Prof. David J. Engelsma
Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci (Yoh. 17:11b-12).
Ada penghakiman Allah yang mengerikan atas injil palsu tentang keselamatan oleh kehendak dan perbuatan orang berdosa. Penghakiman Allah atas injil palsu itu adalah ketakutan para pengajar injil palsu ini dan murid-murid mereka bahwa mereka mungkin murtad dari Kristus dan menjadi binasa secara kekal. Inilah ketakutan yang dirasakan oleh semua kaum Katolik Roma. Dogma dari Katolik Roma adalah bahwa tidak seorang pun yang bisa mengetahui secara pasti apakah dirinya akan terus berada di dalam keselamatan dan diselamatkan secara kekal.
Ketakutan terhadap kemungkinan murtad dari Kristus dan menjadi binasa secara kekal juga merupakan ketakutan yang dirasakan oleh kaum Arminian. Saya ingin mengingatkan kita sekalian pada poin ini bahwa meskipun sangat sedikit orang yang pada saat ini menyebut diri mereka kaum Arminian, namun mayoritas dari mereka yang menyebut diri kaum Injili maupun Fundamentalis dan karismatik adalah sepenuhnya Arminian di dalam khotbah dan pengajaran mereka. Mereka semua memiliki ketakutan bahwa sekalipun mereka memandang diri mereka sendiri sudah diselamatkan pada saat ini, mereka bisa saja pada akhirnya murtad dan binasa selamanya.
Di Sinode Dordrecht, pihak Arminian menyatakan demikian dalam kaitannya dengan ketekunan, yaitu terus bertahannya orang percaya di dalam iman sehingga mereka akan secara pasti mewarisi hidup yang kekal: “Orang-orang percaya sejati bisa terjatuh dari iman yang sejati. Orang-orang percaya yang sejati bisa terjatuh melalui kesalahan mereka sendiri ke dalam perbuatan-perbuatan yang memalukan dan mengerikan, berkanjang dan mati di dalam perbuatan-perbuatan itu dan akhirnya terjatuh dan binasa.”
Murtad dari Kristus dan binasa untuk selamanya adalah juga ketakutan yang dirasakan oleh mereka yang mengajarkan versi tertentu dari doktrin kovenan di dalam gereja-gereja Reformed dan Presbiterian yang dikenal konservatif terutama di Amerika Utara. Mereka mengajarkan bahwa semua orang yang dipersatukan dengan Yesus Kristus oleh iman yang sejati dan yang menerima berkat-berkat keselamatan, termasuk manfaat dari pembenaran, bisa memisahkan diri mereka dari Yesus Kristus, kehilangan keselamatan mereka, dan binasa untuk selamanya di dalam neraka. Orang-orang ini mengajarkan bahwa banyak orang yang dipersatukan dengan Kristus di dalam kovenan, dan menikmati berkat-berkat keselamatan dari kovenan itu, dalam kenyataannya memang bisa murtad dan binasa untuk selamanya. Inilah satu aspek dari doktrin sesat yang dikenal dengan nama Visi Federal.
Rasa takut terhadap kemungkinan yang nyata dari terjatuh ke dalam kebinasaan ini adalah penghakiman Allah atas injil palsu tentang keselamatan oleh kehendak atau oleh perbuatan orang berdosa itu sendiri. Ketakutan terhadap kemungkinan murtad dari Yesus Kristus dan binasa untuk selamanya adalah begitu mengerikan. Ini adalah kengerian yang lebih buruk dari semua rasa takut apa pun. Ini adalah implikasi yang niscaya dari injil palsu bahwa keselamatan bergantung pada kehendak atau perbuatan orang berdosa. Dalam kenyataannya, inilah kesamaan yang dimiliki oleh kaum Katolik, Arminian dan mereka yang mengajarkan versi baru dari doktrin kovenan di dalam gereja-gereja Reformed yang dikenal konservatif di Amerika Utara. Mereka semua mengajarkan bahwa keselamatan bergantung pada kehendak atau perbuatan orang berdosa. Dan pada injil palsu inilah dijatuhkan penghakiman Allah, yaitu Ia menyerahkan orang-orang yang memercayai injil palsu ini kepada kengerian karena rasa takut bahwa mereka mungkin menjadi murtad dan binasa untuk selamanya. Karena jika kehendak manusia yang menjadi penentu di dalam keselamatannya, kehendak manusia juga menjadi penentu di dalam ketekunannya sampai akhir. Jika keselamatan bergantung pada kehendak orang berdosa, keselamatan bisa hilang. Rasa takut ini adalah konsekuensi yang niscaya dari injil palsu bahwa keselamatan bergantung pada kehendak orang berdosa. Ini adalah buah pahit yang dihasilkan oleh pohon itu, tetapi pada saat yang sama ini adalah penghakiman Allah yang mengerikan atas mereka yang mengajarkan dan memercayai injil palsu tersebut. Injil palsu tentang keselamatan oleh kehendak atau perbuatan manusia merebut kemuliaan Allah di dalam keselamatan. Dan jelas injil palsu ini menghujat Allah. Allah tidak bisa menjaga umat-Nya sendiri. Allah dikalahkan. Salib Kristus tidak efektual. Roh Yesus, yang mencoba untuk menyelamatkan orang-orang yang tetap murtad ini, dinyatakan tidak memiliki kuasa. Itu adalah penghujatan terhadap Allah. Maka, Allah di dalam penghakiman-Nya meniadakan semua ketenangan di dalam diri mereka yang mengkhotbahkan dan mengajarkan injil tersebut. Ia menimpakan pada mereka kengerian, kengerian terbesar.
