oleh Prof. David Engelsma
Hari ini kita menyaksikan hal-hal yang sengit dalam pendidikan Amerika Serikat: meningkatnya banyak sekolah privat (sekolah swasta) yang menamakan diri mereka sekolah Kristen. Di masa lalu, hanya Gereja Katolik Roma , beberapa Gereja Luther, dan orangtua Reformed yang mendirikan sekolah-sekolah Kristen; sisanya mengandung pendidikan publik yang diatur oleh pemerintah kita. Akhir-akhir ini, banyak gereja dan orangtua telah mendirikan sekolah Kristen di samping sekolah-sekolah publik (sekolah pemerintah). Banyak sekolah seperti ini telah didirikan dalam beberapa tahun silam di Amerika Serikat bagian Selatan, tetapi mereka juga bermunculan di sini (di bagian Utara dari Amerika Serikat) dan ada di seluruh negeri ini.
Boleh jadi bahwa gereja-gereja lain dan para orangtua melihat terang dan mereka kini bersatu dengan kita dalam menanggung panggilan untuk mendidik anak-anak dari jemaat di dalam ”ajaran dan nasihat Tuhan” (Ef. 6:4). Banyak kasus, sekalipun tidak sering, hal ini bisa juga tidak dilakukan. Mereka tidak benar-benar melihat terang itu sama sekali. Mereka bukanlah benar-benar salah satu dari antara kita dalam pengadaan sekolah Kristen. Hal ini jelas ketika kita memperhatikan alasan-alasan (visi-misi) dari pendirian dari banyak sekolah demikian.
Alasan pendirian dari sekolah-sekolah ini dapat diungkapkan dalam satu kata: ketidakpuasan dengan pendidikan dari sekolah-sekolah publik. Ketidakpuasan ini sangat tersebar luas. Hal ini ditemukan di antara banyak orangtua yang bukan Kristen. Tentu saja, hal ini benar-benar terbukti. Terutama, hal itu harus dilakukan dengan ancaman kepada kesejahterahan jasmani anak-anak. Tahun demi tahun, orang-orang ini tidak terganggu dengan ketiadaan Allah dan Firman-Nya dari sekolah-sekolah publik, maupun oleh keberadaan orang atheis atau mereka yang memercayai evolusi. Namun kini, ketika kesejahterahan fisik dari anak-anak mereka terancam, mereka mulai mempertimbangkan lagi.
Terdapa beberapa bentuk ketidakpuasan. Contohnya, khususnya di daerah Selatan dan di kota-kota besar, pendirian sekolah privat yang agamawi hanya karena mereka membenci penggabungan seperti itu. Sekolah-sekolah tidak hanya mencoba untuk menghindari untuk mengirimkan anak-anak kulit putih mereka untuk berteman dengan anak-anak kulit hitam. Saya menegaskan anda bahwa hal ini adalah pelecehan dari pendidikan Kristen dan hal ini adalah penyalahgunaan dari nama Kristus oleh sekolah yang mengaku ”Sekolah Kristen”. Yang lain juga tidak puas karena pelaksanaan hukum yang kurang di dalam sekolah publik. Terdapat sedikit atau tidak ada disiplin. Peredaran obat-obat terlarang. Pelecehan seksual yang sedang mengintai, termasuk pendidikan seks yang disetujui atau resmi oleh mereka sendiri. Lingkungannya ada kaum berbudaya hippies (kaum yang mendukung konsep gaya pemberontakan remaja-pemuda di tahun 1970-an, dengan musik rock, perilaku yang urakan, dll – terj.). Para orangtua khawatir dangan alasan bahwa anak-anak mereka akan rusak berada di sekolah itu. Bersamaan dengan kehancuran disiplin dan hukum yang melemahkan kualitas pendidikanm, dan kini beberapa orangtua tidak puas dengan sekolah-sekolah karena pendidikan itu sendiri rendah. Mungkin anak-anak juga tidak mendapatkan perhatian tersendiri yang cukup. Mungkin pengajarannya begitu remehnya. Sehingga, para jemaat dan orangtua mendirikan sekolah-sekolah yang berdispilin, berbudi tinggi, dan pendidikan yang lebih unggul. Bagaimanapun, sekolah-sekolah yang menetapkan alasan-alasan ini masih belum termasuk sekolah-sekolah Kristen.
