencambuk mereka atau memukul mereka dengan barang yang terdekat, atau sesuatu semacam itu, malahan merupakan penganiayaan kepada anak-anak yang Allah telah percayakan kepada pemeliharaanmu. Dan jika hal itu merupakan metode penghukuman kepada anak-anak kovenan yang tidak saleh, engkau harus bertobat di hadapan Allah dan di hadapan anak-anakmu sekarang juga!

Allah mengajarkan kita untuk menggunakan tongkat di dalam kasih.

Pemukulan tongkat, digunakan di dalam kasih, merupakan suatu penghukuman yang kerjakan secara singkat dan berbelas-kasihan. Meskipun anak-anak kita mungkin mempertanyakannya, tidak ada penghukuman yang dikerjakan secara berbelas-kasihan daripada tongkat. Itulah metode Allah, yang dikerjakan secara singkat, tidak perlu memperlihatkan ketidak-senangan kepada anak yang diperbaiki itu selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Tongkat bukanlah suatu penghukuman yang menahan anak di dalam rumah ”kegalakan” dari bapak atau ibu. Selanjutnya, panggilan Allah untuk menggunakan tongkat memperhatikan kesejahterahan fisik anak tersebut. Allah menciptakan sebagian tubuh tertentu untuk mampu menerima hajaran tongkat tanpa terluka. Hal itu berarti kita tidak memukuli anak-anak kita di daerah punggung, di mana kita mungkin menyebabkan luka di tulang/sayaf punggung atau ginjalnya, atau di perut, atau kepala atau tangan; tetapi pada tubuh di sisi belakang di mana dirasa tepat diberikan [misalnya, pantat, paha, betis, dll. – pen.], jika tongkat itu digunakan secara tepat.

Dan jika kamu bertanya, bagaimana dengan anak-anak yang lebih dewasa, teks ini juga mengatakan demikian. Kita mungkin setuju bahwa tongkat adalah baik bagi anak-anak muda. Tetapi bagaimana seharusnya kita mendisiplin anak-anak remaja kita? Baiklah, mungkin Anda terkejut mendengar bahwa kaum remaja tidak dikecualikan dari penggunaan tongkat jika diperlukan. Hal itu ada di teks, di mana Solomo secara tersirat menyuruh menggunakan tongkat dan teguran hingga anak tersebut menjadi dewasa. Istilah ”anak” secara jelas mengacu di dalam istilah Ibrani, kepada seorang anak yang telah mencapai masa yang tidak terikat, di mana dia siap untuk keluar dari rumah dan untuk menikah.

Engkau akan menemukan, ketika kamu melayankan pendisiplinan kepada anakmu seperti yang Allah perintahkan dan seperti yang kamu asuhkan bahwa anak menjadi lebih bertanggungjawab dan menjadi lebih bergantung kepada Allah, sehingga tongkat semakin tidak lagi diperlukan bagi anak remajamu. Sebagai seorang anak kovenan yang matang di dalam jalan pendisiplinan yang mengasihi, di bawah penggunaan tongkat dan teguran yang sering sebagai seorang anak, dia belajar untuk mengalami sukacita dan kedamaian di dalam rumah. Dia berkembang di dalam pengetahuan dan pemahaman Firman Tuhan, dari injil keselamatan di dalam Yesus Kristus. Dia menyadari bahwa ketaatan kepada Allah adalah jalan kebahagiaan. Dan tongkat akan lebih berkurang lagi untuk diperlukan sebagai alat untuk mengarahkan. Tetapi hal itu tetaplah alat-alatnya.

Tetapi selain tongkat harus disertakan dengan teguran.

“ongkat dan teguran.” Ketika tongkat digunakan, Allah telah menetapkan pendisiplinan pada dua rangkap. Pendisiplinan orang Kristen yang tepat bukanlah sifat yang berdiktaktor, ada aturan yang menyertai penggunaan tongkat. Untuk memisahkan dua hal ini adalah hanya akan membawa penghukuman dari Allah yang akan turun ke atas kepalamu. Eli memberikan teguran, tetapi tidak disertai tongkat; dan dia harus menderita siksaan ketika mendengar bahwa anak-anaknya disembelih oleh kemurkaan Allah, dan tabut Tuhan diambil oleh orang Filistin.Begitu juga, yang bertentangan dengan Firman Allah, jika kita menggunakan tongkat saja. Kini, terdapat banyak kali saat suatu masalah disiplin dapat diatasi dengan teguran saja. Hal itu ditunjukan dari Amsal 17:10, jika teguran menghasilkan duka yang mempertobatkan, maka biarlah tongkat yang tidak digunakan. Jika tidak, gunakan tongkat dan janganlah membiarkan jiwamu lembek karena tangisan anak. Tetapi jangan pernah menggunakan tongkat tanpa teguran.

