Prof. David J. Engelsma
Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku,
dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang (Yoh. 6:37).
Topik yang penting, dan benar-benar agung, dari buku ini adalah Lima Pokok Calvinisme, atau doktrin-doktrin tentang anugerah. Pokok-pokok ini adalah lima kebenaran utama dari Kitab Suci yang ditekankan, didefinisikan, dan dibela oleh salah satu sinode terpenting dari gereja. Kelima pokok itu adalah pemilihan yang tanpa syarat (diiringi reprobasi), pendamaian yang terbatas, kerusakan total, anugerah yang tidak dapat ditolak (atau anugerah yang efektif), dan ketekunan orang-orang kudus (atau pemeliharaan orang-orang kudus).
Urutan dari pembahasan kita di dalam buku ini tidak sama dengan urutan kita dalam menghafalnya. Kebanyakan dari kita telah menghafalnya dalam urutan total depravity (kerusakan total), unconditional election (pemilihan yang tanpa syarat), limited atonement (pendamaian yang terbatas), irresistable grace (anugerah yang tidak bisa ditolak), dan perseverance of the saints (ketekunan orang-orang kudus). Alasan bagi urutan ini adalah bahwa huruf-huruf pertama dari doktrin-doktrin di dalam urutan tersebut akan mengeja kata TULIP. Ini adalah urutan mnemonik. Dan urutan ini pas karena tulip adalah bunga favorit di Belanda, di mana sinode tersebut dilaksanakan (di kota Dordrecht, pada tahun 1618-1619) yang membela kelima doktrin tersebut melawan serangan dari seorang heretik bernama James Arminius.
Di dalam buku, ini kita akan mengikuti urutan dari pembahasan doktrin-doktrin tersebut di dalam sinode di Belanda itu, yang dimulai dengan doktrin tentang pemilihan.
Nama bagi doktrin-doktrin ini, Lima Pokok Calvinisme, memang tidak sepenuhnya memuaskan. Doktrin-doktrin tersebut adalah theologi dari John Calvin, sang Reformator. Calvin membela kelima kebenaran ini. Ia menunjukkan arti penting fundamental dari kelimanya kepada cabang Reformed dari Protestanisme.
Tetapi kelima doktrin ini bukanlah buatan Calvin. Kelimanya adalah kebenaran yang fundamental dari Injil anugerah. Seperti inilah Sinode Dordrecht memandang dan mendeskripsikan kelima kebenaran tersebut.
Kelima kebenaran ini mendeskripsikan karya keselamatan Allah. Kelimanya memberitahukan bagaimana Allah menyelamatkan orang berdosa dan mengapa Ia menyelamatkannya. Orang berdosa diselamatkan oleh anugerah yang tidak dapat ditolak ketika kerohaniannya berada dalam kondisi rusak total. Dasar bagi keselamatan itu adalah pendamaian yang terbatas dari salib Kristus. Alasan mengapa Allah menyelamatkan orang berdosa dengan anugerah yang tidak dapat ditolak berdasarkan pendamaian salib adalah pemilihan Allah yang tanpa syarat atas orang berdoa untuk keselamatan di dalam kekekalan. Keselamatan ini adalah sedemikian rupa sehingga setiap orang yang di dalam dirinya Allah memulai karya itu pasti akan bertekun sampai kepada akhirnya dan akan mewarisi kehidupan dan kemuliaan kekal di dalam tubuh dan jiwa.
Berlawanan dengan gagasan populer, kelima doktrin ini bukanlah kebenaran-kebenaran yang bersifat insidental. Kelimanya mendeskripsikan karya keselamatan Allah di dalam Yesus Kristus. Menyangkal kelima kebenaran ini berarti merusak kebenaran tentang keselamatan. Kelimanya harus dikhotbahkan. Menyangkalnya berarti memberitakan injil yang lain dari Injil menurut Kitab Suci. Kelimanya harus diakui. Menyangkalnya berarti memegahkan diri sebagai juruselamat bagi diri sendiri. Kelimanya secara langsung memengaruhi penghiburan bagi orang percaya dan anak-anak dari orang percaya. Menyangkalnya berarti hidup di dalam keraguan mengenai keselamatan dan, jika orang itu memiliki kepastian tentang keselamatannya sampai taraf tertentu, hidup di dalam ketakutan akan kemungkinan menjadi murtad.
Saya bermaksud menunjukkan bahwa tiga doktrin yang menjadi bagian saya untuk saya jelaskan, bela, dan terapkan di dalam buku ini, yaitu pemilihan yang tanpa syarat, kerusakan total, dan ketekunan orang-orang kudus, adalah ajaran-ajaran dari Alkitab. Lebih khususnya lagi, kebenaran-kebenaran ini adalah ajaran Yesus di dalam Injil Yohanes.
Mengikuti Sinode Dordrecht, kita memulai dengan doktrin tentang pemilihan, atau, secara lebih komprehensif, dengan doktrin tentang predestinasi. Predestinasi di dalam theologi Reformed merujuk kepada dekrit kekal Allah yang menetapkan sejumlah manusia kepada hidup yang kekal (pemilihan) dan yang lainnya kepada kebinasaan kekal (reprobasi). Karena pemilihan adalah aspek yang penting dari dekrit tersebut, tetapi diiringi oleh aspek lain, yaitu reprobasi, seperti Sinode Dordrecht saya akan berkonsentrasi pada pemilihan.
Meskipun Calvin bukanlah sumber dari Lima Pokok yang disebut dengan namanya (Kitab Suci adalah sumbernya), ia jelas mengajarkan kelimanya sebagai kebenaran-kebenaran yang fundamental dari Injil, khususnya predestinasi. Pada saat ini kita perlu menyebutkan dan membuktikan hal ini, karena banyak orang yang mengaku sebagai Calvinis, yang karena ingin mencari dalih bagi tidak adanya predestinasi di dalam khotbah dan ajaran mereka sendiri, meminimalkan arti penting dari predestinasi di dalam ajaran Calvin.
Predestinasi mungkin bukan “dogma sentral” bagi Calvin, tetapi doktrin ini jelas fundamental bagi Injil di dalam pemikiran Calvin. Di dalam semua khotbah dan tulisannya, Calvin bukan hanya mengajarkan predestinasi, tetapi juga menekankannya.
Calvin bahkan semakin kuat dalam menekankan predestinasi seiring ia bertambah usia. Pada tahun 1552, ia menulis karyanya A Treatise on Eternal Predestination dalam kaitannya dengan kontroversi Bolsec. Pada tahun 1559, ia memaparkan dan membela predestinasi di dalam edisi terakhir dari Institutes-nya. Juga di tahun 1559, hanya lima tahun sebelum kematiannya pada tahun 1564, ia memulai rangkaian khotbah mengenai Kitab Kejadian yang di dalamnya terdapat tiga belas khotbah mengenai pemilihan atas Yakub dan reprobasi terhadap Esau. Ketiga belas khotbah ini pernah diterbitkan secara terpisah di dalam bahasa Prancis (1562) dan tidak lama kemudian di dalam terjemahan bahasa Inggris (1579). Terjemahan bahasa Inggris dari hotbah-khotbah tersebut telah diterbitkan ulang baru-baru ini, dengan ejaan yang dimutakhirkan, oleh Old Paths Publications dengan judul Sermons on Election & Reprobation (1996).