Di sisi lain, kepercayaan dan pengakuan iman akan ketekunan orang-orang kudus adalah berkat Allah atas proklamasi yang setia akan Injil keselamatan oleh anugerah semata. Ini adalah berkat Allah bagi ajaran dan kepercayaan akan kelima kebenaran agung yang kita sebut Lima Pokok Calvinisme. Berkat Allah atas Injil ini adalah bahwa orang-orang percaya dan anak-anak dari orang-orang percaya menikmati penghiburan yang teramat besar. Inilah penghiburan saya: Saya, yang sekarang memercayai Yesus Kristus untuk keselamatan, tidak akan pernah murtad dari Yesus Kristus. Saya tidak mungkin dapat murtad dari Yesus Kristus. Satu hari kelak saya pasti akan dibangkitkan dari antara orang mati di dalam tubuh untuk hidup bersama Yesus Kristus di dalam kemuliaan untuk selama-lamanya.
Ketekunan orang-orang Kudus telah menjadi pengakuan iman gereja Yesus Kristus yang sejati di sepanjang masa. Ada satu kalimat yang sangat indah di dalam pasal ajaran kelima dari Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht di dalam artikel di mana Pasal-Pasal Ajaran membela pengakuan iman akan ketekunan orang-orang kudus sebagai berikut: “mempelai perempuan Kristus senantiasa amat mengasihi [ajaran tentang ketekunan orang yang sungguh-sungguh percaya dan kudus] dan tetap membelanya sebagai suatu harta yang tak terkira nilainya” (V:15). Mempelai perempuan Kristus selalu membela kebenaran tentang ketekunan orang-orang kudus. Mempelai perempuan Kristus tentu saja adalah gereja. Hal ini memunculkan pertanyaan yang sangat serius mengenai setiap gereja yang tidak memandang ketekunan orang-orang kudus sebagai kebenaran yang berharga dan yang tidak mengasihi dan secara terus-menerus membela ketekunan orang-orang kudus, tetapi sebaliknya justru menantang ketekunan orang-orang kudus dan menyebabkan keraguan terhadap ketekunan orang-orang kudus: Bisakah gereja itu menjadi mempelai perempuan Kristus? Mempelai perempuan Kristus mengasihi dan membela ketekunan di zaman Augustine. Mempelai perempuan Kristus di Belanda pada awal abad ke tujuh belas mengasihi dan membela ketekunan orang-orang kudus, seperti yang dibuktikan oleh Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht. Mempelai perempuan Kristus yang hadir di Persidangan Westminster mengasihi dan membela kebenaran tentang ketekunan orang-orang kudus, seperti nyata di dalam Pengakuan Iman Westminster (17:1-3). Dan saat ini pun tetap ada mempelai perempuan Kristus yang sangat menghargai kebenaran tentang ketekunan orang-orang kudus.
Alasan mengapa gereja yang sejati mengasihi dan membela doktrin tentang ketekunan orang-orang kudus bukanlah kebaikan yang superior dari mempelai perempuan Kristus, sebagaimana ketekunan orang-orang kudus bukanlah karena orang-orang kudus itu sendiri. Artikel yang sama dari Pasal-Pasal Ajaran yang dikutip di atas menjelaskan bahwa gereja yang sejati mengasihi dan ketekunan orang-orang kudus karena “Allah akan menjaga, supaya [mempelai perempuan Kristus] akan berbuat seterusnya. Tidak ada rencana yang dapat dilaksanakan untuk melawan Dia dan tidak ada satu kuasa pun yang dapat bertahan terhadap Dia.” Allah memelihara pengakuan iman akan ketekunan orang-orang kudus di dalam gereja. Allah memelihara gereja yang sejati di dalam pengakuan imannya akan ketekunan.
Gereja yang sejati memproklamasikan dan mengakui ketekunan berdasarkan Kitab Suci. Sebagaimana diajarkan oleh Pasal-Pasal Ajaran, “Ajaran tentang ketekunan orang yang sungguh-sungguh percaya dan kudus dan tentang kepastian tentang ketekunan itu, telah dinyatakan Allah dengan berlimpah-limpah dalam Firman-Nya” (V:15). Penyataan tentang ketekunan ini muncul secara menonjol di dalam Kitab Injil dan surat-surat Yohanes. Salah satu kesaksian yang sangat jelas dan kuat bagi ketekunan di dalam Kitab Injil Yohanes adalah Yohanes 10:28-29:
Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.
Namun, saya ingin kita berkonsentrasi pada perikop lain di dalam Kitab Injil Yohanes:
Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci (Yoh. 17:11b-12).
Yesus mengajarkan ketekunan orang-orang kudus: “Aku memelihara mereka dalam nama-Mu.” Ketekunan orang-orang kudus merupakan keyakinan-Nya sendiri pada malam sebelum Ia disalibkan. Ia bisa pergi ke salib dengan keyakinan bahwa Bapa yang kudus akan menjaga mereka yang adalah milik Yesus Kristus. Betapa meneguhkan hati hal ini bagi Kristus sendiri di saat Ia menuju ke salib. Perikop ini juga merupakan doa-Nya. Ini adalah satu bagian dari doa-Nya sebagai Iman Besar Agung bagi umat-Nya. Pihak-pihak yang menyangkal ketekunan orang-orang kudus dipaksa untuk mengakui bahwa Allah gagal dalam mendengar dan menjawab doa Anak-Nya sendiri, bahwa Bapa menolak permohonan Anak-Nya.
Saya secara khusus memilih perikop ini karena di dalamnya Yesus sendiri mengakui kesulitan besar di dalam ketekunan orang-orang kudus. Kesulitan besar itu adalah apa yang terlihat seperti sejumlah orang yang pernah menjadi bagian dari gereja kemudian murtad ke dalam kebinasaan. Kristus sendiri memperhatikan hal ini di dalam doa-Nya ketika Ia berkata, “... tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa.”
