Prof. Herman Hanko
Seorang pemudi dari Colorado menulis, “Daud sebelumnya mengampuni nyawa Simei meskipun Simei mengutuknya, karena Daud tahu bahwa kefasikan Simei adalah tangan Allah (2Sam. 16). Tetapi, di dalam 1 Raja 2:8-9, Daud memerintahkan Salomo membawa Simei turun dengan berdarah ke dalam dunia orang mati. Apakah ini adalah hukuman Allah atas Simei (melalui Daud) karena telah mengutuk Daud, karena Daud memberi tahu Salomo agar janganlah membebaskan Simei ia dari hukuman? Apakah hal ini sebenarnya hanyalah Daud yang menjalankan keadilan sebagai raja? Mengapa baru pada saat ini Daud terlihat menegakkan keadilan itu? Apakah merupakan tindakan yang patut dikagumi bahwa Daud menegakkan keadilan pada akhir hidupnya tetapi pada mulanya tidak bersikap defensif ketika ia mengakui kedaulatan Allah di dalam 2 Samuel 16?”
Tidak ada keraguan bahwa Simei melakukan dosa yang berat ketika ia mengutuki Daud selama pelarian sang raja dari Absalom putranya. Peristiwa itu tercatat di dalam 2 Samuel 16:5-14. Abisai, salah seorang perwira tinggi Daud, bermaksud membunuh Simei tetapi Daud mencegahnya dari melakukan itu.
Kepercayaan Daud kepada, dan pengakuannya akan, kedaulatan Allah yang mutlak atas dosa-dosa yang dilakukan Simei yang fasik itu begitu luar biasa! “Tetapi kata raja: ‘Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?’ Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: ‘Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini! Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini’” (2Sam. 16:10-12).
Pengutukan Simei terhadap Daud layak dijatuhi hukuman mati karena Simei adalah orang yang meyakini bahwa Saul dan putra-putranyalah yang seharusnya masih bertakhta atas bangsa itu. Ia tidak percaya – padahal Allah sendiri sudah menyatakan dengan jelas –bahwa Allah telah menurunkan Saul dan putra-putranya karena ketidaktaatan, dan bahwa Daud adalah orang pilihan Allah.
Selain itu, Simei mengutuk pejabat pemerintah yang dipilih Allah dan dengan demikian melanggar sebuah prinsip fundamental dari hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang harus menghormati dan tunduk kepada orang-orang yang berotoritas atas mereka, seperti yang dituntut oleh perintah kelima.
Mungkin juga Simei mengetahui bahwa Daud berada di dalam garis silsilah Kristus (Mesias) dan adalah raja sebagai tipe dari Kristus. Bagaimanapun, Yakub sudah menubuatkan bahwa Kristus akan datang dari suku Yehuda (Kej. 49:10) dan bukan dari suku Benyamin, suku dari mana Saul berasal. Sangat mungkin Mazmur 89 telah ditulis, yang di dalamnya Daud dikatakan sebagai sosok yang anaknya akan membangun bait Allah dan duduk di atas takhta.
Daud merendahkan dirinya dan menanggung kutuk Simei karena ia menerima pelariannya yang memalukan dari Absalom sebagai hajaran Allah. Allah telah memberi tahu Daud, melalui nabi Natan, bahwa pedang tidak akan pernah menyingkir dari keturunannya setelah dosa perzinahan dan pembunuhan yang dilakukannya (2Sam. 12:9-10)
2 Samuel 19:18-23 memberi tahu kita bahwa ketika Daud kembali ke takhtanya, Simei, yang takut kehilangan nyawanya, memohon untuk diampuni. Kembali, Daud berjanji untuk tidak menghukum mati dia. Alkitab tidak memberi tahu kita mengapa, tetapi mungkin karena Daud tidak mau menodai hari bahagia di mana ia kembali memimpin kerajaannya itu dengan penumpahan darah.
Apa pun alasan-alasan yang mungkin Daud miliki, ia menyisakan masalah-masalah yang belum diselesaikan, dan, menjelang kematiannya, ia memerintahkan kepada Salomo, putra dan penggantinya, untuk membereskan semuanya (1Raj. 2:5-9). Ada orang-orang yang telah melakukan dosa yang berat dan belum dihukum karenanya.
Yoab dihukum mati karena pembunuhannya atas Abner, panglima Saul dan Isyboset, dan atas Amasa, panglima pasukan Daud yang baru diangkat, dan atas perannya di dalam persekongkolan untuk mendudukkan Adonia, putra keempat Daud (2Sam. 3:4), di atas takhta dan bukannya Salomo (1Raj. 2:28-34).
Adonia, yang bersekongkol untuk menjadikan dirinya raja alih-alih Salomo, dihukum mati hanya setelah ia meminta izin untuk menikahi Abisag, selir Daud (1Raj. 2:13-25). Mungkin ia baru dibunuh pada saat itu karena Salomo mengartikan permintaan sebagai isyarat bahwa Adonia akan mencoba yang kedua kalinya untuk merebut takhta. Tampaknya merupakan kebiasaan pada zaman itu bahwa penerus raja juga mengambil para selir sebagai miliknya sendiri (2Sam. 3:7-8; 16:21-22).
Abyatar juga pantas dihukum mati, karena ia bergabung bersama Adonia di dalam persekongkolannya untuk menjadi raja, tetapi diampuni karena, sebagai seorang imam Allah, ia telah melayani Daud dengan baik. Namun ia tetap dicopot dari jabatannya (1Raj. 2:26-27).
Salomo awalnya mengampuni Simei dari kematian yang layak ia terima, tetapi memerintahkannya untuk tetap berada di dalam Yerusalem. Ketika Simei tidak taat, ia dihukum mati. Dengan ketidaktaatannya, ia menunjukkan bahwa ia menghormati Salomo sebagaimana ia dulu juga tidak menghormati Daud, dan bahwa ia tidak sungguh-sungguh menyesali dosanya. Meskipun awalnya ia diampuni oleh Daud dan Salomo, ia sendiri yang menyebabkan dirinya dihukum ketika ia menunjukkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh bertobat (1Raj. 2:36-46).
Ketika kami masih kecil, ayah saya berkata bahwa Daud mengampuni Yoab karena Daud takut terhadap Yoab dan bahwa, menjelang akhir hidupnya, Daud bersalah karena menyerahkan “tugas kotor” kepada Salomo untuk menjalankan keadilan atas orang-orang yang pantas menerimanya karena Daud tahu bahwa Salomo sangat bijak dan dengan demikian tahu bagaimana caranya menangani perkara-perkara yang sulit ini. Selain itu, ayah saya menilai bahwa Daud tidak lagi memiliki energi untuk menumpahkan darah, hal yang telah ia lakukan di tahun-tahun awalnya sebagai raja. Pembaca dipersilahkan untuk menilai apakah komentar-komentar ini adalah analisis yang adil atas situasi tersebut.
-----------------------------------------------------------------
Lebih lanjut tentang Simei, dengarkanlah atau tontonlah “Absalom and His Rebellion (II),” 9 khotbah mengenai 2 Samuel 15:24-18:33, yang tersedia di situs web CPRC dalam kemasan boks CD or DVD yang menarik seharga £10 (sudah termasuk ongkos kirim di UK) dari toko buku CPRC.
Untuk bahan-bahan lain dalam bahasa Indonesia, klik di sini.