Di dalam biografinya tentang Calvin, penulis asal Prancis Bernard Cottret, yang bahkan bukan orang yang percaya, secara terus terang mengakui bahwa dalam kaitannya dengan theologi Calvin sendiri, Calvinisme bisa disebut predestinasi. “Calvin [mempertajam] sisi-sisi dari doktrinnya [tentang predestinasi] alih-alih menumpulkannya, sampai pada titik di mana adalah tepat untuk bertanya bukankah Calvinisme tidak lain adalah predestinasi” (Cottret, Calvin: A Biography [Britania Raya: T&T Clark, 2000], hlm. 322).
Arti penting yang fundamental dari predestinasi di dalam theologi Calvin sudah barang tentu terlihat jelas di dalam gereja-gereja dan tradisi yang mempertahankan pengakuan akan kebenaran tersebut sebagaimana Roh Kudus membuat kebenaran tersebut diketahui oleh Calvin. Pikirkan Turretin di Swiss, Perkins di England, Gomarus dan Bavinck di Belanda, dan Warfield dan Hoeksema di Amerika Utara.
Yang lebih signifikan lagi, dua cabang gereja yang meneruskan ajaran Calvin (dan dengan demikian juga ajaran Reformasi) telah menjadikan predestinasi sebagai doktrin fundamental bagi pengakuan iman mereka di dalam kredo-kredo mereka. Gereja-gereja Reformed telah memberikan predestinasi tempat sentral di dalam Tiga Dokumen Kesatuan, khususnya Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht. Gereja-gereja Presbiterian telah melakukan hal yang sama di dalam Standar-Standar Westminster, khususnya Pengakuan Iman Westminster.
Semangat bagi doktrin predestinasi tidak ada di antara mereka yang mengaku sebagai Calvinis pada saat ini.
Gereja-gereja palsu, termasuk Gereja Katolik Roma, kaum modernis di World Council of Churches (Dewan Gereja-Gereja Dunia), dan gereja-gereja yang secara terbuka menerima keselamatan berdasarkan kehendak bebas orang berdosa, membenci dan merendahkan predestinasi. Mereka menghujatnya di setiap kesempatan yang ada. Dengan melakukan ini mereka menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan dari bapa-bapa mereka. Roma membakar Jan Hus karena mengajarkan bahwa gereja adalah kumpulan dari orang-orang yang telah dipredestinasikan. Erasmus, seorang gerejawan yang liberal di masanya, memutuskan hubungan dengan Luther dan Reformasi karena doktrin predestinasi Luther, yang dibenci oleh Erasmus. Kaum Anabaptis yang karismatik, yang menjadi perintis kaum fundamentalis, Injili, dan karismatik saat ini, sepenuhnya menolak predestinasi.
Hal yang mencengangkan adalah bahwa kaum Calvinis nominal tidak memiliki kecintaan kepada predestinasi. Sebagian besar bungkam mengenai predestinasi. Yang lainnya takut terhadap predestinasi. Mereka dengan gentar berbicara tentang “bayangan” pemilihan yang menutupi Injil, atau tentang “ketegangan” antara pemilihan dan kovenan, atau tentang bahaya yang ditimbulkan oleh predestinasi terhadap misi dan penginjilan, dan juga terhadap hidup yang melakukan perbuatan baik. Jiwa-jiwa yang ketakutan ini dengan tanpa henti memberi peringatan terhadap “hiper-Calvinisme,” yang dengannya mereka memaksudkan ajaran yang tegas, emfatik, dan konsisten tentang predestinasi, reprobasi dan juga pemilihan, seperti yang diajarkan oleh Calvin dan sebagaimana diakui di dalam kredo-kredo.
Pihak-pihak lain yang mengklaim sebagai Reformed dan Calvinistik secara tidak kentara – dan tidak jujur – menyerang predestinasi dari dalam gereja-gereja Calvinis. Mereka menolak reprobasi, penolakan yang Calvin deskripsikan sebagai hilangnya pemilihan yang alkitabiah. Mereka mengajarkan kasih Allah yang universal di dalam Kristus bagi semua manusia tanpa terkecuali dan keinginan Allah yang tulus untuk menyelamatkan semua manusia tanpa terkecuali, kasih dan keinginan yang katanya terungkap di dalam tawaran Injil dengan maksud yang sesungguh-sungguhnya. Ini adalah doktrin Arminian tentang kehendak universal Allah bagi keselamatan dan anugerah yang dapat ditolak.
Dalam beberapa tahun terakhir ini di Amerika Utara, di dalam gereja-gereja Reformed dan Presbiterian yang terkenal konservatif, termasuk Orthodox Presbyterian Church, Presbyterian Church in America, dan United Reformed Church, telah muncul sebuah ajaran tentang kovenan yang mengatakan bahwa Allah memilih setiap anak yang dibaptis tanpa terkecuali ke dalam keselamatan. Semuanya adalah kaum pilihan dalam pengertian Efesus 1:4: “Sebab di dalam Dia [yaitu Kristus], Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan.” Tetapi pemilihan ini dikatakan bergantung pada keberlanjutannya dan penggenapannya sesuai syarat-syarat (perbuatan-perbuatan) yang harus dilakukan oleh para anggota kovenan itu. Karena gagal melaksanakan syarat-syarat itu, banyak kaum pilihan menjadi kaum reprobat dan binasa secara kekal. Ajaran sesat ini menyebut dirinya “visi federal [yaitu kovenan].”
Keseriusan semua penyimpangan, penolakan, dan serangan ini adalah tepat apa yang Calvin dan kredo-kredo Reformed ajarkan mengenai predestinasi: Predestinasi adalah fundamental bagi Injil anugerah, sehingga penyimpangan dari predestinasi adalah penyimpangan dari Injil, penyangkalan terhadap predestinasi adalah penyangkalan terhadap Injil, dan serangan terhadap predestinasi adalah serangan terhadap Injil.
Hal ini tampak dari ajaran Yesus di dalam Injil Yohanes, khususnya Yohanes 6:37 di dalam konteksnya. Calvin, seperti Augustine sebelum dirinya, mengajarkan predestinasi karena predestinasi adalah ajaran Alkitab. Yesus mengajarkan predestinasi. Ia tidak bungkam mengenai predestinasi, yang akan merupakan salah satu cara untuk menyangkalnya. Ia tidak takut terhadap predestinasi sebagai sebuah dokrtrin yang berbahaya. Sebaliknya, Ia mengajarkan predestinasi sebagai doktrin yang fundamental bagi Injil keselamatan.
Dan di dalam Yohanes 6, Yesus mengajarkan predestinasi sebagai bagian dari pesan penginjilan. Di dalam kesempatan mujizat-Nya memberi makan orang banyak dengan lima potong roti dan dua ekor ikan kecil, yang pada dirinya sendiri merupakan panggilan kepada orang banyak itu untuk memercayai Dia, ketika banyak yang menolak untuk percaya, Yesus berkata, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku” (ay. 37).
Bapa, yaitu Allah Tritunggal, memberi sejumlah orang kepada Yesus. Yesus berbicara mengenai tindakan Allah ini lebih sering di dalam Injil Yohahes. Di dalam ayat 39 dari pasal 6, Yesus berkata, “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” Mengenai mereka yang Ia sebut “domba-domba”-Nya, orang-orang (laki-laki maupun perempuan) yang mendengar suara-Nya dan mengikuti Dia, Yesus menyatakan di dalam Yohanes 10:29, “Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.”