Di dalam Yohanes 17, bagian kedua dari ayat 11 dan ayat 12, Juruselamat kita menyampaikan permohonan kepada Bapa-Nya untuk semua orang yang telah Bapa berikan kepada-Nya. Saya sudah menunjukkan sebelumnya di dalam buku ini bahwa ini adalah ungkapan di dalam Injil Yohanes yang menggambarkan pemilihan oleh Allah. Yohanes 17 adalah satu pasal yang sangat kaya mengenai kebenaran tentang pemilihan oleh Allah. Berulang kali Yesus berbicara tentang mereka yang telah Bapa berikan kepada-Nya, atau yang telah Bapa pilih. Yang Yesus maksudkan di sini adalah, pertama, kelompok kecil para murid yang berkumpul bersamanya di ruang atas. Ada sebelas orang dari mereka saat itu karena Yudas Iskariot sudah disuruh pergi untuk melakukan urusannya yang jahat, yaitu mengkhianati Kristus kepada musuh-musuh-Nya. Yudas sudah pergi dari mereka ke dalam kegelapan malam (Yoh. 113:26-30). Camkanlah ini: Yudas sudah pergi dari antara mereka ketika Yesus berdoa, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu.” Tetapi Yesus berdoa bagi kawanan kecil yang terdiri dari sebelas orang murid sebagai wakil dari seluruh kumpulan gereja-Nya yang terpilih. Ia sendiri mengindikasikan hal ini di dalam Yohanes 17:20: “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka.” Ia berdoa bagi semua orang di sepanjang zaman yang akan percaya kepada-Nya melalui pemberitaan para rasul. Oleh karena itu, doa Yesus adalah permohonan bagi seluruh kumpulan kaum pilihan. Itu adalah doa bagi gereja universal yang Ia kumpulkan sejak permulaan dunia sampai akhirnya. Adalah baik jika kita diingatkan dan diyakinkan sejak awal bahwa Yesus berdoa di sini bagi Anda dan saya. Sebagai orang-orang yang memercayai Yesus Kristus dari hati untuk keselamatan menurut Kitab Suci, kita ada di antara mereka yang baginya Ia berkata, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu.”
Yesus meminta kepada Bapa untuk “memelihara” umat ini. Subyeknya adalah pemeliharaan Allah atas mereka. Kita biasanya berbicara tentang “ketekunan” (“perseverance”) orang-orang kudus. Ini benar. Ketekunan adalah aktivitas kita untuk terus berada di dalam iman kepada Yesus Kristus dengan memercayai Dia, mengakui nama-Nya, dan berjalan di jalan-jalan-Nya. Ketekunan adalah aktivitas kita untuk berdiam dengan teguh di dalam iman kepada Yesus Kristus. Adalah benar bagi kita untuk berbicara tentang ketekunan orang-orang kudus karena Allah memelihara kita dengan cara sedemikian rupa sehingga kita secara aktif bertekun. Tetapi penyebab ketekunan kita, satu-satunya penyebab, adalah pemeliharaan Allah atas kita, yang Yesus sebut “peliharalah” di dalam Yohanes 17:11.
Pertama, pemeliharaan adalah karya Bapa yang kudus, yaitu Allah Tritunggal, dalam menjaga orang-orang yang sudah dilahirkan kembali di dalam kehidupan rohani mereka. Ini adalah karya Allah Tritunggal dalam menjaga orang-orang percaya sejati agar tetap berada di dalam iman. Ini adalah karya Allah Tritunggal dalam menjaga orang-orang kudus, orang-orang yang sudah dijadikan kudus, di dalam kekudusan hidup. Bahwa itulah yang menjadi pemeliharaan atas kita oleh Bapa, dinyatakan dengan jelas oleh Yesus sendiri di dalam perikop ini. Sangat jelas di dalam ayat 12, di mana Yesus berkata bahwa Ia sendiri memelihara umat yang telah Bapa berikan kepada-Nya di dalam nama Bapa. Ketika mereka diselamatkan, mereka dibawa ke dalam persatuan dengan nama Bapa. Mereka dibawa ke dalam persekutuan dengan Allah yang hidup itu sendiri. Kita menyebut ini persekutuan kovenan. Dan sekarang Yesus berdoa agar Bapa memelihara kita di dalam persekutuan kovenan dengan Allah.
Kedua, Yesus sendiri menjelaskan bahwa pemeliharaan berarti bahwa tidak satu pun dari mereka yang telah Bapa berikan kepada Yesus yang akan hilang (yaitu binasa). Kita mungkin berpikir bahwa rujukan ini adalah kepada kebinasaan di neraka. Bahwa di sini Yesus bukan memaksudkan “hilang” dalam arti binasa di neraka terlihat di dalam fakta bahwa Yesus melanjutkan dengan mengatakan “dia yang telah ditentukan untuk binasa,” yaitu Yudas Iskariot, telah terhilang ketika Yesus menaikkan doa ini. Pada malam Yesus menaikkan doa itu, Yudas belum melakukan bunuh diri dan ia pergi ke tempatnya sendiri. Yudas masih hidup; Yudas tengah merancang bersama para pejabat imam besar untuk mengkhianati Yesus Kristus. Akan tetapi, Yesus berkata tentang Yudas pada malam itu bahwa Yudas sudah terhilang, Yudas sudah binasa. Ada aspek lain dari keterhilangan selain binasa di neraka. Aspek ini adalah bahwa seseorang berada di dalam kondisi rohani ketidakbertobatan dan ketidakpercayaan yang final. Oleh karena itu, ketika Yesus meminta Bapa untuk memelihara umat-Nya, Ia meminta Bapa untuk menjaga umat-Nya agar tidak terjatuh ke dalam kondisi rohani ketidakbertobatan dan ketidakpercayaan yang final.