Hal ini mungkin dengan bertumbuh-kembangnya sekolah-sekolah ini malah akan menjadi ancaman bagi sekolah-sekolah Kristen kita sendiri. Pemerintahan dan mayoritas orang pandai, warga yang berpengaruh mengetahui alasan untuk mengembangkan banyak sekolah privat. Hal itu mungkin terjadi bahwa gerakan seperti itu timbul untuk mengancam sistem sekolah publik di mana hal itu memaksa pemerintah untuk melarang semua sekolah Kristen, termasuk juga sekolah Kristen golongan kita karena alasan-alasan prinsip tersebut.
Sekolah kita berbeda dari sekolah-sekolah ini. Kita telah mendirikan itu dengan alasan yang benar-benar berbeda. Sekolah kita teguh berdiri di atas fondasi yang berbeda sepenuhnya. Kita tidak mengatur hal itu untuk menghindari percampuran antar ras; karena kita takut kepada keamanan fisik dari anak-anak kita; karena kita dicekam oleh obat-obatan terlarang; atau bahkan kita melihat kualitas pendidikan yang sedang jatuh. Bayangkan, kita ingin ada disiplin di dalam sekolah, dan kita boleh memiliki hal itu. Kita bersukacita bahwa anak-anak kita bebas dari pencobaan obat-obat terlarang di sekolah, dan juga kehidupan hippies, kerusakan seks, dan tentunya, terhindari dari segala rekan dan teman yang bejat. Kita menuntut kualitas pendidikan yang lebih unggul. Tetapi hal-hal ini bukanlah visi-misi dari sekolah kita.
Sekolah kita adalah sekolah kovenan. Kita yang adalah orangtua dan orang kudus lainnya menetapkan hal ini dan menjaga hal itu di dalam ketaatan kepada tuntutan-tuntutan kovenan (perjanjian dengan Allah yang bersifat kekal – terj.). Keberadaan sekolah itu adalah karena sifat kovenan Allah yang Dia telah dirikan dengan kita sebagai orangtua yang percaya di dalam Anak-Nya, Yesus. Hal ini membentuk sekolah kita menjadi sekolah Kristen yang sejati.
Izinkan saya untuk menjabarkan mengenai kovenan Allah. Di dalam anugerah kedaulatan dan kebebasan-Nya, Allah telah menjadikan diri-Nya dikenal kita yang percaya di dalam-Nya melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus telah mendamaikan kita kepada diri-Nya dan menjadikan kita teman-Nya. Dia telah menjadikan kita umat-Nya dan tinggal dengan kita sebagai Allah kita. Seluruh kehidupan kita adalah suatu kehidupan persahabatan dengan Allah, suatu kehidupan pengetahuan akan kasih-Nya dan mengasihi-Nya. Relasi-Nya adalah kovenan tersebut yang didirikan menurut kemurahan Allah semata. Itulah keselamatan. Itulah yang tertinggi dan satu-satunya yang baik bagi manusia.
Dari sekarang dan selamanya, dengan memberikan kovenan ini kepada kita, Anak Allah yang di dalam daging menderita dan mati. Hal itu termasuk di dalam anugerah-Nya yang menakjubkan dari kovenan Allah kita bahwa Dia telah mengikatkan diri-Nya untuk menyelamatkan anak-anak dari orangtua yang percaya. Inilah doktrin alkitabiah. Di dalam Kejadian 17:7, Yehova menjanjikan Abraham, bapa orang percaya: ”Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu”.
Untuk menunjukkan bahwa baik kovenan-Nya dan diri-Nya tidak akan berubah, Allah mewartakan melalui rasul-Nya dalam khotbah pertama di gereja Perjanjian Baru: ”Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita" (Kis. 2:39). Baptisan anak didasarkan atas kebenaran kovenan ini. Karena anak-anak kita termasuk di dalam kovenan-Nya, Allah menuntut bahwa kita menjaga mereka di dalam takut akan Dia, dalam pengasuhan dan teguran dari Tuhan Yesus Kristus, dan berdasarkan dengan kebenaran Kitab Suci. Tentunya, hal ini tercakup kepada permulaan pelatihan anak-anak yang total, pertama-tama di dalam rumah, kemudian di dalam gereja, tetapi juga di dalam sekolah. Begitu pentingnya tuntutan ini bahwa pendampingan yang saleh dari anak-anak kita adalah dengan cara demikian, dan biasanya hanya dengan begitulah Allah menyampaikan janji-Nya untuk menyelamatkan anak-anak kita.