Bahwa Allah memberikan orang banyak kepada-Nya merupakan hal yang sangat penting bagi Tuhan kita di dalam Yohanes 17, di dalam doa Iman Besar Agung-Nya pada malam sebelum penyaliban-Nya. Melihat kepada karya penebusan-Nya di atas salib, Yesus berkata di dalam ayat 2: “Sama seperti Engkau [yaitu Bapa] telah memberikan kepada-Nya [yaitu Anak] kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.” Di dalam ayat 9, Yesus berdoa bagi mereka, dan hanya mereka yang telah Bapa berikan kepada-Nya: “Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu” (lihat juga ay. 6, 11, 12, 24).
Memberikan orang-orang ini kepada Yesus adalah sesuatu yang telah Allah lakukan sebelum mereka datang kepada Yesus di dalam iman. Yohanes 6:37 mengajarkan bahwa kedatangan mereka kepada Yesus setelah mereka diberikan kepada Yesus sebagai akibat dari pemberian itu. Menurut ayat 39, Allah telah memberikan mereka kepada Yesus bahkan sebelum Ia mengutus Yesus ke dunia di dalam inkarnasi.
Memberikan orang-orang itu kepada Yesus merupakan tindakan dari kehendak Allah. Ayat 38 dan 39 dari Yohanes 6 mengajarkan bahwa Yesus turun dari sorga untuk menyelamatkan mereka yang diberikan kepada-Nya oleh Bapa, dan yang ditetapkan untuk keselamatan, di dalam kehendak Allah: “Aku telah turun dari sorga ... untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.” Pemberian itu terjadi di dalam kekekalan, sebagaimana Paulus, yang menderivasi doktrinnya dari Yesus, tulis di dalam Efesus 1:4: “.... sebelum dunia dijadikan.”
Dalam satu pengertian, pemberian itu adalah tindakan Allah di masa lalu, yaitu sebelum adanya waktu. Ayat 39 mengatakan bahwa Allah “telah memberikan” (KJV) orang-orang tertentu kepada Kristus. Apa yang telah Allah putuskan di dalam kekekalan lampau tetap merupakan kehendak-Nya, karena kehendak Allah bukanlah rencana yang mati, melainkan tujuan yang hidup dari Allah yang adalah kekal, yaitu melampaui waktu. Maka, ayat 37 mengatakan bahwa Bapa “memberikan” (KJV) orang-orang kepada Yesus.
Memberikan orang-orang tertentu kepada Yesus adalah (baik dulu maupun senantiasa) pilihan Allah atas sejumlah orang untuk menjadi milik Kristus di dalam dekrit yang di bagian lain dari Kitab Suci disebut “pemilihan.” Pemilihan adalah satu dari dua aspek dari predestinasi. Predestinasi di dalam theologi Kristen dan Reformed adalah dekrit kekal Allah yang menetapkan nasib kekal semua manusia dan malaikat: kehidupan dan kemuliaan di dalam dunia baru bagi sebagian; maut dan aib di dalam neraka bagi yang lainnya. Di sini yang menjadi perhatian kita adalah predestinasi atas manusia. Pemilihan adalah dekrit yang utama dan sangat penting menurut Alkitab dan pengakuan iman Reformed. Pemilihan adalah penetapan Allah atas sebagian manusia kepada keselamatan.
Yesus Kristus mengajarkan pemilihan. Bukan Calvin, bahkan bukan pula Paulus, yang pertama-tama mengajarkan tentang pemilihan, seakan-akan, seperti dugaan para pengkritik, Paulus yang doktrinal telah merusak Injil Yesus yang indah dengan doktrin predestinasi yang muram. Tetapi Yesuslah yang mengajarkan tentang predestinasi.
Mengenai pemilihan, Yesus mengajarkan bahwa ini adalah pilihan Allah atas individu-individu yang partikuler dengan jumlah yang tertentu. Ayat 37 mendeskripsikan mereka yang diberikan kepada Kristus sebagai “semua yang.” Para individu yang diberikan kepada Yesus membentuk satu kelompok, satu keseluruhan yang menyatu, satu tubuh yang utuh. Dari kesatuan ini “tidak ada,” tidak satu pun dari anggota yang membentuk tubuh itu yang akan, atau yang mungkin, hilang: “... supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang” (ay. 39).
Bahwa tubuh ini terdiri dari manusia invidual, bagian kedua dari ayat 37 mengindikasikan: “dia yang datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang” (KJV).
Seluruh tubuh ini akan datang kepada Yesus, dan akan datang dengan cara ini, yaitu setiap pribadi yang membentuk tubuh ini oleh pemilihan ilahi akan datang kepada Yesus.
Maka, Yesus mengajarkan bahwa pemilihan bukanlah sekadar pilihan atas sejumlah individu, tetapi pemilihan atas individu-individu ini sebagai gereja, tubuh dan mempelai perempuan Kristus: “Semua yang” telah Allah berikan kepada-Nya, bukan hanya “setiap orang yang.” Di sini terimplikasi dua kebenaran yang perlu diingatkan kepada zaman kita. Pertama adalah arti penting yang esensial dari gereja. Allah bukan sekadar memilih individu-individu untuk keselamatan. Allah bukan sekadar memberikan Yesus satu massa yang terdiri dari individu-individu. Allah memilih gereja. Allah memberikan Yesus sebuah gereja: “Semua yang!”
Kebenaran kedua adalah bahwa meskipun gereja termanifestasi di dalam kongregasi lokal, gereja adalah tubuh universal Kristus di dalam seluruh bangsa, di sepanjang masa, dan terdiri dari kaum pilihan yang belum lahir dan belum dipertobatkan (gereja yang laten), kaum pilihan yang dipertobatkan dan percaya pada saat ini (gereja yang militan), dan kaum pilihan yang sudah dibawa ke sorga di dalam jiwa mereka yang sudah dipermuliakan (gereja yang menang). Merupakan kesalahan yang serius, dan bertentangan dengan sebuah doktrin yang dipandang esensial oleh semua Reformator, untuk menyangkal, seperti yang dilakukan oleh sejumlah kaum Reformed pada saat ini, doktrin tentang “gereja yang tidak kelihatan” sebagai segenap kumpulan kaum pilihan. Kristus mengajarkan pemilihan atas “semua yang,” dan “semua yang” ini tidak dibatasi pada satu kongregasi atau denominasi gereja yang mana pun.
Mengenai pemilihan, Yesus juga mengajarkan bahwa Allahlah yang menetapkan orang-orang kepada keselamatan. Allah memberikan orang-orang ini kepada Yesus Kristus, untuk menjadi umat-Nya, untuk menjadi objek dan penerima karya keselamatan-Nya. Menurut ayat 37, sasaran, atau tujuan, dari pemberian ini adalah agar Yesus tidak membuang mereka ke dalam kebinasaan kekal. Menurut ayat 39 dan 40, sasarannya adalah agar Yesus membangkitkan mereka dari antara orang mati di akhir zaman dan memberi mereka hidup yang kekal.