Ketiga, hal yang mengikuti perkataan Yesus di dalam Yohanes 17:11-12 membuktikan bahwa pemeliharaan yang Yesus doakan adalah pemeliharaan atas umat Kristus di dalam kehidupan rohani, di dalam iman yang sejati, di dalam kekudusan. Saya merujuk kepada ayat 15 dan 17. Di dalam ayat 15, Yesus berkata, “Aku ... meminta ... supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.” Dan di dalam ayat 17, Ia berkata, “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran.” Pemeliharaan Bapa atas umat milik Yesus terdiri dari memelihara mereka dari yang jahat dan, secara positif, menguduskan kita, menjadikan kita suci, menjaga kita di dalam kekudusan sebagai orang-orang kudus. Oleh karena itu, pemeliharaan Allah adalah karya-Nya di dalam diri kita oleh Roh-Nya yang mencegah kita dari kehilangan iman kita, dari menyangkal iman kita, dari murtad dari Kristus dan menyangkali Dia, dari kembali kepada kondisi kematian rohani dari mana Allah telah memindahkan dan menyelamatkan kita di dalam kelahiran kembali.
Pemeliharaan Allah adalah pemeliharaan atas orang-orang kudus di dalam kekudusan mereka. Setiap orang kudus (dan itulah apa adanya setiap anak Allah) masih berbuat dosa. Memang di dalam kehidupan ini orang kudus tetap berdosa: ia memiliki natur yang sudah rusak. Inilah mengapa pemeliharaan Allah atas kita adalah niscaya; akan tetapi, karena Allah memelihara kita, sebagai jawaban bagi doa Yesus, tidak ada orang kudus yang bisa melakukan dosa yang membawa maut dan murtad dari Kristus untuk selamanya. Orang kudus mungkin bisa terjatuh ke dalam dosa yang berat dan tidak pantas dan bahkan berkanjang di dalamnya untuk sesaat, sebagaimana ditunjukkan oleh contoh Daud dan Petrus di dalam Akitab (bdk. Pasal-Pasal Ajaran V:4). Tetapi bahkan pada saat itu pun Allah tidak menarik sepenuhnya Roh-Nya dari orang-orang kudus yang telah terjatuh ke dalam dosa yang begitu berat. Allah juga tidak mengizinkan mereka kehilangan anugerah adopsi atau membatalkan keadaan pembenaran. Selain itu, Allah akan membawa orang-orang kudus ini kembali kepada pertobatan, dan Ia akan menyebabkan mereka sekali lagi menjalani hidup yang kudus.
Ajaran Reformed tentang pemeliharaan, atau ketekunan, berbeda secara radikal dari sebuah ajaran lain yang memiliki kemiripan bentuk tertentu dengannya, ajaran yang dikenal sebagai “jaminan kekal.” Beberapa kelompok, beberapa gereja, mengajarkan jaminan kekal. Mereka akan memberi tahu kaum Reformed, kami tidak setuju dengan empat pokok Calvinisme kalian, tetapi kami setuju dengan satu pokok: pokok terakhir, ketekunan orang-orang kudus. Kalian mengajarkan ketekunan orang-orang kudus, kami mengajarkan jaminan kekal. Akan tetapi, dalam kenyataannya mereka tidak memaksudkan karya Allah yang sama dengan yang kita maksudkan. “Jaminan kekal” bagi mereka berarti bahwa seseorang diselamatkan dengan membuat sebuah keputusan gampangan untuk mengikut Kristus. Setelah itu ia boleh berkeyakinan bahwa ia akan masuk sorga, tidak peduli dengan fakta bahwa di seluruh hidupnya setelah itu ia tidak pernah menginjakkan kaki di gereja dan hidup seperti Iblis. Kita mengutuk ajaran ini. Kebenaran Alkitab tentang pemeliharaan atas orang-orang kudus adalah bahwa Allah memelihara kita dengan mengerjakan di dalam diri kita oleh Roh-Nya sehingga kita mempertahankan iman kita, terus berada di dalam hidup yang kudus, dan berjalan dengan teguh dan setia di dalam pemuridan Tuhan kita Yesus Kristus.
Akan tetapi, karya pemeliharaan bukanlah hanya memelihara kita di dalam iman dan kekudusan. Di dalam memelihara orang-orang kudus pilihan di dalam iman dan kekudusan, Allah memelihara kita sampai keselamatan yang final. Keselamatan kekal adalah sasaran dari pemeliharaan yang Yesus mohonkan, seperti yang Yesus sendiri nyatakan di dalam Yohanes 17:24: “Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku.” Yesus bukan hanya meminta agar Bapa memelihara umat-Nya di dalam iman dan kekudusan, tetapi Ia juga meminta agar Allah memelihara umat-Nya agar pada akhirnya mereka berada di mana Kristus berada; dan Kristus berada di dalam sorga bersama Allah. Orang-orang kudus dipelihara agar tidak terjatuh ke dalam hukuman kekal di neraka. Mereka dipelihara agar tidak binasa di dalam kematian kekal. Mereka dipelihara oleh Allah agar setiap orang dari mereka berbagian di dalam kehidupan dan kemuliaan Kristus di dalam sorga. Inilah pemeliharaan yang dimaksud.
Maka, ketekunan orang-orang kudus adalah aktivitas rohani dari semua orang yang di dalam dirinya Allah telah memulai karya keselamatan, berupa terus berada di dalam iman dan kekudusan sampai kehidupan dan kemuliaan yang kekal pada hari Kristus. Kita bertekun karena Allah dengan penuh anugerah mengerjakan pemeliharaan di dalam diri kita.