Teguran adalah instruksi melalui kata-kata di dalam kebaikan.

Anak tidak hanya harus diasingkan dari jalan yang menjerumuskan ke neraka, tetapi dia juga harus ditunjukan kesalahan dari jalannya di hadapan Allah dan dia harus diarahkan di dalam kebenaran. Anak-anak kita harus diajarkan untuk mengevaluasi aksi-aksi tertentu mereka sendiri di dalam terang Kitab Suci. Mereka harus diajarkan untuk tunduk di hadapan otoritas Allah. Mereka harus diajarkan mengapa hal yang mereka perbuat adalah salah di mata Allah. Pendisiplinan Alkitabiah memerlukan firman. Berapa banyak engkau berpikir bahwa engkau akan mengenyampingkan khotbahku, jika segala yang saya lakukan di mimbar tiap minggu dengan menggerak-gerakkan lenganku dan mengernyitkan wajahku, namun tanpa satu perkataan pun? Berita Injil tidak dapat dikomunikasikan dengan gerak tubuh belaka atau melantakkan podium mimbar. Ataukah instruksi dalam pendisiplinan Kristen tidak dapat dikomunikasikan jika segala hal pendisiplinan kita hanyalah suatu pantomim yang menyakitkan bersama tongkat pemukul di tangan. Murka Allah dilaksanakan terhadap kita, seperti yang kita mungkin dengar dari firman yang berharga, ”aku mengasihimu engkau di dalam Kristus Yesus.” dan bahkan kini, saat kita mengalami pemukulan Allah, hal itu membuat kita di dalam jalan menuju sorga.

Ketika kita memahami kebenaran yang berharga ini, maka kita harus mengungkapkan kasih kita kepada anak-anak kita khususnya ketika kita dipanggil untuk menggunakan tongkat. Kita harus menegur mereka, mengungkapkan kasih kita bagi mereka. Kita harus meyakinkan mereka bahwa tongkat bukan dilaksanakan untuk melampiaskan kebencian, tetapi keluar dari hati yang terbeban karena mengasihi anak itu di dalam Kristus. Hal yang mengerikan, ketika pengakuan para orangtua Kristen yang memukuli anak-anak mereka, tetapi gagal untuk menegur mereka dan menunjukan mereka untuk mengasihi Kristus. Sungguh benar-benar jahat, bagi orangtua yang menggampar seorang anak hanya untuk meninggalkan mereka seperti anjing yang kesakitan. Tidaklah heran anak-anak semacam itu lari ke dalam kamar, membanting pintu kamar mereka, dan berdesah dengan bermegap-megap, ”aku benci kamu.” Sikap yang diungkapkan semacam itu oleh orangtua yang menggunakan tongkat, tetapi tidak pernah menegur dengan kasih, sungguh tidak ada kesamaannya sama sekali dengan sikap Allah yang mengungkapkan hal ini dalam menyesah anak-anak rohani-Nya. Allah menuntut penggunaan tongkat dan teguran.