Pemilihan bukanlah hanya untuk pelayanan, seperti yang dinyatakan oleh musuh-musuh modern dari doktrin Reformasi tentang predestinasi. Bukan pula makna pemilihan hanyalah untuk menjadi dorongan bagi gereja di masa-masa penganiayaan, seperti yang disarankan oleh Heiko Obermann, seorang sarjana Reformasi, di dalam buku terbarunya, The Two Reformations: The Journey from the Last Days to the New World (New Haven, CT: Yale University Press, 2003). Allah telah memilih laki-laki dan perempuan untuk keselamatan di dalam Yesus Kristus. Ia telah memberikan pribadi-pribadi ini kepada Yesus Kristus, untuk menerima dan berbagi segala sesuatu dari apa jadinya Yesus Kristus dan apa yang Ia dapatkan melalui salib dan kebangkitan-Nya.
Ada kebenaran lain lagi mengenai pemilihan yang Yesus ajarkan di dalam Yohanes 6:37 yang bisa dengan mudah luput dari perhatian: Di dalam dekrit tentang pemilihan, Allah telah terlebih dahulu memilih Yesus Kristus. Jika Allah memberikan kita kepada Kristus, Kristus ada di sana, di dalam dekrit, untuk menerima semua yang Bapa berikan kepada-Nya. Allah Tritunggal telah memilih Manusia itu, Yesus Kristus (yang Pribadi-Nya adalah Anak Allah yang kekal), pertama-tama untuk memuliakan Allah sebagai Kepala gereja. Kemudian Allah telah memilih seluruh kumpulan kaum pilihan, sebagai tubuh dan mempelai perempuan dari Yesus Kristus.
Kristus bukan hadir di dalam dekrit tentang pemilihan hanya sebagai pelaksana dekrit tersebut – sebagai yang melaksanakan keselamatan yang kepadanya kaum pilihan telah ditentukan. Tetapi Yesus Kristus adalah yang utama di dalam dekrit itu. Ia adalah yang pertama di dalam dekrit itu. Ia membentuk dekrit itu. Ia menentukan “semua yang,” yang diberikan kepada-Nya, sebagaimana kepala menentukan tubuh. Sebagaimana Adam menentukan Hawa yang akan menjadi pelengkap dan penolongnya, dan sebagaimana fondasi menentukan rumah yang akan dibangun di atas fondasi itu.
Pertanyaan, “Mengapa Allah memberikan laki-laki dan perempuan kepada Yesus Kristus?” adalah tidak terelakkan sekaligus penting. “Mengapa Allah memilih orang-orang untuk keselamatan?” Dan, “Mengapa Allah memilih orang-orang tertentu seperti yang Ia lakukan?” Lebih pribadi lagi, “Mengapa Allah memberi saya, istri saya, dan anak-anak saya kepada Kristus? “Apa yang menggerakkan Allah untuk melakukan ini?”
Ada dua jawaban yang mungkin untuk pertanyaan ini, dan setiap orang Kristen dan gereja dan theolog yang mengaku beriman memberikan salah satu dari kedua jawaban tersebut. Satu jawaban, yang banyak diterima di zaman kita yang murtad ini, adalah “karena mereka yang diberikan kepada Kristus itu memang layak mendapatkannya, menunjukkan bahwa diri mereka memang pantas untuk itu, atau membedakan diri mereka dengan cara tertentu dari orang-orang yang tidak Allah berikan kepada Kristus.” Ini adalah akar dari injil keselamatan yang palsu oleh kehendak dan perbuatan orang berdosa.
Jawaban yang lainnya adalah “karena Allah secara bebas mengasihi mereka yang Ia berikan kepada Kristus, meskipun mereka tidak layak, bahkan meskipun sebenarnya mereka layak menerima apa yang persis bertolak belakang dengan yang diberikan kepada Kristus,” yang ayat 37 deskripsikan sebagai “dibuang.” Ini adalah akar dari Injil keselamatan yang hanya oleh anugerah.
Yesus menyatakan bahwa penjelasan bagi pemberian anugerah ini – semata-mata anugerah; semata-mata anugerah yang cuma-cuma; semata-mata anugerah yang berdaulat. Allah tidak memberikan kita kepada Yesus karena kita datang kepada Yesus, atau karena kita akan datang kepada Yesus, atau karena Allah memiliki prapenglihatan bahwa kita akan datang kepada Yesus. Tetapi kita datang kepada Yesus karena Allah telah memberikan kita kepada Yesus di dalam kekekalan. Datangnya kita kepada Yesus, yang ayat 40 deskripsikan sebagai memercayai Yesus, telah melihat Dia di dalam Firman ketika Ia dipresentasikan di dalam pemberitaan Injil, adalah karena Allah memberikan kita kepada Yesus. Yesus tidak berkata, “Semua yang akan datang kepada-Ku, akan Bapa berikan kepada-Ku.” Tetapi Ia berkata, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku.”
Jika kebenaran ini diungkapkan secara theologis, Yesus mengajarkan bahwa iman mengikuti, bersandar pada, dan dikarenakan pemilihan yang kekal.
Karena semua kebaikan kita adalah buah dan hasil dari datangnya kita kepada Kristus, dan dengan demikian menerima dari-Nya kebaikan yang ada di dalam Dia, maka tidak ada apa pun di dalam diri kita yang alamiah yang dapat menjadikan kita layak mendapat pemilihan, yang bisa membedakan kita dari orang lain, atau yang dapat membuat Allah tertarik dan memilih diri kita.
Satu-satunya alasan Allah memberikan kita kepada Kristus adalah di dalam Allah yang melakukan pemilihan itu. Alasan itu adalah, dan hanya mungkin adalah, anugerah.
Ketidaklayakan kita untuk diberikan kepada Kristus, dan anugerah Allah di dalam memberikan kita, diimplikasikan oleh deskripsi Yesus yang mencengangkan tentang pemilihan: memberikan pribadi-pribadi kepada Kristus. Hanya ada satu alasan mengapa orang perlu diberikan kepada Kristus: orang itu adalah orang berdosa. Orang itu bersalah, memerlukan pengampunan dari Yesus. Orang itu rusak, memerlukan kekudusan dari Yesus. Orang itu terasing dari Allah, memerlukan rekonsiliasi. Orang itu mati, memerlukan kebangkitan kepada kehidupan.
Maka kita tampak bagi pikiran Allah, ketika Ia memilih kita, tanpa ada perbedaan dengan mereka yang tidak diberikan kepada Yesus Kristus, sebagai orang yang tidak dapat melakukan kebaikan apa pun, termasuk kebaikan berupa memercayai Yesus, seperti mereka yang dilewatkan di dalam dekrit tentang pemilihan.
Seperti inilah Rasul Paulus mendeskripsikan pemilihan di dalam Roma 11:5: “pilihan kasih karunia (anugerah).”
Seperti inilah Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht mendeskripsikan pemilihan ketika dokumen tersebut mendefinisikan predestinasi sebagai “pembedaan yang tak terselami, yang penuh kemurahan dan sekaligus adil itu, yaitu pembedaan antara manusia yang telah sama-sama binasa” (I:6).
Allah bukan baru untuk pertama kalinya menunjukkan anugerah kepada kita ketika Ia mempertobatkan kita. 2 Timotius 1:9 mengajarkan bahwa Allah sudah beranugerah kepada kita di dalam kekekalan: “Dialah yang menyelamatkan kita ... bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman.”