Bukan berarti tidak ada ancaman bagi kekudusan yang terus berlanjut dan keselamatan final orang-orang percaya dan anak-anak mereka yang adalah kaum pilihan. Sebaliknya, ketekunan mengimplikasikan adanya ancaman-ancaman. Pemeliharaan Allah atas kita mengimplikasikan bahwa ada musuh-musuh yang bertekad untuk menghancurkan setiap orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota gereja dengan mengakui Yesus Kristus dan menjalani hidup yang kudus. Dua kata muncul di dalam ayat 11 dan 12 dari Yohanes 17 yang diterjemahkan di dalam KJV sebagai “keep” dan “kept.” Tetapi kata yang diterjemahkan sebagai “kept” di dalam ayat 12 adalah kata yang sama sekali berbeda dari kata yang diterjemahkan sebagai “kept” di dalam ayat 11. Kata yang diterjemahkan sebagai “kept” di dalam ayat 12 berarti “menjaga” (demikian LAI; Ing. = “guard”) atau “melindungi” (“protect”), seperti seorang gembala menjaga atau melindungi domba-dombanya dari serangan musuh para domba itu, yaitu serigala-serigala. Ini menyatakan dengan jelas bahwa gereja dan setiap orang percaya mempunyai musuh. Di dalam Yohanes 10, Yesus merujuk kepada pihak-pihak yang mencoba untuk merampas umat-Nya dari tangan-Nya. Para musuh itu adalah Iblis dan roh-roh jahat (setan-setan). Para musuh itu adalah “dunia” yang disebutkan di dalam Yohanes 17 yang mengenainya Yesus sendiri berkata bahwa para musuh ini membenci orang-orang yang telah Bapa berikan kepada Yesus (ay. 14). Karena gereja bukan dari dunia, sebagaimana Yesus bukan dari dunia, para musuh itu adalah gereja yang murtad yang berisi para penyesat dan guru-guru palsu. Ancaman-ancaman terburuk terhadap ketekunan kita di dalam iman adalah natur kita sendiri yang rusak, kesombongan kita, perbuatan kita yang mementingkan diri kita sendiri, pikiran kita yang berpusat pada dunia, kedengkian kita, nafsu kita, ketidakpuasan kita. Semuanya ini adalah musuh-musuh yang ada pada diri kita sendiri yang bertekad menghancurkan kerohanian kita.
Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht menyatakan bahwa kita tidak dapat bertekun, “seandainya mereka dibiarkan berusaha dengan kekuatan sendiri” (V:3). Di bagian selanjutnya kita membaca bahwa kebinasaan kita karena diri kita sendiri “mudah saja terjadi, bahkan tanpa ragu-ragu akan terjadi” (V:8). Jika ketekunan kita adalah bergantung pada diri kita sendiri, maka kita bukan hanya mungkin akan binasa, tetapi tanpa diragukan kita pasti akan binasa. Tetapi Allah menjaga orang-orang kudus milik-Nya.
Kita tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Allah menggunakan sarana-sarana untuk memelihara kita. Memisahkan pemeliharaan dari sarana-sarana yang digunakan Allah untuk memelihara kita dan menyebabkan kita bertekun akan menjadi tindakan yang lancang, bukan iman. Yesus meminta kita memperhatikan sarana di dalam ayat 11: “peliharalah mereka dalam nama-Mu.” Apa yang Ia rujuk dijelaskan-Nya di dalam konteks. Di dalam ayat 8, Ia berbicara tentang “segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku.” Di dalam ayat 14, Ia menyebut tentang “firman-Mu,” dan di dalam ayat 17, “kebenaran”: “Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.” Allah memelihara umat-Nya dan orang-orang kudus bertekun dengan Firman Allah, dengan kebenaran, dengan Injil yang diberitakan oleh para nabi di dalam Perjanjian Lama, dan oleh Yesus dan para rasul di dalam Perjanjian Baru. Allah memelihara umat-Nya dengan Firman di dalam Kitab Suci, yang dikhotbahkan oleh lembaga gereja yang sejati. Di dalam Yohanes 10, Yesus menggambarkan sarana-sarana ini sebagai suara-Nya: “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan ... mereka dan mereka mengikut Aku” (ay. 27). Pasal-Pasal Ajaran mengindikasikan sarana-sarana dan arti pentingnya: “Allah ... memelihara, meneruskan, dan menyelesaikan pekerjaan [anugerah di dalam diri kita]. Caranya, dengan mendengarkan, membaca, dan merenungkan Injil, dan dengan nasihat-nasihat, ancaman-ancaman, janji-janji, serta juga dengan menggunakan sakramen-sakramen kudus” (V:14).
Sarana-sarana yang Allah gunakan untuk memelihara gereja sebagai jawaban bagi permohonan Yesus adalah pemberitaan Injil, pelaksanaan dan penggunaan sakramen, dan disiplin oleh gereja yang terlembaga. Bersandar pada sarana-sarana utama ini, sarana-sarana lain yang subordinat tetapi penting adalah pembacaan Alkitab dan perenungan Firman Allah yang dilakukan oleh orang percaya sendiri. Dengan sarana-sarana ini, Allah memelihara orang-orang percaya; dengan sarana-sarana ini, Allah memelihara anak-anak orang-orang percaya; dan dengan sarana-sarana ini, Allah memelihara gereja. Allah tidak memelihara umat-Nya dengan sarana lain di luar sarana-sarana tersebut. Itulah sebabnya tidak ada ancaman lain yang lebih besar terhadap keselamatan umat Allah selain pengrusakan terhadap Injil. Itulah juga mengapa ketika seseorang membanggakan pemeliharaan atas dirinya dan pemeliharaan atas anak-anaknya tetapi pada saat yang sama membenci keanggotaan di dalam sebuah gereja sejati milik Yesus Kristus, di mana sarana-sarana pemeliharaan ini ditemukan dan di mana Allah menggunakan sarana-sarana ini, itu adalah tindakan yang pongah, bukan iman. Ketika Yesus berdoa agar Allah memelihara umat-Nya, yang termasuk di dalam permohonan yang Yesus maksudkan adalah supaya Allah juga mempertahankan sarana-sarana pemeliharaan atas gereja. Yesus berdoa bagi dipertahankannya lembaga gereja yang sejati.
Dengan sarana-sarana ini, Allah memelihara orang-orang kudus pilihan. Ia memelihara satu per satu dari mereka sehingga tidak seorang pun yang binasa, tidak satu pun: “tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa.”