Segala hal ini jelaslah dan termaktub secara indah di Mazmur 78:1-8. Nats ini mengajarkan bahwa Allah menyelamatkan umat-Nya di dalam garis keturunan tersebut. Hal itu menyebut 3 generasi yang memiliki pengetahuan keselamatan dari Allah, nenek moyang yang sekarang (”Yang telah kami dengar dan kami ketahui”, ay. 3), nenek moyang dari generasi yang sekarang (dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami”, ay. 3), dan anak-anak dari generasi yang kini (”angkatan yang kemudian”, ay. 4). Hal ini bukanlah tiga generasi yang terbatas, tetapi biasanya tiga generasi yang hidup pada waktu yang diberikan, kakek, anak, dan cucu. Keselamatan Allah dari generasi-generasi yang sesudahnya terlaksana dengan jalan pengajaran orangtua terhadap anak-anak mereka: ”Nenek moyang kita telah memberitahukan kita...kita tidak akan menghalangi berita itu dari anak-anak mereka”. Allah menuntut orangtua yang percaya untuk mendidik anak-anak mereka. Menurut ayat 5, Allah telah ”ditetapkan ... hukum Taurat … di Israel”, dan hukum itu adalah perintah bagi nenek moyang “untuk memperkenalkannya kepada anak-anak mereka” (misalnya melalui memuji Allah). Cita-cita dan hasil dari pengajaran ini diberikan di dalam ayat 7: ”supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya”.
Maka di sinilah ditemukan penjelasan akan sekolah kita. Kita dipanggil untuk mengajar anak-anak kita dengan menunjukan mereka puji-pujian akan Tuhan, kekuatan-Nya, dan karya-karya-Nya yang ajaib. Kita melakukan hal ini di rumah, di gereja, dan di sekolah. Sekolah kita didirikan dan didasarkan di dalam kovenan.
Apakah hal ini membuat perbedaan? Apakah hal ini membuat perbedaan praktis sejauh hal itu dikaitkan dalam pendidikan aktual di sekolah kovenan kita? Khususnya, apakah hal itu membuat perbedaan yang penting antara sekolah kovenan kita dan sekolah privat kita dari natur agamawi yang timbul di negeri kita ini? Tentu hal ini benar-benar berbeda.
Pertama, jika kita memandang sekolah kita sebagai sebuah sekolah kovenan, kita akan menjaga hal itu untuk kepentingan Allah, kemuliaan Allah. Karya pendirian dan pemeliharaan hal itu tidak akan menjadi pekerjaan yang mencintai diri. Cinta diri dari melindungi anak-anak kita dari obat-obatan terlarang, kehidupan hippies, dsb. Karya pendirian sekolah-sekolah privat hari ini dalam banyak kasus tidak lebih dari cinta diri. Pengakuan iman Reformed kita, Pengakuan Iman Belgic, memperingatkan kita dalam artikel mengenai pengudusan bahwa terdapat bahaya di mana kita ”tidak pernah melakukan apa pun untuk mengasihi Allah, tetapi hanya mengakibatkan cinta diri dan ketakutan akan penghukuman” (Artikel XXIV). Tepatlah, artikel itu mengajarkan bahwa pekerjaan itu keluar dari motif cinta diri atau keluar dari motif yang takut akan hukuman bukanlah suatu pekerjaan baik. Hanya pekerjaan itu diselesaikan dari cinta Allah merupakan suatu pekerjaan baik. Tujuan utama kita di dalam pendidikan Kristen harus menumbuhkan anak-anak kita untuk mengenal dan melayani Tuhan sehingga Dia boleh dipuji oleh mereka. Dengan motif dari cinta akan Allah, marilah orangtua mengirimkan anak-anak mereka, mau membayar harga, dan mendukung guru-guru kita. Dengan motif ini, marilah guru-guru berusaha keras, mencurahkan apa yang dimiliki mereka. Dengan motif ini, marilah Dewan [Gereja dan Sekolah – terj.] bekerja bersama-sama.
Kedua, jika kita memandang sekolah tersebut sebagai sekolah kovenan, maka kita akan mempertahankan penjagaan kovenan itu dengan tegas, bahkan lebih tegas lagi dari saat ini. Sekolah ini, bersama kita, sebuah masalah prinsip, bukanlah sekadar ketertarikan diri. Dukungan kita adalah bertindak taat kepada kovenan Allah. Bukan juga kita akan menyerah karena ketidaksempuraan sekolah tersebut. Para guru tidak akan sampai melukai mereka sekalipun hal itu tidak sempurna. Kita, para orangtua tidak akan sampai mencukil mereka sekalipun hal itu tidak sempurna. Terdapat sebuah tempat untuk menyangkal diri dan berkorban.