Pemilihan yang penuh anugerah ini, diakui oleh Iman Reformed sebagai pemilihan yang tanpa syarat. Pilihan Allah atas pribadi-pribadi tertentu bagi keselamatan bukan bergantung pada, atau dikondisikan oleh, apa pun yang mereka perbuat, misalnya, memercayai Kristus, atau oleh keberadaan tertentu dari diri mereka, misalnya, sebagai orang-orang yang secara alamiah mengasihi Allah dan secara alamiah layak dikasihi oleh Allah. Pemilihan Allah atas pribadi-pribadi bukan bergantung pada mereka yang dipilih itu, seakan-akan Allah memiliki prapenglihatan tentang siapa yang akan percaya dan terus percaya, dan memberikan mereka kepada Yesus. Ini adalah ajaran kaum Arminian pada masa Sinode Dordrecht. Pasal-Pasal Ajaran, atau keputusan-keputusan, Dordrecht mengutuk ajaran kaum Arminian ini sebagai injil palsu. Keputusan Dordrecht ini tetap berdiri sebagai keputusan resmi iman Reformed atas doktrin pemilihan yang bersyarat sampai sekarang ini.
Berbicara, seperti yang dilakukan banyak pihak yang mengaku sebagai Calvinis, tentang “kaum Arminian Injili” adalah penolakan terhadap Dordrecht dan merupakan istilah yang berkontradiksi. “Injili” berarti mengakui Injil. Orang yang mengakui Injil, yang adalah berita anugerah, yang berakar di dalam pemilihan yang tidak bersyarat, yaitu pemilihan yang penuh anugerah, tidak mungkin seorang Arminian. Seorang Arminian, yang berpegang (seperti hanya setiap Arminian) bahwa pemilihan, bahkan pemilihan atas dirinya sendiri, adalah bersyarat, yaitu bergantung pada dirinya sendiri, bukanlah seorang Injili. Ia tidak mengakui Injil anugerah. Ia tidak-Injili, bahkan anti-Injili. Mereka yang benar-benar Injili harus bersaksi kepada orang itu tentang Injil anugerah dan memanggilnya untuk bertobat dan percaya kepada Injil.
Betapa pentingnya kebenaran tentang pemilihan yang tanpa syarat ini bagi jaminan kepastian keselamatan saya! Datangnya saya kepada Kristus di dalam iman adalah jaminan kepastian, bukan hanya bagi keselamatan saya saat ini (karena Yesus tidak akan membuang siapa pun yang datang kepada-Nya), tetapi juga bagi pemilihan kekal Allah atas diri saya (karena datang kepada Kristus adalah buah dan efek dari pemilihan). Karena pemilihan, sebagai kehendak Allah yang tidak bersyarat bagi keselamatan saya adalah tidak bisa berubah (pemilihan itu sama sekali bukan bergantung pada saya, melainkan hanya pada anugerah Allah), saya diberikan jaminan kepastian akan keselamatan kekal saya. Ini adalah penghiburan bagi orang percaya Reformed dan anak-anaknya yang terpilih.
Di sisi lain, mereka yang beranggapan bahwa pemilihan Allah atas diri mereka bergantung pada iman mereka tidak pernah dapat memiliki jaminan kepastian akan keselamatan mereka. Mereka percaya karena kehendak bebas mereka saat ini, tetapi mereka akan kehilangan iman mereka karena kehendak bebas mereka besok. Karena pemilihan atas diri mereka bergantung setiap saat pada kehendak bebas mereka yang sangat labil, mereka mungkin menjadi reprobat besok, dan binasa secara kekal. Dalam kenyataannya, mereka bahkan tidak yakin dengan kesejatian dan kelayakan iman mereka. Bagi mereka, iman tidak lain hanyalah keputusan manusia untuk memilih Kristus. Bagi orang percaya Reformed, imannya adalah sebuah ikatan rohani dengan Kristus dan sebuah aktivitas sorgawi berupa mengetahui dan memercayai Kristus, yang dikerjakan di dalam dirinya oleh kuasa Allah yang memilih.
Hal yang secara khusus membuat anugerah Allah yang memilih pribadi-pribadi tertentu kepada Kristus di dalam dekrit tentang pemilihan patut dihormati dan dipuji adalah bahwa Allah tidak memberikan semua orang tanpa terkecuali kepada Yesus Kristus (bdk. Pasal-Pasal Ajaran I:15). Allah telah mengeksklusi orang-orang lain dari kelompok besar orang-orang yang Ia berikan kepada Anak-Nya. Penolakan Allah terhadap sebagian orang di dalam dekrit kekal yang sama yang di dalamnya Ia memilih sebagian yang lain diajarkan secara jelas oleh Yesus di dalam Yohanes 6:37. Jika semua yang Bapa berikan kepada Yesus akan datang kepada-Nya, dan jika, di dalam kenyataannya, tidak semua orang datang kepada Yesus, maka sejumlah manusia – semua yang tidak datang kepada Dia di dalam iman – tidak diberikan kepada Yesus oleh Bapa, melainkan ditolak oleh-Nya.
Dekrit tentang pemilihan adalah dekrit yang selektif: dekrit ini memilih sebagian dari umat manusia, dan melewatkan yang lainnya. Ini adalah satu aspek yang penting dari ajaran Yesus di dalam Yohanes 6. Di dalam ayat 36, Ia berbicara kepada orang-orang yang mendengarkan Dia tetapi tidak percaya kepada-Nya: “Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” Tetapi ketidakpercayaan mereka tidak mengindikasikan gagalnya kehendak Allah, atau gagalnya pelayanan Kristus. Ayat 37 menekankan bahwa Allah tidak pernah memberikan mereka kepada Yesus, bahwa tidak pernah merupakan kehendak Allah agar mereka percaya dan diselamatkan, dan bahwa Yesus, yang datang untuk melakukan kehendak Bapa, tidak pernah mengupayakan keselamatan mereka.
Yesus mengajarkan tentang reprobasi di dalam ayat 37, sebagaimana halnya tentang pemilihan. Allah melewatkan sebagian orang dengan dekrit kekal yang memberikan pribadi-pribadi tertentu kepada Yesus Kristus. Pelewatan dengan pemilihan ini adalah dekrit kekal yang menetapkan pribadi-pribadi ini kepada nasib kekal berupa dibuang untuk selamanya.
Ini adalah hal yang adil di pihak Allah. Ia tidak berutang kepada siapa pun sehingga Ia harus memberikan mereka kepada Yesus Kristus. Memberikan seseorang kepada Yesus Kristus adalah tindakan Allah yang penuh anugerah. Mereka yang berkeberatan terhadap reprobasi sebenarnya mengambil posisi bahwa Allah seharusnya memilih setiap orang, dan dengan begitu menyangkal anugerah pemilihan. Selain itu, hukuman yang ditetapkan Allah bagi sebagian orang memang layak mereka terima karena ketidakpercayaan mereka dan semua dosa lain yang mereka lakukan.
Keadilan dari reprobasi Allah tidak mengurangi kedaulatan dekrit tersebut. Reprobasi juga tanpa syarat seperti halnya pemilihan. Kaum reprobat terlibat di dalam sengsara yang sama dengan kaum pilihan. Bahwa Allah mereprobasi sebagian manusia sementara memilih sebagian lainnya hanya bisa dijelaskan oleh kedaulatan Allah. Merupakan kerelaan kehendak-Nya untuk melakukan seperti itu. Inilah penjelasan Yesus sendiri tentang karya Allah di dalam menyembunyikan Injil dari sebagian orang, sedangkan menyatakannya kepada yang lain: “Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (Mat. 11:26).