Tetapi yang terlihat tidaklah selalu seperti ini. Sebaliknya, yang terlihat bagi kita adalah seakan-akan orang-orang kudus mengalami kebinasaan. Tampaknya seperti ada pengecualian-pengecualian di dalam pemeliharaan atas orang-orang kudus. Ada pengecualian-pengecualian di dalam pengalaman kita sendiri. Kita melihat seluruh denominasi gereja berbalik dari Firman dan Injil Allah. Apa arti dari kemurtadan ini adalah bahwa seluruh keluarga binasa. Kakek dan nenek mereka pergi ke sorga, tetapi cucu-cucu binasa di dalam gereja-gereja yang murtad. Dan siapakah dari antara kita yang memiliki pengalaman dengan gereja seperti itu yang tidak benar-benar menyadari tentang anggota gereja, bahkan mungkin yang sudah lama menjadi penatua, yang meninggalkan Kristus demi dunia dan mencampakkan hidup yang kudus yang terlihat pernah ia jalani. Pengecualian itu bahkan mungkin adalah salah satu dari anak-anak kita sendiri. Ia terlihat bertumbuh dengan berjalan di jalan-jalan Tuhan. Mungkin ia bahkan mengakui imannya dan berbagian di dalam sakramen Perjamuan Kudus. Tetapi kemudian ia berbalik dari gereja dan meninggalkan Yesus Kristus untuk berlari mengikuti dunia yang fasik.
Hal-hal yang terlihat sebagai pengecualian ini mendukakan kita, menyebabkan kesedihan yang mendalam. Kita merasa sedih karena murtadnya denominasi-denominasi yang pernah berdiri teguh. Para anggota sidang jemaat bersedih melihat salah satu anggota, yang dulu pernah berjalan bersama mereka untuk waktu yang lama, sekarang meninggalkan gereja. Orang tua yang saleh mengalami patah hati dengan melihat putra atau putri mereka meninggalkan gereja dan hidup yang saleh lalu mengikuti dunia. Hal yang bahkan lebih buruk lagi adalah bahwa hal-hal yang terlihat sebagai pengecualian ini adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan keraguan terhadap pemeliharaan Allah atas gereja-Nya. Pengecualian-pengecualian ini memunculkan pertanyaan di dalam pikiran kita: Bisakah gereja Kristus binasa? Bisakah orang-orang kudus menjadi murtad? Lalu, apakah mungkin bahwa di masa depan saya pun akan terseret mundur ke dalam kebinasaan, sebelum saya mencapai sasaran dari pertandingan kehidupan Kristus, pada saat saya mati atau pada saat kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya?
Saya akan membawa sampai mati rasa sedih dan syok rohani yang disebabkan oleh sebuah panggilan telepon dua puluh lima tahun yang lalu, sekitar jam makan malam, yang memberi tahu saya bahwa seseorang yang sudah lama menjadi anggota gereja, seorang yang pernah melayani berulang kali sebagai penatua, dan seorang sahabat dekat dari seluruh keluarga kami, telah merespons permasalahan-permasalahan yang berat dengan melakukan bunuh diri. Syok rohani itu diungkapkan oleh respons putra kami yang saat itu baru berumur lima belas tahun, “Di manakah Allah?” Dan kemudian saya harus berdoa. Untuk pertama kalinya di dalam hidup saya, selama kurang lebih satu detik, saya dicobai untuk berdoa untuk orang yang sudah mati itu. Ini adalah jenis pencobaan yang kita alami di saat terjadinya hal yang terlihat sebagai pengecualian bagi kebenaran bahwa Allah memelihara umat-Nya.
Yesus mengetahui pencobaan-pencobaan yang akan kita hadapi menyangkut hal pemeliharaan ini. Oleh karena itu, di dalam doa-Nya yang agung bagi pemeliharaan atas umat-Nya, Ia menyebut hal yang terlihat sebagai pengecualian yang Ia sendiri alami: “Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain [yaitu kecuali] dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa.” Yang terlihat sebagai pengecualian di dalam pengalaman Yesus adalah Yudas Iskariot, yang sudah Yesus biarkan pergi untuk melakukan pengkhianatannya (Yoh. 13:27). Yudas akrab dengan Yesus; ia dikenal di dalam lingkaran kovenan itu; ia adalah salah satu dari dua belas murid pertama; ia mendapatkan hak istimewa untuk mendengar semua ajaran Yesus dan melihat semua mujizat Yesus; ia telah memberitakan Injil dan melakukan mujizat.
Tetapi ia adalah murid Yesus yang kemudian terhilang atau binasa. Ia telah terhilang secara rohani pada malam Yesus mendoakan permohonan ini. Ia akan terhilang secara kekal besoknya ketika ia pergi dengan hati yang sedih dan merasa bersalah dan menggantung diri. Jika memang pernah ada pengecualian yang nyata bagi kebenaran tentang ketekunan orang-orang kudus, itu pastilah Yudas Iskariot.
Namun, dalam kenyataannya Yudas bukanlah pengecualian. Yesus sudah menyatakan hal ini dengan jelas di dalam pengajaran-Nya tentang pemeliharaan. Yesus menyebut Yudas “dia yang telah ditentukan untuk binasa” (atau “anak kebinasaan” di dalam KJV). Yudas adalah keturunan dari kebinasaan, lahir dari neraka, anak neraka. Sebelumnya, Yohanes mencatat bahwa Yesus telah berkata mengenai Yudas, “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis” (Yoh. 6:70). Yudas tidak pernah merupakan orang kudus; Yudas tidak pernah dipersatukan dengan Allah di dalam Yesus Kristus, di dalam kovenan. Ia tidak pernah menjadi warga kerajaan melalui kelahiran kembali. Ia tidak pernah diberikan kepada Yesus oleh Bapa.
Untuk menegaskan bahwa kebinasaan Yudas bukanlah murtadnya orang kudus, Yesus menambahkan bahwa Yudas binasa, “supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.” Itu bukan dalih bagi Yudas. Itu tidak meminimalkan tanggung jawab dan kesalahan Yudas yang sangat besar. Tetapi ini jelas meredakan ketakutan apa pun yang mungkin telah dirasakan oleh murid-murid lainnya, dan ketakutan apa pun yang mungkin kita alami, seakan-akan kebinasaan Yudas mengindikasikan gagalnya tujuan Allah yang penuh kasih bagi keselamatan Yudas, dan oleh karena itu juga mengindikasikan kemungkinan bahwa kita juga bisa murtad dari Yesus.