Dan kita tidak boleh lupa untuk memasukan teguran itu dalam doa, yang membawa orangtua dan anak untuk dekat kepada Allah. Pentingnya berdoa di dalam mendisiplin dan mengarahkan anak-anak kita itu tidak dapat terlalu ditekankan. Karena satu hal, kita kaum orangtua harus mendekati Allah secara berulang kali, mencari pengampunan atas kegagalan kita untuk melatih kedisiplinan seperti yang Ia telah tetapkan. Kita butuh melakukan hal itu hari ini dan setiap hari. Kita butuh berdoa meminta anugerah untuk menaati Firman-Nya dan untuk tunduk dengan rendah hati di hadapan instruksinya yang bijak. Kita butuh berdoa demi mendapatkan kebijaksanaan untuk menangani anak-anak kovenan kita. karena kita tahu bahwa jika Allah menghadiahkan kita menurut kesalahan kita, setiap anak-anak kita akan berjalan ke neraka. Dan kita butuh untuk berdoa bagi anak-anak kita. kita harus mendoakannya bukan secara umum, tetapi secara khusus setiap nama dan kebutuhan yang spesifik dari tiap anak dan membawanya di hadapan Allah pergumulan yang kita hadapi dengan setiap anak itu. Lebih dari sekali, saya telah mendengar kesaksian dari seorang anak Allah, yang mengatakan bahwa ayahnya yang Kristen memberikan disiplin yang jauh dari ajaran standar yang alkitabiah. Tetapi satu hal yang ayahnya lakukan, di hadapan anak-anaknya, dia berlutut memohon pengampunan Allah bagi dirinya dan belas kasihan Allah akan kesalahannya kepada anak-anaknya. Doa yang seperti ini meninggalkan kesan mendalam pada akal-batin dan jiwa dari anak yang tidak akan pernah terlupakan. Dalam doa juga, kita merefleksikan kasih Kristus terhadap kita. Dia berdoa tanpa henti, melayani sebagai perantara yang setia dan teguh oleh Roh Kudus-Nya.

Dalam segala hal, Tuhan Allah memanggil kita untuk mencontoh-Nya, juga di dalam melaksanakan pendisiplinan Kristen bagi anak-anak kovenan. Dan Dia berkata kepada kita di dalam Amsal 3:11-12, ”Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN (janganlah mengabaikan pukulan tongkat-Nya), dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya (dari teguran-Nya). Karena TUHAN memberi ajaran (Dia menegur) kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.”

 

III. Menghadiahkan Kedisiplinan

Tongkat dan teguran memberikan kebijaksanaan—dan hal itu menghadiahkan kedisiplinan. Allah telah begitu menetapkan bahwa dalam jalan pendisiplinan orang Kristen yang tepat, Dia akan menyingkapkan kebijaksanaan Allah di dalam muka dari Tuhan Yesus Kristus.

Tongkat pembetulan, dijalankan dengan teguran, menyingkirkan kebodohan jauh dari anak kovenan Allah. Demikianlah janji Allah (Ams. 22:15). Hal ini tidak berarti bahwa oleh tindakan-tindakan kita, engkau dan saya membuat anak-anak kita menjadi anak-anak Allah. Jika engkau memeriksa kedisiplinanmu di dalam terang dari apa yang telah kamu dengarkan dari Kitab Suci, kamu tahu bahwa hal itu jauh dari menjadi benar. Segala yang telah kita perbuat (dari segala teladan kita yang menurut kita baik – pen.) hanya memberikan mereka sifat yang bobrok. Atau apakah yang dimaksud Allah adalah memiutangi kita—artinya itu adalah jika kita mengasuh anak-anak kita di dalam kedisiplinan dari tongkat dan teguran, seperti yang Ia telah perintahkan, bahwa Ia berutang untuk menyelamatkan anak-anak kita. Tetapi menurut kehendak-Nya sendiri yang kekal dan berdaulat, Ia telah menentukan bahwa hal ini adalah jalan di mana kita harus membimbing anak-anak yang terpilih kita kepada Yesus.

Tidak ada berkat yang lebih besar kepada anak-anak kita, seperti anak-anak Allah, ketimbang memiliki para orangtua yang saleh, yang menaati Firman Allah ini, yang menggunakan tongkat dan teguran ketika Allah menuntutnya.

Refleksi ini merupakan kasih Allah di dalam Kristus Yesus bagi kita. Refleksi kasih Allah yang berakar dalam pemberian Anak-Nya sendiri bagi pengadopsian kita. Bapa kita melakukan lebih ketimbang memperlihatkan kasih-Nya di dalam salib [melalui Anak-Nya – pen.]. Dia juga terus-menerus menjamin kita akan kasih ini dengan membimbing kita di dalam jalan kebenaran. Dia menjamin kita akan kasih-Nya, tidak hanya menyesah kita, tetapi dengan berbicara kepada kita di dalam khotbah injil. Sebagai kaum orangtua, kita juga butuh untuk merasakan kasih tersebut. Kita harus siap untuk saling mengaku dosa-dosa sesama kita satu dengan yang lain dalam keluarga kita, maka untuk menunjukan di dalam keluarga, kepercayaan kita bahwa pengakuan dan pengampunan dosa merupakan satu-satunya jalan kepada keselamatan. Kiranya kita saling mengasihi satu dengan yang lain demi kemuliaan Allah.