Secara khusus aspek predestinasi yang inilah yang dibenci dan dilawan. Pihak-pihak yang secara terbuka memusuhi iman Reformed – Katolik Roma dan kaum Arminian – selalu menjadikan reprobasi sasaran khusus dari kemarahan dan kecaman mereka. Ketika pihak Arminian hadir di hadapan Sinode Dordrecht pada tahun 1618, mereka membuka serangan mereka terhadap Injil anugerah dengan serangan terhadap doktrin reprobasi.
Saat ini, mereka yang mengaku sebagai Calvinis juga melawan reprobasi. Ada yang menolaknya secara blak-blakan. Yang lain, yang kurang jujur, menolak reprobasi dengan sama efektifnya dengan sama sekali tidak mau membicarakannya, dan pada saat yang sama, menekankan ajaran yang sepenuhnya berkontradiksi dengan reprobasi. Itu adalah ajaran bahwa Allah menghendaki keselamatan semua manusia tanpa terkecuali di dalam kasih yang Ia miliki bagi mereka semua. Kehendak Allah yang penuh kasih bagi keselamatan semua manusia ini kemudian Ia ungkapkan dan coba realisasikan di dalam pemberitaan Injil Kristus sebagai “tawaran” yang impoten. Iain Murray dari Banner of Truth di Britania Raya dengan giat mendukung penyangkalan terhadap reprobasi ini di seluruh negeri, dan di seluruh dunia Calvinistik, misalnya di dalam bukunya Spurgeon v. Hyper-Calvinism: The Battle for Gospel Preaching (Edinburgh: Banner, 1995).
Hasil dari semua ini adalah ajaran bahwa Allah memiliki dua dekrit tentang pemilihan. Yang satu adalah kehendak Allah yang penuh anugerah bagi keselamatan semua manusia tanpa terkecuali. Tentu saja, kehendak Allah yang ini sifatnya bersyarat. Kehendak ini bergantung pada penerimaan orang berdosa atas tawaran keselamatan. Kehendak Allah yang ini tidak efektual. Bahkan kehendak-Nya ini sering digagalkan. Dekrit tentang pemilihan yang lainnya adalah kehendak Allah bagi keselamatan hanya sebagian orang – mereka yang secara aktual diselamatkan. Karena dekrit yang partikuler ini, didahului oleh kehendak bagi keselamatan semua manusia secara bersyarat, maka dekrit ini pun dalam realitasnya bersifat bersyarat, yaitu bergantung pada iman dari mereka yang dipilih.
Inilah persisnya ajaran sesat kaum Arminian di Dordrecht. Mereka juga mengajarkan suatu dekrit partikuler tentang pemilihan, khususnya ketika mereka ingin membuat pihak ortodoks terkesan dan tertipu. Tetapi dengan dekrit partikuler ini mereka sebenarnya mengajarkan dekrit yang umum, tidak tertentu, tidak pasti, dan bersyarat, yang menginginkan keselamatan semua manusia tanpa terkecuali. Iman Reformed telah mengutuk doktrin tentang dua kehendak, atau tujuan (atau kerinduan, atau keinginan) Allah yang berkontradiksi mengenai keselamatan orang-orang berdosa ini. Sinode Dordrecht (1618-1619) menyatakan hal berikut mengenai doktrin Arminius (dan Murray) tentang dua pemilihan atas orang-orang berdosa:
Setelah menguraikan ajaran ortodoks mengenai pemilihan dan penolakan, sinode menolak ajaran-ajaran sesat orang yang mengajar ... [bahwa] pemilihan oleh Allah untuk hidup yang kekal adalah bermacam-macam. Ada pemilihan yang umum dan tidak tentu, ada yang khusus dan tentu. Pemilihan yang disebut terakhir ini ada yang tidak tuntas, dapat dicabut, tidak bersifat menentukan, dan bersyarat, ada yang tuntas, tak dapat dicabut, bersifat menentukan, dan mutlak.... Ajaran ini merupakan khayalan otak manusia, yang direka-reka di luar Alkitab. Olehnya ajaran mengenai pemilihan dirusak dan diputuskanlah rantai emas keselamatan kita ini, “Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Rm. 8:30) (Pasal-Pasal Ajaran I: Penolakan Ajaran Sesat:2)
Penolakan terhadap reprobasi secara otomatis juga merupakan penolakan terhadap pemilihan yang alkitabiah. Ini merupakan penolakan terhadap pemilihan yang diajarkan oleh Yesus di dalam Yohanes 6. Jika Allah tidak menolak seorang pun di dalam dekrit yang kekal, Ia pasti telah memilih semua orang. Maka, kegagalan sebagian orang untuk percaya menunjukkan kegagalan anugerah Allah dan kegagalan Yesus Kristus. Dan datangnya sebagian orang lain bukanlah karena anugerah pemilihan (karena Allah telah menghendaki keselamatan bagi semua orang secara sama rata), tetapi merupakan prestasi mereka sendiri. Maka, penolakan kepada reprobasi berarti hilangnya Injil anugerah.
Bertolak belakang dengan rasa malu, ketakutan, dan bungkamnya begitu banyak kaum Calvinis yang tidak bertulang punggung dan berkompromi menyangkut “predestinasi ganda,” yaitu pemilihan yang diiringi oleh reprobasi, Yesus di hadapan umum memproklamasikan predestinasi. Ia memproklamasikannya di dalam latar penginjilan, di Yohanes 6. Yesus memproklamasikannya karena Ia berketetapan untuk memberitakan bahwa keselamatan adalah karena anugerah.
Yesus mengajarkan bahwa sumber dan penyebab semua keselamatan adalah diberikannya orang-orang itu – laki-laki maupun perempuan – oleh Allah kepada-Nya. Ia sendiri sebagai Sang Juruselamat dari manusia yang berdosa dan terhilang – laki-laki maupun perempuan – dan seluruh karya keselamatan-Nya adalah karena Allah memberikan orang-orang kepada-Nya di dalam kekekalan. Mengapa Ia turun dari sorga? Mengapa Ia berkhotbah dan melakukan mujizat-mujizat? Mengapa Ia menderita dan mati? Mengapa Ia akan membangkitkan laki-laki maupun perempuan di hari teakhir?
Karena Bapa telah memberikan kepada-Nya satu umat!
Khususnya, datangnya kita kepada Yesus memiliki sumber dan penyebabnya di dalam diberikannya kita oleh Allah kepada Yesus di dalam dekrit tentang pemilihan. Ini adalah kebenaran yang benar-benar vital yang Yesus ajarkan di dalam Yohanes 6:37. Ada orang yang menolak untuk datang kepada Dia ketika Ia melakukan mujizat memberi makan kepada orang banyak dan ketika Ia memproklamasikan diri-Nya sebagai roti Allah dari sorga. Yesus mengakui hal ini di dalam ayat 36: “Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” Yesus tidak menjadi kecil hati, seakan-akan kehendak Allah tidak mencapai tujuannya dan misi-Nya menjadi kegagalan. Ia tidak merespons, “Allah dengan tulus ingin menyelamatkan kalian, tetapi kalian menolak anugerah-Nya.” Ia justru berkata kepada mereka, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku,” yang secara jelas mengimplikasikan bahwa tidak datangnya mereka kepada Dia adalah sesuai dengan reprobasi Allah terhadap mereka.