Pengkhianatan terhadap Yesus dan kemurtadan yang dilakukan Yudas sudah dinubuatkan di dalam Mazmur 41:10: “Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.” Jika itu sudah dinubuatkan, maka itu telah didekritkan di dalam keputusan kehendak Allah. Allah telah mendekritkan terhilangnya Yudas di dalam dekrit tentang reprobasi dan menubuatkan keterhilangan tersebut berabad-abad sebelum itu terjadi. Murtad dan binasanya Yudas tidak mengindikasikan gagalnya kehendak Allah yang penuh kasih untuk menyelamatkan Yudas. Sebaliknya, murtadnya Yudas adalah sesuai dekrit Allah tentang reprobasi. Di sini dengan cara yang sangat tegas Alkitab mengajarkan bahwa reprobasi melayani pemilihan. Terhilangnya Yudas, secara rohani dan kekal, adalah sarana yang dengannya Yesus Kristus akan dibawa ke salib untuk keselamatan seluruh kaum pilihan Allah. Di dalam perikop tersebut, Yesus menyebut Yudas sebagai sang anak kebinasaan. Sang anak neraka adalah instrumen yang dengannya Sang Terpilih, yaitu Yesus Kristus, menggenapkan penebusan bagi seluruh gereja.
Yesus tidak berkata, “Aku tidak kehilangan seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa.” Ini akan berart bahwa Ia telah kehilangan seseorang. Tetapi Ia berkata, “Tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa.” Yesus mengakui kebinasaan Yudas. Tetapi Yesus tidak kehilangan dia, karena Yudas tidak pernah menjadi salah satu dari umat milik-Nya.
Apa yang terlihat sebagai pengecualian sebenarnya bukanlah pengecualian, melainkan, seperti yang dikatakan oleh Rasul Yohanes di dalam surat pertamanya, “Memang mereka [yaitu mereka yang murtad] berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita” (1Yoh, 2:19). Apakah tidak mungkin bahwa Yohanes juga berpikir tentang Yudas Iskariot? Pemikiran Yohanes pastilah kembali kepada malam di ruang atas itu, ketika salah satu dari kedua belas murid berdiri lalu pergi di kegelapan malam. “Ia pergi dari kami supaya menjadi nyata, bahwa ia tidak sungguh-sungguh termasuk pada kami.”
Menurut terang perkataan Yesus tentang kemurtadan inilah, sebagaimana dijelaskan lebih lanjut oleh Yohanes di dalam 1 Yohanes 2:19, semua perikop ini (dan jumlahnya pun tidak banyak) – perikop-perikop yang dirujuk oleh para pendukung ajaran mungkin murtadnya umat Allah untuk membela pandangan mereka tentang murtadnya orang-orang kudus – harus dijelaskan. Saya merujuk kepada Ibrani 6:4-8 dan Ibrani 10:29, dan juga perikop di dalam Yohanes 15:1 dst., yang berbicara tentang dipotongnya cabang-cabang yang ada pada pokok anggur. Semua perikop ini mengajarkan tentang murtadnya orang-orang yang dekat dengan Yesus Kristus di dalam lingkaran kovenan; orang-orang yang berada di dalam persekutuan gereja yang terlembaga; orang-orang yang mengaku sebagai orang-orang kudus; dan orang-orang yang bahkan mengalami “pekerjaan umum” Roh pada pikiran dan emosi mereka. Mereka adalah orang-orang yang, di dalam perkataan Lukas 8:13, “percaya sebentar saja,” tetapi yang iman sementaranya itu secara kualitatif berbeda dari iman yang membenarkan dan menyelamatkan. Orang-orang ini tidak pernah dilahirkan kembali, tidak pernah menerima karunia iman yang sejati, tidak pernah dipersatukan dengan Kristus di dalam dekrit pemilihan. Pihak-pihak yang mengajarkan bahwa orang-orang ini pernah diselamatkan, dan dengan demikian mengajarkan bahwa mereka yang pernah benar-benar diselamatkan bisa murtad, entah itu kaum Katolik Roma, Arminian, atau pendukung Visi Federal di Amerika Utara, telah berkontradiksi dengan Yesus Kristus di dalam Yohanes 17, tidak menghormati Allah seakan-akan Ia tidak mampu menjaga umat milik-Nya, dan menimbulkan kengerian di dalam jiwa setiap orang percaya. Saya sendiri pun bisa benar-benar terhilang jika demikian. Murtadnya orang-orang kudus, murtadnya bahkan satu saja orang kudus, murtadnya bahkan satu saja orang kudus yang paling kecil dan paling lemah dari antara semua orang kudus, adalah “mustahil” (Pasal-Pasal Ajaran V:8). Mengenai apakah orang-orang kudus bisa menjadi murtad bukanlah perkara yang menjadi keraguan. Ini bukan sesuatu yang bisa diperdebatkan. Menurut Pasal-Pasal Ajaran V:8, ini adalah mustahil, dan kemustahilan ini dikarenakan keputusan kehendak Allah; janji Allah; panggilan Allah kepada umat milik-Nya menurut tujuan kekal-Nya; jasa, syafaat, dan pemeliharaan Yesus Kristus; dan meterai oleh Roh Kudus.
Dari pemeliharaan ini, kita masing-masing yang memercayai Yesus Kristus dari hati mungkin memiliki kepastian, bisa memiliki kepastian, dan pasti memiliki kepastian. Kita bisa dan mungkin dan pasti memiliki kepastian ini mengenai segenap gereja, dan kita bisa, mungkin, dan pasti memiliki kepastian ini mengenai diri kita sendiri secara pribadi.