Ketiga, natur dari pendidikan akan menjadi berbeda. Di banya sekolah yang dinamakan Kristen, pengajaran yang diberikan cenderung merugikan anak-anak kita secara positif, karena di sana tidak ada konsep kovenan. Kita bekerja di lingkungan injili Arminian. Saya mengenal, banyak di antara mereka mengaku bahwa mereka tidak mengajarakan doktrin. Yang kenyataannya, tidak terjadi demikian, di mana sekolah kita mengajarkan doktrin di sekolah kita di mana pengajaran doktrin adalah tugas rumah tangga dan gereja. Bagaimanapun, doktrin tersebut sangat penting di mana sekolah berdiri. Banyak sekolah yang agamawi menganggap anak-anak sebagai kaum kafir yang masih kecil yang perlu diselamatkan dengan mengaku percaya kepada Kristus, bahwa sekolah tersebut merasa dengan sendirinya terikat dengan kewajiban itu. Sekolah ini mendesak sikap patriotisme dan kehormatan, tetapi mereka tidak memiliki pengertian akan kebenaran dari Katekismus Heidelberg, di mana kehidupan yang kudus adalah kehidupan yang dihidupi dari rasa syukur seseorang kepada Allah akan penebusan-Nya dari dosanya. Tentu, banyak dari antara mereka tidak dapat memberikan pengajaran dan teguran ini karena mereka menyangkali bahwa anak-anak berbagian dalam penebusan, menjadi enggan akan kovenan.
Janganlah katakan bahwa hal ini bukanlah persoalan mengapa seorang anak hidup secara terhormat, sepanjang perbuatannya itu bersih. Kitab Suci mengatakan kita bahwa ada orang-orang yang secara lahiriah tidak bercacat, tetapi sebenarnya mereka mencemooh Allah karena mereka menganggap diri benar. Hal-hal itu hanya bersifat moral. Motivasi mereka adalah untuk memperoleh atau mengerjakan sesuatu bagi Allah atau terlihat baik di masyarakat. Banyak dari sekolah ini yang tidak memiliki gagasan bahwa tujuan dari pengetahuan anak akan penciptaan dan memperlengkapi anak melalui pendidikan merupakan persiapan anak Allah untuk hidup berkovenan di dalam dunia. Apakah hal ini tidak menggambarkan sesungguhnya pelimpahan segala sesuatu yang orangtua Reformed pegang teguh dalam pendidikan Kristen?
Sebaliknya, kita tidak menginjili; kita tidak mengajarkan ketaatan dan kemurnian hidup dan penyerahan kepada otoritas pemerintahan sipil untuk terlihat baik pembenaran diri pribadi yang melakukan sesuatu bagi Yesus dan dunia; kita tidak menganggap netral kebijaksanaan dalam banyak bidang karena hal itulah yang dibutuhkan agar kelak hidup dapat berhasil di Amerika. Malahan, kita mengajarkan mereka yang adalah anak-anak Allah sebagai kaum penerima dari janji yang diperuntukan dari orangtua mereka yang percaya. Di dalam kedisiplinan kita dan nasihat kita, kita memanggil yang ditebus, anak-anak kovenan untuk menunjukan rasa syukur kepada Allah atas keselamatan-Nya di dalam Kristus dengan hidup yang kudus: hormatilah ayahmu dan ibumu (dan juga presiden dan polisi)” karena Yehova/TUHAN membawa kamu keluar dari perbudakan dosa dan kematian di neraka dan yang menciptakan engkau, dengan orangtuamu, umat-Nya sendiri. Kita memberikan pengajaran di setiap bidang yang memperlihatkan pujian, kekuatan, dan karya-karya Tuhan yang ajaib. Cita-cita kita adalah orang-orang muda, laki-laki dan wanita, yang mau hidup secara kovenan di dalam dunia, yakni, sebagai teman dan hamba dari Allah, kaum nabi, imam, dan raja di bawah Kristus, yang memuji Allah.
Jika sekolah kita adalah apa yang dikatakan Mazmur 78, kita bergelut di dalam tugas yang agung. Ada bahaya di mana kita menjadi lelah dan apatis. Kita melihat permulaan dari tahun sekolah yang baru sebagai awal dari rutinitas lama yang mengkhawatirkan, yang terserak dari bulan September ke Juni. Kita harus bergegas untuk bekerja lagi dengan semangat yang sepatutnya bagi orang yang mengharapkan kembalinya Kerajaan Kristus. Hal ini layak di dalam kerja keras kita dan doa kita.
(Dari
Perspectives, Musim Semi, 1994)
Kembali ke khotbah, artikel, dan daftar pamflet.
Kembali
ke Loveland Protestant Reformed Church home page.
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.