Yohanes 10:26 mencatat perkataan Yesus kepada sekelompok orang-orang tertentu yang tidak percaya, “Tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.” Karena pribadi-pribadi tertentu bukanlah domba-domba Kristus melalui diberikan kepada Kristus di dalam dekrit tentang pemilihan, Allah menahan iman dari mereka, ketika Injil diberitakan, dan mengeraskan mereka di dalam ketidakpercayaan alamiah mereka.
Datang kepada Yesus Kristus bukanlah kemampuan alamiah orang berdosa. Datang kepada Kristus bukanlah satu syarat yang harus dilakukan oleh orang berdosa agar bisa diselamatkan. Datang kepada Kristus bukanlah tindakan orang berdosa yang padanya bergantung efektivitas dari kehendak Allah yang penuh anugerah bagi keselamatan semua manusia tanpa terkecuali.
Datang kepada Kristus adalah karunia dari Allah kepada orang-orang tertentu.
Ini adalah ajaran Yesus di dalam Yohanes 6:37: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku.”
Datang kepada Kristus adalah aktivitas rohani dari seorang yang berdosa yang memercayai hanya Yesus Kristus untuk pengampunan dan hidup yang kekal. Ini adalah aktivitas dari dia, yang dengan mengetahui bahwa dirinya adalah orang berdosa yang bersalah, rusak, dan papa, yang hanya layak untuk menerima hukuman dari penghakiman yang adil oleh Allah yang kudus, tersungkur di hadapan Yesus Kristus demi seluruh keselamatannya.
Di dalam satu kata, datang kepada Yesus adalah iman.
Dan iman mengalir dari, dihasilkan oleh, dan disebabkan oleh pemilihan. Semua orang yang diberikan Bapa kepada Yesus akan datang kepada-Nya, yaitu seluruh tubuh gereja yang besar itu, yang terdiri dari sejumlah besar individu yang pasti dan tertentu, yang berasal dari segala bangsa dan ras, yang dipilih oleh Allah, akan memercayai Yesus Kristus. Mereka akan datang karena Allah telah memberikan mereka kepada Kristus. Kehendak Allah – kehendak-Nya yang kekal, penuh anugerah, dan memilih – adalah mahakuasa, menarik “semua yang” Ia berikan kepada Kristus untuk sampai kepada Kristus oleh iman yang sejati. “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” (Yoh. 6:44).
Karena datang kepada Kristus, atau iman, adalah sarana untuk menerima Kristus sendiri sebagai Juruselamat dan segala berkat dari keselamatan, pemilihan adalah sumber dan penyebab semua keselamatan.
Hal yang perlu secara khusus dibela di dalam lingkungan Reformed pada saat ini adalah bahwa pemilihan adalah sumber dan penyebab keselamatan, yang menentukan siapa yang akan diselamatkan, di dalam sfer kovenan, di antara anak-anak dari orang tua yang percaya. Hal ini disangkal secara luas oleh banyak pengkhotbah, theolog, dan gereja Reformed. Penyangkalan ini sering diungkapkan di dalam pernyataan yang menyesatkan dan bodoh, “Pemilihan dan kovenan tidaklah identik.” (Tidak ada theolog atau gereja Reformed di dalam seluruh sejarah Protestanisme Reformed yang pernah begitu bodoh sehingga sampai menganggap pemilihan dan kovenan adalah identik.) Apa yang dimaksudkan adalah bahwa pemilihan benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun dengan keselamatan di dalam kovenan. Di dalam sfer kovenan, khususnya di antara anak-anak jasmaniah dari orang tua yang percaya, semuanya sama-sama dikatakan sebagai objek dari janji Allah yang penuh anugerah dan kasih-Nya yang menyelamatkan di dalam Kristus. Tetapi keselamatan yang aktual dan kekal dari seorang anak tertentu bergantung pada penggenapannya atas syarat yang dituntut. Syarat itu adalah tindakannya untuk percaya. Apa yang menjadi inti dari ajaran yang populer ini adalah doktrin bahwa kehendak dari orang yang berdosa, dalam kasus ini adalah kehendak dari balita yang berdosa, menjadi pengambil keputusan bagi keselamatan di dalam sfer kovenan.
Yesus Kristus mengajarkan hal yang sebaliknya di dalam Yohanes 6. Ketika berbicara dengan orang-orang Yahudi, keturunan jasmaniah dari Abraham (kepada siapa Allah telah memberikan janji kovenan, “Aku akan menjadi Allah atas keturunanmu”), yang disunat dengan tanda dan meterai dari kovenan itu, Yesus berkata, “Di dalam sfer kovenan, mengenai keturunan jasmaniah dari Abraham, semua yang Bapa berikan kepada-Ku akan datang kepada-Ku.” Pemilihan adalah sumber dan penyebab keselamatan di dalam kovenan, sebagaimana di ladang misi. Mengenai anak-anak kita pun, adalah benar bahwa mereka tidak bisa datang kepada Kristus kecuali Bapa menarik mereka, dan Ia menarik mereka, dan hanya mereka, yang telah Ia berikan kepada Kristus.
Dengan sumber dan penyebabnya di dalam pemilihan yang tanpa syarat, segenap keselamatan adalah karena anugerah – secara keseluruhan dan eksklusif adalah karena anugerah, dari karunia iman sampai keajaiban kebangkitan tubuh di akhir zaman.
Lalu, mengapakah para theolog Reformed takut terhadap pemilihan? Mengapakah para pengkhotbah tidak membahasnya? Mengapakah gereja-gereja menoleransi kontradiksi terhadapnya dengan mengajarkan bahwa Allah memiliki kehendak yang beranugerah tetapi bersyarat dan tidak efektual bagi keselamatan semua manusia tanpa terkecuali?
Sebagai sumber dan penyebab seluruh keselamatan, pemilihan harus dikhotbahkan, diakui, dinyanyikan, dan dibela.
Peringatan bahwa pemilihan mengimplikasikan, menyebabkan, atau mendorong kecerobohan dan sikap pasif, khususnya menyangkut kedatangan kepada Kristus untuk keselamatan, adalah tudingan yang tanpa bukti. “Gereja yang dengan sepenuh hati mempertahankan pemilihan dan reprobasi tidak dapat memanggil orang-orang berdosa untuk datang kepada Kristus!” “Orang yang meyakini pemilihan atas dirinya sendiri tidak akan datang kepada Kristus, atau akan meminimalkan arti penting dari datang kepada Kristus seumur hidupnya!”
Yesus mengajarkan pemilihan maupun arti penting, bahkan keniscayaan, dari kedatangan kepada-Nya. Bahwa semua yang Bapa berikan kepada-Nya akan datang kepada-Nya tidak mengimplikasikan tidak pentingnya kedatangan kepada-Nya untuk keselamatan. Justru sebaliknya! Datang kepada Kristus adalah satu-satunya jalan untuk menerima keselamatan yang Allah kehendaki bagi kita di dalam dekrit. Pemilihan itu sendiri menegaskan bahwa datang kepada Kristus adalah satu-satunya jalan keselamatan. Pemilihan bukan hanya menentukan akhir (yaitu keselamatan), tetapi juga menentukan sarana dan jalan (yaitu datang kepada Kristus).