Tujuan Yesus dengan doa bagi pemeliharaan atas kita di dalam Yohanes 17 adalah agar kita semua memiliki kepastian tentang ketekunan kita sendiri dan ketekunan gereja. Latar dari permohonan ini adalah perginya Dia dari gereja dan kembali ke sorga. Gereja akan ditinggal di dalam dunia yang jahat dan mengancam. Di dalam ayat 11, Yesus baru saja berkata, “Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia.” Para murid mungkin menjadi sangat khawatir mengenai jaminan bagi mereka sendiri. Yesus menaikkan doa ini dengan bersuara di hadapan para murid-Nya dan membuat doa ini dicatat di dalam halaman-halaman Kitab Suci agar orang-orang yang percaya dan anak-anak mereka bisa membacanya sepanjang masa, supaya “penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka” (ay. 13). Ini adalah sukacita karena pemeliharaan kita. Ini adalah sukacita bahwa Bapa dari Yesus akan memelihara kita sebagai jawaban bagi doa Yesus. Ini adalah sukacita bahwa iman kita tidak akan pernah gagal, kekudusan kita tidak akan pernah terhilang, Roh Kristus tidak akan pernah meninggalkan kita, persatuan kovenan kita dengan Kristus tidak akan pernah terputus, dan kita tidak akan pernah dibuang pada hari Yesus Kristus. Kristus berkehendak agar kita memiliki sukacita akan ketekunan orang-orang kudus.
Menakutkan – sungguh teramat menakutkan – kengerian dari kemungkinan murtadnya orang-orang kudus. Tidak ada ketakutan seperti ketakutan ini. Bahwa saya mungkin membenci, menyangkali, dan meninggalkan Juruselamat saya yang terberkati, Yesus Kristus, dan bahwa entah saya akan murtad atau tidak adalah bergantung pada saya. Ini adalah kengerian. Bahwa saya mungkin saja tidak mencapai hidup dan kemuliaan yang kekal dan binasa di dalam sengsara di neraka, terpisah jauh secara tidak terkira dari wajah Bapa sorgawi saya yang tersenyum, dan bahwa entah ini akan terjadi atau tidak adalah bergantung pada saya. Ini adalah kengerian. Ini adalah kengerian yang dirasakan oleh jutaan orang pada saat ini. Saya bukan berbicara tentang dunia yang fasik. Saya sedang berbicara tentang jutaan orang yang mengaku sebagai Kristen. Semua kaum Katolik Roma telah hidup dan mati di dalam kengerian ini. Sebagian besar kaum Injili, Fundamentalis, dan karismatik, yang berkomitmen kepada theologi Arminian tentang keselamatan yang bergantung pada kehendak bebas orang berdosa, hidup dan mati di dalam kengerian yang sama ini. Saat ini di Amerika Utara, kengerian yang sama ini sedang disebarkan oleh Orthodox Presbyterian Church, Presbyterian Church of America, dan United Reformed Churches dengan ajaran sesat Perspektif Baru tentang Paulus dan Visi Federal.
Hai orang-orang percaya, hai orang-orang kudus, Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya dan memelihara kamu (Flp. 1:6). Kamu akan bertekun. Jangan dengarkan injil palsu tentang keselamatan oleh perbuatan orang berdosa yang diajarkan dari Katolik Roma, atau injil palsu tentang keselamatan oleh kehendak bebas orang berdosa dari kaum Arminian, atau injil palsu tentang keselamatan yang bergantung pada syarat-syarat yang dipenuhi oleh orang berdosa yang diajarkan oleh Visi Federal. Tetapi dengarkanlah Yesus Kristus: “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku.”
Dasar bagi kepastian ketekunan bukanlah kekuatan, nilai, atau perbuatan kita sendiri. Tetapi dasarnya adalah pemeliharaan yang berdaulat, setia, penuh kasih atas diri kita oleh Bapa kita. Ia mendengar doa Yesus di dalam Yohanes 17, dan Ia mendengar syafaat oleh Yesus sekarang, yang berdiri di hadapan Bapa mewakili kita, setelah menebus kita dengan kematian-Nya. Syafaat ini adalah sama dengan yang diucapkan di ruang atas pada malam sebelum kematian-Nya, “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka … yang telah Engkau berikan kepada-Ku.” Bapa mampu memelihara kita, karena Ia lebih besar daripada semua musuh kita.” Ia sendiri menghendaki hal ini, karena Ia telah memberikan kita kepada Anak-Nya agar kita memiliki hidup yang kekal.
Dasar bagi kepastian ketekunan, karena ini adalah kuasa dari ketekunan itu sendiri, adalah anugerah.
Buah dari kepastian ini di dalam hidup dan pengalaman tidak mungkin berupa kemalasan atau kelalaian dalam hal kesalehan, moralitas yang baik, doa, dan latihan-latihan kudus lainnya, seperti yang dituduhkan oleh pihak-pihak yang memusuhi doktrin tentang ketekunan.
Sebaliknya, buahnya akan seperti yang dideskripsikan oleh Pasal-Pasal Ajaran Dordrecht:
Akan tetapi, kepastian tentang ketekunan ini sekali-kali tidak membawa orang yang benar-benar percaya itu pada kesombongan dan ketidakacuhan menurut daging. Sebaliknya, ketekunan itu sungguh-sungguh menjadi akar kerendahan hati, keseganan seorang anak, kesalehan yang sejati, kesabaran dalam segala perjuangan, doa-doa yang berapi, ketabahan dalam memikul salib dan dalam mengaku kebenaran, serta juga sukacita yang teguh di dalam Allah. Begitu pula perenungan anugerah itu justru merangsang mereka untuk dengan sungguh-sungguh dan tetap melakukan pengucapan syukur dan perbuatan baik. Hal ini nyata dari kesaksian- kesaksian Alkitab dan dari teladan orang kudus (V:12).
Tentang British Reformed Fellowship
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.