Dengan demikian, memercayai pemilihan, memercayai bahwa pemilihan telah memberikan Kristus sebagai Juruselamat bagi orang-orang berdosa, memercayai bahwa pemilihan telah membuka satu jalan keselamatan bagi orang-orang berdosa, memercayai bahwa pemilihan akan menjadikan khotbah menghasilkan buah di dalam penyelamatan orang-orang berdosa, gereja pergi dalam misi untuk memberitakan Kristus kepada semua orang dan memanggil semua orang untuk datang kepada Kristus. Demikian pula, gereja memanggil semua anak-anak dari orang percaya untuk datang kepada Kristus.
Di dalam panggilan ini, gereja bukan menyangkali pemilihan dengan memberitakan bahwa Allah mengasihi semua manusia, bahwa Kristus telah turun dari sorga untuk menjadi Juruselamat bagi semua manusia, dan bahwa Allah memiliki kehendak yang penuh anugerah bagi keselamatan semua manusia. Sebaliknya, panggilan itu mengumumkan bahwa Kristus akan menerima, dan sama sekali tidak akan membuang, setiap orang yang datang. Dan panggilan itu akan menjamin kepastian bagi semua yang datang kepada Kristus bahwa mereka datang karena Allah telah memberikan mereka kepada Kristus di dalam kekekalan.
Di dalam datang kepada Kristus, kita mendapatkan jaminan kepastian akan pemilihan kita.
Doktrin tentang pemilihan yang tanpa syarat memberikan jaminan kepastian.
Ada jaminan kepastian bahwa semua kaum pilihan akan datang kepada Kristus dan diselamatkan. Pemilihan atas “semua yang” di dalam Yohanes 6:37 adalah pasti. Tidak seorang pun dari mereka yang termasuk di dalam “semua yang” itu akan menjadi terhilang. Segenap gereja akan hidup di dalam kehidupan dan kemuliaan yang kekal.
Ini adalah jaminan kepastian bagi Kristus sendiri ketika Ia mengalami penolakan terhadap diri-Nya oleh ketidakpercayaan banyak orang yang mendengarkan Dia. Ia memberikan jaminan kepastian bagi jiwa manusiawi-Nya sendiri ketika Ia berkata, di hadapan ketidakpercayaan orang banyak, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku.”
Gereja, para pelayannya, dan para misionarisnya juga memiliki jaminan kepastian ini di dalam kerja keras mereka yang sering kali sulit dan menyebabkan kecil hati.
Tetapi jaminan kepastian dari pemilihan yang saya maksudkan adalah jaminan kepastian pribadi kita sendiri bahwa kita telah diberikan kepada Kristus oleh Bapa di dalam keputusan kehendak-Nya yang kekal.
Apakah ajaran Yesus berlaku bagi saya secara pribadi? Bisakah saya merasa pasti bahwa saya tidak akan pernah dibuang? bahwa Yesus akan membangkitkan saya di akhir zaman? bahwa saya akan termasuk di dalam “semua yang” yang Bapa berikan kepada Yesus?
Tujuan Yesus di dalam Yohanes 6 adalah jaminan kepastian bagi setiap orang yang telah Bapa berikan kepada-Nya jaminan kepastian bagi keselamatan di saat ini maupun di masa depan, yang didasarkan pada pemilihan, pemilihan yang tentangnya setiap orang harus memiliki jaminan kepastian. Seluruh perikop tersebut, ayat 37-40, menyatakan tujuan berupa jaminan kepastian: Semua akan datang kepada-Ku; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang; inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang; setiap orang yang percaya beroleh hidup yang kekal, dan Aku membangkitkannya.”
Hal yang menonjol adalah bahwa di paruh kedua dari ayat 37, bahasa Yesus menjadi bersifat pribadi dan individual. Setelah memulai dengan berbicara tentang “semua yang” – yaitu seluruh gereja – Ia sekarang berbicara tentang setiap individu: “dia yang datang kepada-Ku” (KJV). Secara emfatik, jaminan kepastian yang Ia inginkan agar dimiliki oleh setiap orang dari “semua yang” itu, dan jaminan kepastian yang Ia berikan dengan perkataan ini, yang diterapkan kepada hati setiap orang itu oleh Roh Kristus, adalah kepastian bahwa Allah telah memberikan dirinya kepada Yesus – kepastian tentang pemilihan atas dirinya.
Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht adalah alkitabiah ketika mengakui “Orang-orang pilihan diyakinkan mengenai pemilihan mereka yang kekal dan yang tak berubah-ubah ... masing-masing pada waktunya” (I:12).
Kita masing-masing menerima jaminan kepastian tentang pemilihan melalui kedatangan kepada Kristus, yaitu oleh iman kepada-Nya. Bahwa inilah jalannya, satu-satunya jalan, untuk menjadi pasti mengenai pemilihan, diajarkan oleh Yesus ketika Ia mengaitkan pemilihan dan iman seperti yang dilakukan-Nya. Karena iman adalah buah yang pasti dari pemilihan, setiap orang yang percaya, dari hati, memiliki jaminan kepastian akan pemilihan atas dirinya. Iman itu sendiri adalah jaminan kepastian bagi keselamatan yang penuh anugerah, yang berakar di dalam dan didasarkan pada pemilihan yang tanpa syarat. Iman adalah juga bukti dari pemilihan: Tidak seorang pun bisa dan akan percaya, kecuali Allah memberikannya kepada Yesus.
Sungguh jaminan kepastian yang limpah: Saya adalah milik Kristus sejak kekekalan! Saya adalah milik Kristus sekarang! Saya akan menjadi milik Kristus untuk selamanya! Dan semuanya karena sebuah keputusan yang penuh anugerah, yang bukan bergantung pada kehendak saya, perbuatan saya, atau nilai diri saya!
Jaminan kepastian seperti ini hanya ada di mana Injil tentang pemilihan yang tanpa syarat diberitakan dan dipercayai. Di dalam pengajaran tentang pemilihan yang bersyarat, entah oleh Roma, atau oleh “kaum Injili” dan karismatik yang secara terbuka mengajarkan tentang keselamatan oleh kehendak bebas orang berdosa, atau oleh pihak-pihak yang mengaku sebagai Calvinis dengan ajaran mereka tentang pemilihan yang universal dan bersyarat dari kehendak Allah yang penuh anugerah untuk menyelamatkan semua manusia, atau oleh pihak visi federal yang mengajarkan pemilihan yang bersyarat di dalam kovenan, hanya ada ketakutan bahwa keselamatan pada saat ini maupun pemilihan itu sendiri bisa hilang dan memang dihilangkan oleh banyak orang. Meskipun orang datang kepada Kristus pada hari ini, ia bisa dibuang besok, dan untuk selamanya. Meskipun orang percaya dan memiliki hidup yang kekal sekarang, ia mungkin tidak akan dibangkitkan ke dalam kehidupan pada akhir zaman. Banyak orang yang hidup dan mati di dalam ketakutan ini – banyak orang yang mengaku sebagai Kristen.
Betapa mengerikan!
Keraguan terhadap pemilihan bukanlah kehendak Bapa, bukan bagi mereka yang telah Ia berikan kepada Yesus.
Di dalam anugerah-Nya, Bapa menghendaki keselamatan.
Di dalam anugerah-Nya, Ia juga menghendaki kepastian keselamatan kita.
Bab 3: Penebusan Yang Partikuler
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.